Tittle : Parafrastis YunJae
Writer : NaraYuuki
Betta reader : Hyeri
Genre : Romance, Pedo (gagal) Friendship? Famili?Ga jelas seperti yang buat =="
Rate : T+
Cast : All Member DB5K and Tiffany Hwang (SNSD)
Disclaimer: : They are not mine but this story is mine, NaraYuuki
Warning : Yuuki masih butuh banyak belajar. Kesalahan ejaan dan pemilihan kata harap dimaklumi, Miss Ty bertebaran, tanpa Yuuki edit, PENCERITAAN NGEBUT JADI JANGAN DIPROTES YA, JEBBAL….
.
.
PASTIKAN BACA WARNINGNYA!
.
.
.
"Joongiemau ahjushi menjadi namja chingu Joongie! Dan Ahjushi tidakbolehmenolakkarena Joongie tidaksukapenolakkan!" ucapan konyol seorang namja berusia enam belas tahun yang merupakan sahabat keponakannya sendiri membuat seorang Jung Yunho sedikit kerepotan.
Pasalnya sudah lebih dari satu bulan pasca mengucapkan kalimat ajaib itu, namja cantik yang masih duduk di bangku kelas satu SMA itu selalu merecoki kehidupan namja lajang berusia 38 tahun itu. Bahkan beberapa kali Yunho harus dibuat repot karena yeoja chingunya terbakar cemburu karena bocah itu. Sialnya lagi bocah yang kadang masih bersikap polos itu sering menginap di rumahnya.
Di kantor pun Yunho tidak bisa berkutik bila namja cantik itu tiba-tiba datang mengunjunginya dan membawakan bekal untuknya. Darimana si cantik itu tahu kantornya? Oh, orang tua namja cantik itu bekerja di perusahaan Yunho. Park Yoochun ayahnya bekerja sebagai Manager pelaksanaan di perusahaan Yunho, sedangkan Kim Junsu ibunya bekerja sebagai salah satu bagian keuangan yang mengatur keluar masuknya keuangan perusahaan. Yunho mengenal keduanya karena keduanya merupakan pagawai handal yang sering kali diandalkan ketika perusahaan berada dalam masa-masa sulit. Yunho tidak pernah menceritakan soal putra mereka pada pegawainya itu.
Brak!
Yunho hanya melirik sosok jangkung yang membuka kasar pintu kamarnya. Aish! Sepertinya sebuah masalah baru harus dihadapi Yunho bila namja tampan bermata musang itu ingin segera beristirahat setelah seharian sibuk di kantor.
"Ajhushi harus menenangkan Joongie! Sejak tadi dia menangis karena Ahjushi mengatakan makanan buatannya tidak enak." Ucap namja jangkung itu sengit, "Apa lidah Ahjushi bermasalah? Makanan buatan Joongie bahkan ribuan kali lebih enak daripada Ahjumma operasi plastik yang Ahjushi kencani itu!" omelnya kesal.
"Yah! Jung Changmin! Sopanlah sedikit!" omel Yunho. Andaikan bocah jangkung yang hobi makan itu bukan keponakannya, kalau saja namja menyebalkan itu bukan anak dari kakaknya yang sekarang sedang berada di Jepang, sudah pasti Yunho akan menghajar remaja cerewet yang kini berada di hadapannya.
"Aku tidak bisa tidur karena rengekkan Joongie, Ahjushi!" ucap changmin kesal, "Aku tidak mau tahu, kalau Joongie terus menangis aku akan melaporkan pada Haraboji dan Halmonie kalau Ahjushi sudah berbuat jahat pada seorang anak kecil."
Yunho mengurut keningnya yang berdenyut-denyut sakit. Cukup sudah kegilaan yang dilakukan oleh bawahannya seharian tadi di kantor. Sekarang haruskah waktunya terbuang sia-sia hanya karena seorang remaja labil berusia enam belas tahun?
