Weeeeyyy... Kuro-Kuro datang lagi. Ini fict semi rated M! Gak berani bikin rate-M. Bulan puasa cin! *digaplok*

Disclaimmer

Bleach © Tite Kubo


Rukia's POV

Hal pertama kali yang aku lihat ketika bangun adalah tatapan matamu yang menunjukkan kecemasan yang begitu besar, atau bisa dibilang berlebihan.

"Rukia? Apa kau baik-baik saja? Mana yang sakit?" Dia langsung memberondongku dengan berbagai macam pertanyaan yang membuatku bingung bagaimana menjawabnya.

"Uhmm... Aku baik-baik saja Ichigo..." Aku menjawabnya sambil memegang kepalaku yang terasa sedikit pusing dan berusaha untuk duduk.

"Jangan banyak bergerak dulu Rukia, kau belum sembuh benar. Tiduran saja dulu," Ichigo langsung merebahkanku kembali ke tempat tidur.

"Aku ada di mana Ichigo?" Aku bertanya padanya setelah sadar kalau aku berada di tempat lain, bukan di kelas.

"Bodoh! Tentu saja di UKS! Apa kau tidak ingat apa yang terjadi padamu tadi?"

"Jangan memanggilku bodoh, baka jeruk! Aku benar-benar tak tahu apa yang terjadi!"

"Haaah... Kau ini. Kau tadi tiba-tiba saja pingsan saat pelajaran kesenian tahu! Kau benar-benar membuatku khawatir!" Ichigo berkata seperti itu sambil memalingkan mukanya yang kulihat sedikit memerah. Menurutku ia terlihat semakin tampan dengan wajah tersipu seperti itu. Tanpa kusadari aku tersenyum melihat tingkahnya itu.

"Apa kau begitu mengkhawatirkanku Ichigo?" Aku mulai menikmati untuk membuat wajahnya yang memang tampan itu semakin tersipu.

"Tentu saja aku khawatir! Mana mungkin aku tak khawatir melihatmu pingsan di depan mataku?" Aku melihat semburat merah di pipinya semakin terlihat.

"Hm... Begitu ya?" Aku menutup mulutku dengan tangan kanan untuk menahan tawa yang sedari tadi ingin keluar.

"Apa yang lucu Rukia?" Dia memalingkan wajahnya melihatku yang sedang menahan tawa masih dengan wajahnya yang bersemu merah. Hal itu semakin membuat tawaku tak tertahankan lagi.

"A...Ahahahaha..." Akhirnya tawaku keluar juga. Aku benar-benar tak tahan melihat wajahnya itu. Bisakah kau membayangkan bagaimana wajah seseorang yang memiliki kerutan permanen di dahinya bersemu merah?

"Hei..hei.. Kenapa kau tertawa seperti itu? Apa yang lucu?" Wajahnya semakin merah melihatku tertawa terbahak-bahak.

"Hmmp... Tidak. Tidak ada yang lucu Ichigo.." Aku menghentikan tawaku dan menatap mata musim gugurnya yang selalu membuatku luluh.

"Kalau tak ada yang lucu kenapa kau tertawa seperti itu?" Sekarang ia merengut kesal walau semburat merah di pipinya tak mau hilang, dan ia menatap mata amethyistku begitu dalam. Saking dalamnya, aku tak menyadari kalau wajahnya semakin dekat dengan wajahku. Aku merasa wajahku panas sekarang. Darah seakan naik memenuhi wajahku. Aku melihatnya menyunggingkan senyum yang tak pernah ia perlihatkan kepada orang lain.

Setelah itu aku hanya menutup mata menunggu apa yang akan ia lakukan terhadapku. Aku merasakan sensasi yang begitu luar biasa saat bibirnya menyentuh bibirku lembut. Kedua tanganku kulingkarkan di belakang lehernya. Posisiku yang tadi tiduran sekarang duduk, tertarik oleh kedua tangannya yang merengkuh tubuhku.

Aku menikmati setiap sentuhan yang Ichigo berikan untukku. Ciuman kami sekarang semakin panas. Lidahnya menggeliat di dalam mulutku memainkan lidahku. Aku membuka sedikit mataku untuk melihat wajahnya. Tak kusangka ternyata ia juga membuka sedikit matanya. Pandangan kami bertemu, ia tersenyum dan hal itu membuat pipiku memerah karenanya. Aku kembali memejamkan mataku menikmati ciumannya.

Wajahku semakin memerah ketika kurasakan tangannya yang sedari tadi memeluk pinggangku bergerak naik, perlahan menuju dadaku. Dia berusaha membuka kancing baju seragamku setelah merenggut pita sekolah yang bertengger di kerah seragamku.

Kancing pertama dan kedua terlepas, wajahku semakin memerah. Saat semua kancing terlepas, dia menelusupkan tangannya ke dalam bajuku. Pertama dia menyentuh pinggangku kemudian bergerak perlahan ke punggungku untuk melepas kaitan pakaian dalamku.

