Alarm
.
.
The alarm rings in my ears and I wake you up
.
aku mengembangkan senyumku saat bola mataku menangkap seorang pemuda manis berdiri satu meter dari tempatku. Aku berlari kecil sambil memanggil namanya.
"Jungkook-ah..Jungkook-ah." Tapi dia tidak menyahut panggilanku bahkan dia mempercepat jalannya. Akupun semakin mempercepat langkahku. Dan aku berhasil menggapainya kemudian(?). Dia menolehkan kepalanya padaku.
"Mau pulang bersama?" ajakku dengan senyuman lebar.
"Baiklah." Ucap singkat dan sedikit tersenyum. Senyuman diwajahku sedikit memudar.
Aku menghela nafasku perlahan. "Kajja." ucapku masih dengan senyuman –yang memudar(?)- diwajahku. Aku pun menarik tangannya untuk menuju motorku. Dia hanya diam saja tak memberikan jawaban apapun.
Aku mengantarnya pulang namun tak sampai rumahnya. Dia akan pergi ke suatu tempat dahulu katanya. Dan saat itu aku melihat mobil sport hitam berhenti di depanku.
"Terimakasih hyung sudah mengantarku." Ucapnya dengan senyuman tipisnya.
"Anything for you babe." Ucapku, lalu aku turun dari sepeda motorku. Aku mendekatinya, dia hanya diam saja. Perlahan aku mendekatkan wajahku kepada wajahnya. Namun dia memundurkan wajahnya.
"Maaf hyung." Ucapnya lalu pergi meninggalkanku. Tanpa menolehkan kepalanya padaku.
.
.
Aku melajukan sepeda motorku dengan kecepatan sedang. Setelah mengantar Jungkook pulang aku ingin pergi ke suatu tempat untuk menenangkan pikiranku. Aku memakirkan sepeda motor ku saat tiba di tempat itu.
Ku hirup udara sejuk tempat ini. Aku melihat beberapa pasang masih disini. Aku pun duduk di salah satu bangku kosong yang ada di taman itu. Ya, taman kota adalah tempat favoritku. Udaranya segar dan tidak terlalu bising disini.
Aku memejamkan mataku sejenak. Samar-samar aku mendengar seperti orang sedang berciuman. Aku menghembuskan nafasku, lalu membuka mataku. Aku bisa melihat dua pemuda yang tidak terlalu jauh dari tempatku. Aku seperti mengenal mereka berdua..kaos itu bukankah itu kaos yang tadi Jungkook kenakan dan itu Hoseok hyung? Apa selama ini Jungkook membohongiku? Aku menghampiri keduanya. Dan ternyata benar itu mereka.
"Jungkook-ah." Panggilku lirih saat berada di depan mereka. Mereka tersentak dan melepaskan ciuman mereka.
"H-hyung." Ucapnya ketakutan sambil memandangku.
"Oh kau sedang ada urusan dengan Hoseok hyung? Baiklah lanjutkan saja. Aku tidak akan mengganggu." Ujarku lalu melangkahkan kaki ku.
"Bahkan kau tidak mengejarku Jungkook-ah"
.
"Hyung maafkan aku." ucap Jungkook saat di kampus pagi ini. Dia mencegah ku saat aku ingin masuk kelas. Dia menarikku ke halaman belakang kampus.
"Maaf untuk apa?" ucapku dengan wajah datar.
"Maafkan aku. s-sebenarnya hyung a-aku.." ucapnya terbata-bata
"Kau kenapa? Cepatlah katakana aku tidak punya waktu."
"Aku dan Hoseok hyung sebenarnya berpacaran.." ucapnya, dia menundukkan wajahnya ke bawah.
"Aku sudah mengira itu. Tapi sejak kapan?" ujarku lirih sambil menatapnya.
"Sejak hari jadi kita yang pertama. Maafkan aku hyung." Dia masih menatap ke bawah.
"Oh selamat kalau begitu." Ucapku dengan datar dan melangkahkan kakiku. Jujur hatiku sakit mendengarnya. Dia membohongiku…
.
.
Aku terbangun dari tidurku dengan alarm yang berdering kencang. Mimpi buruk itu, kenapa terus menghantui ku? Bahkan itu sudah dua tahun yang lalu tapi kenapa? Apa aku masih mencintaimu? Aku menundukkan kepalaku dan menangis dalam diam.
.
The alarm rings again, my heart must really be broken.
