Danshi Koukousei no Nichijou © Yamauchi Yasunobu
.
Genre : Friendship, Parody, Humor (garing)
.
Warning : OOC, Typo(s), etc.
.
.
.
Sore sepulang sekolah tiga sekawan anak SMA Sanada Utara berkumpul di pematang sungai tanpa melakukan apa-apa. Mereka hanya duduk atau berdiri dalam diam. Yah, setidaknya sampai Hidenori membuka suara dan mengacaukan segalanya.
"Tiba-tiba aku jadi teringat ini."
Tidak ada yang merespon. Semua mengabaikan Hidenori, bahkan Yoshitake sekalipun.
"Tiba-tiba aku jadi teringat ini."
Hidenori mengulanginya.
...
...
...
Wuuush...
...
...
...
"Tiba-tiba aku jadi teringat ini."
"Ingat apa?" tanya Tadakuni malas, karena jika ia tidak merespon Hidenori hanya akan terus bertanya.
Dan entah kenapa ia merasakan firasat buruk, karena semua hal yang menyangkut Hidenori pasti tidak akan normal.
"Tiba-tiba aku jadi teringat—"
"Woooi! Aku kan sudah menjawabnya!" seru Tadakuni jengkel. Ia menghela nafas lelah. "Jadi kau teringat apa?"
"Mainan saat kita masih kecil. Apakah kalian mengingat apa yang paling kalian sukai?" tanya Hidenori pada akhirnya.
"Aku tidak terlalu ingat. Mungkin robot-robotan." Tadakuni hanya mengucapkan jawaban wajib.
"Kau Yoshitake?"
"Mainan masa kecilku adalah mengadu domba dua preman."
"Kalau aku mengadu domba dua kelompok Yakuza."
"Yang benar saja! Kalian bohong kan? Bohong kan?!"
Hidenori dan Yoshitake memandang Tadakuni datar.
"Jangan bilang kau percaya Tadakuni?"
"Hee? Benarkah kau mempercayainya?"
Tadakuni menghela nafas panjang—lagi. "Tentu saja aku tidak percaya."
"Mainan masa kecilku adalah topeng superhero. Kalian tahu, aku berakting seperti superhero. Aku mengalahkan anak-anak nakal yang jahil."
Kali ini Yoshitake menjawab jujur.
Gawat! Aku lupa tentang ini. Bagaimana jika Yoshitake menanyaiku? Aku harus jawab apa? Jujur atau bohong? Ah, siaaal! Aku menggali kuburanku sendiri.
Hidenori berkeringat dingin sambil berwajah datar.
"Hidenori, apa mainan masa kecilmu?" tanya Yoshitake pada akhirnya.
Bagaimana ini? Bohong? Jujur? Bohong? Jujur?
"Hidenori?"
"Pe-peluit! Aku bermain peluit saat kecil."
"Aa!"
"Ada apa Yoshitake? Kenapa kau terkejut?" Tadakuni heran melihat ekspresi terkejut sahabatnya yang setengah-setengah.
"Aku dulu juga punya peluit, seperangkat dengan topeng superhero dan karet milikku. Tapi hanya peluitnya saja yang hilang. Kira-kira ada dimana?"
"Di kotak barang," tebak Tadakuni.
"Tidak ada."
"Meja belajar?"
Yoshitake menggeleng.
"Kotak kenangan."
"Memangnya aku kelihatan seperti orang yang punya itu?!"
"Tidak."
"Aku punya," ucap Yoshitake datar. "Tapi tidak ada di sana juga."
Tentu saja tidak ada di rumahmu! Peluitnya ada di rumahku aku yang menyimpannya.
"Hidenori, kira-kira dimana aku menaruhnya?"
"Tidak tahu."
Ada di kotak barang berhargaku.
"Kira-kira dimana ya..."
"Entahlah."
Swuuussh...
Tap. Tap. Tap.
"Kalian, apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Motoharu yang kebetulan lewat.
"Ah, kebetulan sekali."
"Kebetulan apa?"
"Motoharu, apa mainan masa kecilmu?"
Motoharu mendadak berwajah kecut. Bayangan masa kecilnya saat tubunnya diputar-putar kakaknya di pinggir sungai itu terulang lagi di kepalanya.
Motoharu menuruni pematang dan menepuk bahu Yoshitake. "Masa kecilku berat, kau nggak akan kuat. Biar aku saja."
Ketiga sahabat itu memandang prihatin Motoharu. Baru saja Hidenori akan menanyakan alasan yang suara lain memotong momen mereka.
"Motoharu, apa yang kau lakukan di sini? Apa kau bernostalgia?"
Kakak perempuan Motoharu yang tiba-tiba muncul ikut turun. Ia berdiri di samping keempat pemuda SMA itu.
"Jadi ingat masa lalu ya, saat kita selalu bermain di sini."
"Ehem! Maaf Nee-san, Motoharu bilang masa kecilnya menyedihkan. Apa itu benar?" tanya Hidenori dengan nada serius.
"Tidak, tidak, kau salah. Motoharu itu pemalu, padahal masa kecilnya menyenangkan. Kami selalu bermain di sini."
Grap!
Wuuush! Wuuush! Wuuush! Wuuush!
Kakak perempuan Motoharu memutar-mutar tubuhnya, sedangkan pemuda itu tampak kewalahan menghadapi sikap kakaknya yang tiba-tiba.
"Kami bermain ini saat kecil. Menyenangkan bukan. Apa kalian mau mencobanya?"
Mengerikan!
Perempuan memang menakutkan!
Aku berdoa untukmu Motoharu.
"Apa kalian mau mencobanya?!" tanya ulang kakak perempuan Motoharu.
"Tidaaak!"
Mereka bertiga berteriak bersamaan.
Kau benar Motoharu. Masa kecilmu berat, kami tidak akan kuat. Biar kau saja.
.
.
.
Owari
.
.
.
Ini fic debut saya di fandom ini, jadi kalau masih ada banyak kesalahan mohon dimaafkan.
Salam kenal dari saya, mohon bantuannya ya...