Yunho menghela napas panjang, sedikit malas namun tetap bangun dari duduk nyamannya. Berjalan pelan melewati sang keponakkan yang kini mengekorinya. Terus berjalan sampai di depan pintu kamar Changmin. Di sana Yunho mendengar suara isakkan yang tidak asing baginya. Hei! Hal seperti ini sudah sering terjadi dan Yunho sudah tahu siapa pemilik isakkan itu. Usai menghembuskan napas beratnya Yunho kemudian membuka pintu berwarna hitam itu, memasuki kamar khas anak remaja kemudian menghampiri sosok cantik yang tengah menangis terisak di atas tempat tidur sembari menelungkupkan tubuhnya, dengan lembut Yunho membalikkan tubuh bergetar itu kemudian mengangkatnya dan membawanya pergi dari kamar Changmin.
Changmin mengacungkan kedua jempolnya pada namja cantik yang berada dalam gendongan sang Ahjushi yang sekilas menoleh ke arahnya, "Joongie... Tidak rugi juga kau ikut ekskul drama... Aktingmu benar-benar bagus..." gumam Changmin.
.
.
''Baiklah Boo, kau menang. Uljimma! Katakan apa maumu?! Aku sungguh sangat lelah hari ini." Ucap Yunho. Keduanya tangannya sibuk mengusap-usap punggung namja cantik yang berada di atas pangkuannya.
"Hiks... Hiks... Jangan tidak acuh (tidak peduli) pada Joongie lagi... Hiks... Jangan mengatakan masakan Joongie tidak enak lagi, hueeeeeeeeeeeeeeeeee..." Kim Jaejoong, namja cantik yang sangat menyukai Yunho itu mengeratkan pelukkannya pada leher Yunho.
"Ne..." sahut Yunho. Sudahlah! Hari ini Yunho ingin mengalah saja pada fans nomor satunya itu. Lagipula kelelahan yang menderanya membuatnya ingin segera mengakhiri kekonyolan ini.
"Yaksok?"
"Yaksok..." jawab Yunho.
"Yunie juga harus memutuskan Tiffany Nunna, Yunie harus memecat Ahra nunna, cari sekerteris lain karena Joongie tidak suka Ahra nunna bersikap seperti itu pada Yunie."
"Arra..."
"Lakukan sekarang!" paksa jaejoong.
"Boo, ini sudah malam."
"Hiks... Hiks... Sekarang Yunieeee..." rengek Jaejoong manja.
Yunho mengembuskan napas panjang, meraih handphonenya, mendial nomor yang terdaftar pada salah satu list di sana, menunggu sebentar sebelum diangkat, kemudian meloud speakernya agar Jaejoong bisa mendengarnya.
"Yoboseo Oppa..." terdengar suara seorang yeoja dari sebrang sana.
"Maaf, mungkin ini agak mendadak untukmu..."
"Ada masalah apa, Oppa?"
"Tiffany, mari kita akhiri hubungan kita." Ucap Yunho terdengar sangat tenang.
"Mwo? Waeyo Oppa? Apa salahku?"
"Kau tidak salah apa-apa. Hanya saja selama kita berhubungan aku kurang merasa nyaman. Banyak sekali perbedaan diantara kita yang tidak bisa disatukan."
"Oo... Oppa... Kita bisa mencobanya, bukan? Berikan aku kesempatan sekali lagi untuk membuktikan kalau aku mampu..."
"Mianhae... Kau yeoja yang luar biasa, kau pasti bisa menemukan namja yang jauh lebih baik daripada aku..."
"Oppa..."
"Terima kasih untuk selama ini. Selamat malam..." begitu Yunho mematikan handphonenya, namja cantik yang berada di atas pangkuannya tersenyum lebar, mengambil handphone Yunho kemudian menonaktifkannya, "Sekarang biarkan aku istirahat ne..."
"Siro! Ahra nunna kan belum..." Jaejoong bangun dari pangkuan Yunho kemudian meletakkan handphone milik namja bermata musang itu di bawah ranjang, entah apa alasannya.