Dua tahun berlalu. Kini aku dan dia tidak pernah berbicara lagi. Bahkan jika bertemu kami hanya bertatapan muka saja. Tidak saling menyapa. Tapi saat aku berpikir sejak dulu hanya aku yang menyapanya. Dia tidak pernah menyapa ku bahkan dia tidak pernah mengatakan cinta kepadaku. Kenapa aku baru menyadarinya sekarang. Aku terlalu bodoh..
.
.
Hari ini aku pergi ke café dekat rumahku yang baru dibuka hari ini. Saat masuk ke café itu meja-meja sudah penuh hanya satu meja yang masih kosong. Akupun memesan pesananku dan menuju meja itu. Tak berapa lama setelah aku duduk seorang pemuda tiba-tiba duduk dihadapanku.
"Bolehkah aku duduk disini? Tempat lain sudah penuh." Katanya, aku masih belum melihat wajahnya. Ketika aku mengangkat wajahku, aku melihatnya. Dia..mantan kekasihku. Ada apa dengan jantungku heh?
"A-ah Tae-hyung. Aku boleh duduk disini kan?" ucapnya terbata. Ah rupanya dia juga kaget melihatku.
"Ya, tentu saja." Ucapku sambil memainkan handphone ku. Aku tidak berani menatap wajahnya.
Pesananku dan pesanannya pun datang. Kami makan dengan keadaan hening. Sesudah makan aku mengajaknya sedikit berbincang.
"Kau tidak bersama Hoseok hyung?"
"Ah tidak hyung. Dia sedang mengurus sesuatu."
"Oh, begitu." Hening setelah itu. Aku memperhatikan gerak-geriknya melalui ekor mataku. Dia terlihat mengambil sesuatu dari sakunya lalu meletakannya di meja.
"Hyung datanglah." Ujarnya lalu menyerahkan undangan. Aku melihatnya sejenak. Itu undangan pernikahannya dengan Hoseok hyung. Hatiku berdegup keras saat melihat namanya dan Hoseok hyung tertera di undangan itu. Kenapa? Kenapa cepat sekali..bahkan aku belum melupakannya.
"Aku harap kau datang hyung." Ucapnya lalu beranjak pergi dari duduknya. Aku menangis tapi seperti tidak menangis. Aku sudah terlalu sering menangisinya dan semua itu sia-sia.
.
Aku terbangun saat alarm berbunyi kembali ditelingaku. aku menghela nafasku. Kejadian seminggu yang lalu. Apakah aku belum melupakanmu? Sepertinya belum. Apa aku belum merelakanmu dengannya? sepertinya belum. Tapi aku akan berhenti memikirkanmu ya semua tentangmu. Dan mencoba merelakanmu.
Aku bersiap untuk pergi ke kantor. Baiklah jangan memikirkan apapun saat ini.
.
"A-yo boss." Sapa seorang sekretaris pribadiku. Karyawan disini memang sering memanggilku boss karena aku anak pemilik perusahaan ini. Aku merasa risih dengan panggilan itu.
"Jangan panggil aku dengan itu Park Jimin atau.."
"Ya..ya baiklah tuan muda Kim Taehyung dan jangan coba-coba kau menyebutkannya aku tidak akan memaafkanmu." Ucap Jimin dengan muka kesalnya. Ah dia sangat imut.
"Baiklah." Ucapku lalu duduk di belakang meja kerjaku. Jimin hanya mengekor padaku. Aku melihat kalender di meja ku. Besok, hari dimana dia dengan dia akan mengucapkan janjinya di depan altar. Aku seperti tidak siap menyaksikannya.
"Apa kau bermimpi buruk lagi?" ujar Jimin yang sedari tadi di damping ku.
"Hm.." aku hanya member gumaman kepadanya.
"Kau terlihat sangat kacau kau tahu." Ujarnya sambil memukul kepala ku pelan. Aku meringis.
"Hah..apa yang harus aku lakukan Jimin-ah?"
"Kau hanya perlu datang dan mengucapkannya selamat sudah itu saja."
"Tapi aku belum siap melepasnya." Ucapku sambil memandang Jimin. Terlihat raut muka Jimin menampilkan kesedihan.
"Kau harus siap, dan cobalah untuk membuka hatimu. Jangan terlalu larut dalam kesedihanmu Tae."
"Hah, aku akan mencobanya."
.
.
Aku melihat pantulan ku di cermin. Hah aku malas melangkahkan kaki ku hari ini. Aku tak ingin hadir rasanya. Tapi dia memintaku datang.
"Ya! Kim Taehyung apa kau sudah siap? Kenapa kau lama sekali huh." Pekikan Jimin membuyarkan lamunanku seketika. Ya, dia juga diundang ke acara pernikahan Jungkook dan Hoseok hyung, karena dia adalah teman Hoseok hyung.