Aku benar-benar tak sadar dengan apa yang akan Ichigo perbuat padaku. Aku sudah terbuai dengan ciumannya yang tak dilepaskan sedari tadi. Bahkan nafasku sudah memburu. Di saat aku tersadar, tak kusangka bahwa ciuman Ichigo berpindah tempat menuju leherku. Tangannya bergerak perlahan menuju dadaku. Aku hanya bisa mendesah akibat perbuatannya.

"Hhhh...I...Ichi..go..." Tanganku menelusup dalam rambut orangenya dan menekannya. Kurasakan senyuman Ichigo semakin melebar. Saat dia menyesap dan menggigit pelan leherku serta tangannya hampir menyentuh dadaku,

TOK...TOK...TOK...

"Rukia? Apa kau sudah sadar?" Suara seseorang di luar membuatku dan Ichigo kalang kabut. Dia melepaskan ciumannya di leherku dengan wajah memerah. Wajahku pun tak kalah merah dengan wajahnya.

"Kami masuk ya?" Tiba-tiba kenop pintu berputar, pintu mulai terbuka sedikit. Aku yang tersadar dengan penampilanku saat ini langsung menutup tubuhku dengan selimut sampai sebatas dagu dan mulai tiduran. Ichigo langsung membuat ekspresi wajahnya seakan tak terjadi apa-apa alias cuek dan dengan tergesa-gesa duduk di bangku sebelah tempat tidurku.

"Hai Rukia!" Sapa beberapa orang yang masuk ke dalam untuk menjengukku.

"Ha...hai... semuanya!" Ucapku sedikit gugup.

"Rukia, apa kau baik-baik saja? Kami semua mengkhawatirkanmu dari tadi," Seorang anak perempuan bermata hazel dan bercepol beringsut menuju ke samping kiri ranjangku, berhadapan dengan Ichigo yang berada di sebelah kananku.

"A...aku baik-baik saja Momo," jelasku pada Momo sambil tak mengurangi rasa gugup yang benar-benar susah hilang.

"Tapi kenapa wajahmu merah dan ucapanmu terbata-bata seperti itu Kuchiki-san?" Inoue bertanya dengan santainya kepadaku yang sudah spot jantung dari tadi, takut apa yang kuperbuat dengan Ichigo ketahuan oleh mereka.

"Di...dia... sedikit demam! Ya! Dia sedikit demam!" Ichigo menjawab pertanyaan Inoue dengan terbata-bata pula.

'Baka Ichigo! Kenapa kau juga ikut-ikutan gagap seperti itu?' aku melirik ke arahnya sambil menghadiahi dirinya death-glare level satu andalanku.

"Kenapa kau juga terbata-bata seperti itu Kurosaki?" Kali ini Ishida yang bertanya kepada kami sambil membetulkan letak kacamatanya yang sama sekali tak melorot. Dalam kalimatnya tersirat jelas kalau dia mencurigai kalau kami berdua melakukan hal yang tidak-tidak. Keringat dingin sekarang mulai mengalir deras di keningku dan Ichigo.

"Atau jangan-jangan kalian melakukan hal yang tidak-tidak selama ada di sini?" Ucapan Hitsugaya benar-benar tepat sasaran. Aku dan Ichigo kali ini benar-benar tak berkutik. Saat kulihat Ichigo hendak membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan Ishida dan Hitsugaya, tiba-tiba,

BRAAAAKK...

"RUKIAAAA...!" Pintu UKS menjeblak tiba-tiba dan memperlihatkan seorang manusia berambut nanas merah yang biasa dipanggil Ichigo dengan sebutan baboon queen. Dia berusaha untuk memelukku setelah membuat Ishida dan Hitsugaya yang berdiri paling dekat dengan pintu terpental akibat dorongannya.

"Hieee..." Aku menatap ngeri kepadanya.

"RUKI...AHAGH!"

BRUAAK...!

Sang baboon queen terpental dengan indahnya ke belakang setelah mendapat hadiah bogem mentah Ichigo. Semua yang melihat termasuk aku hanya sweat dropped melihat kejadian yang mengenaskan bagi mereka bertiga.

"Apa yang mau kau lakukan baboon?" Ichigo berteriak ke arah Renji yang berusaha berdiri sambil mengusap pipi kanannya yang terkena bogem mentah Ichigo.

"Harusnya aku yang bertanya begitu padamu jeruk! Apa yang kau lakukan terhadap Rukia-ku tercinta?" Renji juga berteriak sambil menunjuk-nunjuk Ichigo dengan tangan kirinya.

"Apa maksudmu dengan 'Rukia-ku tercinta', hah?" Kini Ichigo berjalan mendekati Renji dengan aura membunuh yang sangat terasa di sekelilingnya.

"Rukia-chan itu milikku!" Renji yang tak mau kalah dengan Ichigo juga bergerak maju, juga dengan aura membunuh di sekitarnya.

"APA?" Teriak Ichigo membahana memenuhi ruangan. Sesaat kemudian dimulailah pertarungan konyol antara Ichigo dan Renji ala anak kecil.