"Masalah pekerjaan tidak bisa diselesaikan lewat telpon, Boo." Ucap Yunho sembari menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang nyaman, "Besok aku akan memindahkannya ke bagian lain. Kau puas?"
Park Jaejoong, namja cantik itu menganggukkan kepalanya pelan walaupun bibirnya sedikit mengerucut karena kesal, "Tapi Joongie malam ini ingin tidur bersama Yunie." Ucap Jaejoong.
"Terserahmu saja, Boo..." ucap Yunho sembari menutup sepasang mata musangnya yang sudah terasa sangat berat.
Jaejoong tersenyum sumpringah, menidurkan dirinya di samping Yunho kemudian menatap wajah tampan namja itu sejenak sebelum akhirnya memeluk tubuh kekar Yunho dan ikut terlelap, jatuh ke alam mimpi indahnya.
.
.
Yunho membuka mata musangnya, menatap wajah damai rupawan yang tepat berada di hadapannya, membiarkan tubuh itu memeluknya erat, mengabaikan pegal akibat lengannya yang dijadikan bantal oleh si cantik itu, "Kau ini kadang-kadang bisa licik sekali, Boo... Menjeratku dan mempermainkan perasaanku. Tapi aku sama sekali tidak bisa marah ataupun membencimu..." gumamnya pelan. Dengan perlahan Yunho menarik tangannya dari bawah kepala Jaejoong, menggantinya dengan sebuah bantal agar Jaejoong tidak terganggu dalam tidurnya. Yunho mengamati wajah Jaejoong sejenak sebelum memutuskan untuk mencium bibir merah merekah itu lembut, "Selamat pagi..." bisiknya hingga akhirnya Yunho memutuskan untuk mandi.
Blam!
Begitu pintu kamar mandi tertutup sepasang mata kelam menghanyutkan itu terbuka lebar. Sorot kebahagiaan tampak jelas di sana. Jaejoong tertawa kecil sembari memeluk selimu tebal yang masih menutupi tubuhnya, "Yunie benar-benar tampan." Lirihnya sembari tersenyum malu-malu begitu teringat bahwa semalam dirinya dan Yunie kesayangannya tidur bersama. Sebuah kemajuan besar mengingat sebelumnya Yunho selalu menjauhinya bila Jaejoong mendekatinya. Well, kegigihan seorang Park Jaejoong sepertinya sedikit membawa hasil.
Tok... Tok... Tokk...
Jaejoong sedikit kaget karena pintu kamar Yunho diketuk dari luar. Bukankah biasanya Changmin selalu masuk begitu saja bila ingin mendatangi kamar Yunho? Bukankah pelayan biasanya tidak membersihkan kamar Yunho selama pemiliknya masih berada di rumah? Lalu siapa yang mengetuk pintu.
Tok... Tok... Tokk...
Tok... Tok... Tok...
Jaejoong berdecak kesal karena pintu terus diketuk dan semakin brutal saja. Dengan sedikit malas namja cantik itu turun dari ranjang empuk yang dipenuhi aroma tubuh Yunho yang memabukkan. Kakinya sedikit terhentak kesal. Kalau Changmin yang mengganggu waktunya, Jaejoong berjanji tidak akan memasakkan makanan untuknya selama setahun penuh, biar tahu rasa si penggila makan itu.
Klek!
Perlahan Jaejoong memutar knop pintu, dan...
"Oppa..." seorang yeoja menubruk Jaejoong dan langsung memeluknya erat.
"Ahjumma... Joongie sesak kalau dipeluk seperti ini." Gerutu Jaejoong.
"Eh?" yeoja itu kaget dan segera melepaskannya, menatap dan mengamati wajah polos nan menggemaskan di hadapannya, "Nugu? Kau keponakan Yunho Oppa?" tanyanya.
Jaejoong menggelengkan kepalanya pelan.
"Lalu? Adiknya?"
Lagi-lagi Jaejoong menggelengkan kepalanya pelan, "Joongie calon istri Yunie." Ucap Jaejoong.
"Mwo?"
"Semalam bahkan Joongie tidur bersama Yunie..."