Aku turun ke bawah dan menhampiri Jimin yang sedang bergumam tidak jelas dan menggembungkan kedua pipinya.
"Kajja kita berangkat." Dia menarik tanganku untuk keluar.
.
"Kau kenapa Tae-ah?" ucapnya saat melihat aku diam saja di mobil. Ya, sekarang aku dan Jimin sudah berada di depan gereja terkenal di Seoul.
"Hah, kau harus merelakannya Tae-ah." Ujar Jimin lalu dia keluar dari mobil. "Kajja. Masuk ke dalam bukankah Jungkook memintamu datang? Jangan mengecewakannya." Ujarnya dengan lembut. Mau tak mau aku keluar dari mobilku dan melangkahkan kakiku ke dalam gereja itu.
Disinilah aku sekarang di dalam gereja tua menyaksikan acara pernikahan mantan kekasihku dulu dengan temanku. Hatiku terasa sakit saat melihat mereka saling mencium satu sama lain. Aku ingin acara ini berakhir secepatnya karena aku sudah tidak tahan disini.
"Kajja Tae, kita memberikan selamat kepada Jungkook dan Hoseok hyung." Ucap Jimin sambil melangkahkan kakinya dengan semangat menuju mereka. Aku mengikutinya dari belakang dengan malas.
Jimin sudah sampai terlebih dahulu. Dia terlihat berbincang-bincang dengan Hoseok hyung dan Jungkook. Mataku terasa panas saat melihat Hoseok hyung mencium pipi Jungkook tadi. Kini aku sudah tiba dihadapan mereka.
"Selamat atas pernikahan kalian." Ucapku dengan senyum yang dipaksakan. Jungkook., Hoseok hyung dan Jimin yang sedang berbincang-bincang tadi terdiam saat mendengar ku.
"Ah Taehyung terimakasih ucapanmu." Ujar Hoseok hyung dengan senyum lebar. Aku hanya membalasnya tersenyum sedikit.
"Maaf aku tidak bisa sampai selesai. Aku harus ke kantor sekarang." Ujarku sambil membungkukkan badan ku.
"Baiklah hati-hati di jalan."
"Sepertinya aku harus pergi juga. Sekali lagi selamat atas pernikahan kalian. Aku pamit dulu hyung Jungkookie." Ucap Jimin yang samar-samar aku dengar.
.
"Kau disini?" ujar seseorang yang aku yakini pasti Jimin. Dia mendudukan dirinya di sampingku. Lalu dia memelukku erat. "Menangislah jika kau ingin menangis. Aku akan selalu ada untukmu." Ujar Jimin lembut sambil mengusap punggungku.
"Maafkan aku. maafkan aku."
"Kau meminta maaf untuk apa?" ucapnya masih mengusap punggungku.
"Maafkan aku karena tidak pernah mengerti perasaanmu. Maafkan aku yang selalu memikirkannya sedangkan ada kau disisi ku. Maafkan aku yang.." ucapanku terputus karena dia mengecup bibirku. Dia menundukkan kepalanya.
"Jangan menyalahkanmu Tae-ah. Kau tidak salah. Aku mengerti perasaanmu, aku tahu betapa sakitnya hatimu saat dibohongi dan ditinggalkan seperti itu," ucapnya member jeda sejenak. "Tapi kau jangan terlalu larut dalam kesedihanmu dan cobalah buka hati mu. Aku akan selalu disampingmu" Ucapnya sambil tersenyum. Senyumnya mententramkan hatiku saat ini.
Aku sudah terlalu menyia-nyiakan perasaannya selama ini dan sekarang aku sadar dia mencintaiku.
"Buat aku mencintaimu seutuhnya Jimin-ah."
"Kau akan mencintai ku sendirinya nanti." Ucapnya dengan senyuman khasnya yang menghilangkan matanya.
"Terimakasih sudah mau menerimaku disampingmu Park Jimin, aniya Kim Jimin." Ucapku lalu mencium bibirnya dengan lembut.
.
.
END
.
.
Hee ancur ya pastii kkk. Ini dibuat terinspirasi dari lagu Alarm-nya Boyfriend. Tapi ceritanya melenceng jauh bangett wkwkk. Ini ceritanya mau dibikin sequel pov jimin semua gituu. Ada yang mau gaa? Review yaa, kalau review banyak dibikinin dehh. Sekian dari saya.
Please leave a review ya. Don't be a SIDER ^^