"Haaa... mulai lagi deh!" Tatsuki kali ini membuka mulutnya setelah cukup lama tak berdiam diri. Dia sama sekali tak terlihat cemburu dengan apa yang sudah dikatakan Renji. Padahal mereka sudah berpacaran. Dasar Renji bodoh!

Setelah cukup lama namun pertarungan konyol itu tak kunjung berhenti, mulai terlihat gurat-gurat kekesalan di kepala Ishida, Hitsugaya dan Tatsuki. Aku melihat, di antara mereka bertiga, Tatsuki yang paling murka. Aku tak bisa membayangkan apa yang terjadi pada Ichigo dan Renji bila Tatsuki sudah mulai murka seperti itu.

Benar saja, Tatsuki yang sudah tak bisa mengendalikan amarahnya berjalan ke arah mereka berdua yang menarik-narik baju satu sama lain.

"BERHENTI...!"

DUAAK...BUAKK...

Masing-masing satu pukulan mendarat indah di kepala Ichigo dan Renji. Malang bagi Renji, dia langsung diseret keluar oleh Tatsuki yang menjewer telinganya. Ichigo hanya tercengang sambil mengelus benjolan di kepalanya melihat Renji yang malang diseret oleh Tatsuki. Dia tak bisa membayangkan akan jadi apa nanti Renji saat pulang sekolah. Yang pasti, hanya satu kemungkinan. Babak belur dihajar Tatsuki yang notabene adalah pacarnya sendiri.

Mengerikan! Pikir Rukia.

TENG...TENG...TENG...TENG...

Bel tanda berakhirnya istirahat telah berbunyi.

"Ah! Istirahat selesai! Kami kembali ke kelas dulu ya Kuchiki-san! Semoga cepat sembuh!" Inoue berpamitan padaku.

"Kami kembali dulu Kuchiki!" Ucap Hitsugaya dan Ishida bersama-sama.

"Semoga cepat sembuh Rukia. Istirahat yang banyak ya!" Momo berkata sambil tersenyum ke arahku.

Saat mereka sudah keluar dari pintu UKS, tiba-tiba Momo kembali lagi.

"Oh ya! Kurosaki-san, tolong jaga Rukia ya! Maaf sudah menganggu kegiatan kalian tadi! Ehehe... Jaa ne!" Momo langsung mengambil langkah seribu setelah mengatakan hal itu. Aku terpaku di tempatku.

Apa mereka melihat kejadian tadi ya?aku mulai was-was dengan argumenku sendiri. Saat aku melihat ke arah Ichigo, ia jalan mendekat ke arahku sambil tersenyum. Bukan senyum manis, melainkan senyuman yang mirip dengan seringai mesum.

Wajahku menjadi panas lagi saat mengingat apa yang tadi kami berdua lakukan. Tapi Ichigo dengan tenangnya mendekat ke arahku. Saat kusadari dia semakin mendekatkan dirinya pada diriku, aku hanya kembali menutup mata menunggu apa yang akan dilakukannya dengan jantung yang berdegub kencang tak karuan. Bisa kurasakan nafasnya yang hangat menerpa telinga kiriku, dan bisa kudengar kalau ia membisikkan sesuatu padaku.

"Aku ke kelas dulu sayang! Kau istirahat saja di sini. Kalau aku menungguimu, aku tak tahu apa yang akan terjadi pada kita berdua nanti," Ichigo mengecup keningku lembut. Cukup lama sebelum benar-benar dilepaskannya.

Aku langsung membuka mataku dan menatap heran ke arahnya. Kupikir dia akan melakukan hal yang sudah kami lakukan tadi. Kini dia menatap mataku sambil tersenyum. Bukan seringai mesum seperti tadi, melainkan senyum yang membuat jantungku makin tak karuan dan wajahku kembali memerah.

Kemudian dia beranjak meninggalkanku yang terbengong-bengong memikirkan ucapannya barusan dengan wajah yang masih merah padam. Saat dia hendak menutup pintu UKS, dia mengucapkan satu hal yang membuatku kembali melayang, sama seperti tahun lalu saat hubungan kami mulai terjalin.

"Aishiteru Rukia!" dan pintu UKS benar-benar tertutup sekarang. Menyisakan diriku yang terdiam tak bisa mengatakan apapun. Sesaat kemudian, aku tersenyum dan membalas ucapannya,

"Aishiteru yo, Ichigo!"

End of Rukia's POV

Normal POV

Saat Ichigo keluar dan menutup pintu UKS, samar-samar didengarnya suara Rukia yang membalas perkataannya tadi.

"Aishiteru yo, Ichigo!"

Seulas senyum tersungging di bibirnya. Dan ia pun beranjak dari sana menuju ke kelasnya.

END


Tidaaaaakkk... Aku mesum! Sebenarnya nih fic dah lama banget di lappie. Daripada ngendon lama-lama dan berjamur*?* mendingan ku-publish ajaw! Hehe...

Review minna-san? *puppy eyes*