"Mwo? Ti... Tidur bersama?"
Mungkin bagi Jaejoong arti kata tidur adalah tidur bersama seperti ketika dirinya tidak bisa tidur dan Ummanya akan menemaninya tidur, tapi bagi yeoja dewasa di hadapannya itu arti kata tidur bisa bermakna sesuatu yang tidak biasa, sesuatu yang intim dan serius.
Yeoja itu menatap Jaejoong lekat-lekat, mengamati dari ujung kaki sampai ujung kepala, "Cantik..." gumamnya pelan.
Jaejoong risih ditatap sedemikian rupa oleh yeoja yang dikenalnya sebagai Tiffany Hwang, mantan yeoja chingu Yunho. Mantan? Tentu saja, bukankah semalam Yunho sudah memutuskan yeoja itu...
"Dia tidak merasa nyaman bila kau melihatnya seperti itu." Ucap Yunho yang baru keluar dari kamar mandi memakai baju rumahnya. Kaus lengan pendek dengan celana pendek sebatas lutut.
Jaejoong menoleh dan menatap Yunho.
"Oppa..."
"Ada apa?"
"Sebenarnya aku ingin protes karena Oppa memutuskanku seperti itu, tapi... Calon istrimu sunggung sangat cantik, Oppa." Tiffany tersenyum pada Jaejoong, "Kenapa Oppa tidak mengatakan kalau Oppa sudah punya calon istri? Ish! Oppa membuatku terlihat seolah-olah aku ini orang jahat."
"Huh? Calon istri?" tanya Yunho binggung.
"Aiish! Kalau begitu sampai jumpa dihari pernikahan kalian ne..." ucap Tiffany, sebelum pergi yeoja seusia Yunho itu mencubit gemas kedua pipi Jaejoong hingga memerah.
"Apa yang kau katakan padanya, Boo?" tanya Yunho sembari melirik namja cantik di sampingnya.
"Joongie calon istri Yunie?" gumam Jaejoong.
Yunho menghembuskan napas beratnya, "Tiffany pasti akan bicara macam-macam soal ini pada orang lain..."
"Jadi kapan?" Jaejoong menatap lekat wajah tampan Yunho.
"Apa?"
"Bukankah hari ini Yunie berjanji akan mengurus soal Ahra nonna?" tanya Jaejoong menagih janji Yunho semalam.
Yunho berdecak, sepertinya sangat susah untuk lepas dari cengkraman namja cantik seusia keponakannya itu, "Akan ku lakukan hari ini, bukankah ini masih terlalu pagi untuk pergi ke kantor? Dan kenapa kau tidak bersiap untuk berangkat sekolah, hm?"
"Oh, hari ini sekolah Joongie libur karena para guru sedang merapatkan persoalan kurikulum baru yang akan diterapkan mulai semester depan. Apakah Minie tidak mengatakannya pada Yunie?"
"Tidak..." jawab Yunho, "Kalau begitu mandilah dan kita sarapan bersama!"
"Sippo..." Jaejoong mengacungkan ibu jarinya kemudian melesat menuju kamar mandi kamar Yunho. Namja cantik itu tidak khawatir soal pakaian gantinya karena sebagian isi almari Changmin berisi baju-bajunya.
.
.
Yunho benar-benar menepati janjinya pada Jaejoong, namja bermata musang itu benar-benar memindahkan Ahra yang semula sekertarisnya kebagian keluar masuknya barang di gudang. Yunho juga menyempatkan diri menemui orang tua Jaejoong untuk membicarakan kebiasaan namja cantik itu yang sering mengusik hidupnya.
"Mianhae, maafkan Joongie kecil kami, Presdir..." ucap Junsu yang kaget mendengar kelakukan putra kesayangannya selama berada di rumah atasannya. Junsu kira Jaejoong sering menginap di kediaman keluarga Jung hanya untuk belajar bersama Changmin, ibu satu anak itu tidak menyangka kalau putra kesayangannya justru mengganggu atasannya, atau... mengejar-ngejar atasannya?
"Gwaechana..." sahut Yunho, "Aku hanya ingin mengatakan dan meminta ijin pada kalian untuk..."
.
.
Yunho menghela napas panjangnya, hari ini pun namja cantik itu merusuh di rumahnya. Padahal hari ini Yunho berharap bisa lepas dari cengkraman namja cantik yang selalu membuatnya rela melakukan olah raga jantung.
"Yunie..." Jaejoong berlari menghampiri Yunho dan mengambil tas kerjanya, "Hari ini Joongie membuat kue coklat, apa Yunie mau? Akan Joongie ambilkan..."
"Aku mau, tolong antarkan ke kamarku, aku sangat lelah hari ini..."
Jaejoong mendekap tas kerja Yunho erat, menganggukkan kepalanya pelan sebelum berjalan menuju dapur untuk menyiapkan kue untuk Yunie kesayangannya.
"Semoga pilihanku ini tidak salah..." gumam Yunho sembari menyeret kakinya menapaki tangga rumah menuju kamarnya.
.
.
Jaejoong tersenyum sumpringah karena Yunho memakan kue buatannya dengan sangat lahap, tanpa mengeluh tidak enak, pahit atau terlalu manis, Yunho memakan tiga potong kue coklat itu tanpa sisa. Paman Jung Changmin itu bahkan meneguk jus wortelnya hingga nyaris habis.
"Enak?" tanya Jaejoong.
"Kalau tidak enak mana mungkin aku memakannya sampai habis, Boo?" tanya Yunho.
"Mungkin saja Yunie menghabiskannya hanya karena ingin membuat Joongie senang saja. Buktinya selama ini Yunie selalu mengatakan masakan Joongie tidak enak..." Jaejoong menunjukkan raut wajah cemberutnya.
Yunho tersenyum dan mencubit pipi Jaejoong pelan, "Boo Jae benar-benar ingin menjadi istriku?"
Jaejoong menggangguk penuh semangat, "Ne. Itu tujuan hidup Joongie."
Yunho mengusap wajah cantik Jaejoong yang duduk di sampingnya, mengambil sebuah kotak kecil dari saku celananya, kotak cincin. Yunho memberikan kotak cincin itu pada Jaejoong, "Kau ingin kita menikah, kan Boo? Mari menikah..." ucap Yunho.
Jaejoong menatap Yunho dengan pandangan binggung, doe eyes kelamnya menatap kotak kecil berwarna maroon dalam genggamannya dan wajah tampan Yunho secara bergantian, "Yunie serius?"
Yunho mengangguk pelan, "Ne... Kita akan menikah. Tapi Boo Jae harus lulus SMA dulu."
"Yunieeee..." Jaejoong kegirangan, dengan penuh semangat namja cantik itu memeluk leher Yunho dan menciumi wajah tampan namja yang membuatnya jatuh cinta itu bertubi-tubi. Mengekspresikan kebahagiaan yang selama ini berusaha diraihnya.
.
.
Dari balik pintu kamar sang paman, Changmin tersenyum bahagia atas kebahagiaan yang didapatkan oleh sahabatnya. Ah... perjuangan namja cantik itu tidak sia-sia rupanya. Changmin sebenarnya tahu kalau pamannya juga menyukai Jaejoong, hanya saja Yunho terlalu menjaga gengsinya untuk mengakui bahwa dirinya telah jatuh cinta pada seorang bocah berusia 15 tahun.
"Nah Joongie... Kau sudah berjanji padaku bukan... Seratus toples kue coklat kering begitu kau bisa mendapatkan Ahjushi... Kau harus menepati janjimu..." gumam Changmin sembari mengusap perutnya pelan, namja jangkung itu membiarkan pasangan yang dimabuk cinta berkelana dalam dunia mereka sendiri.
Dunia penuh cinta... Cinta yang tidak mengenal batasan usia... Cinta yang membenarkan segalanya yang timpang... Cinta yang mendasari semuanya...
.
.
END
.
.
.
.
Saturday, November 30, 2013
8:03:50 PM
NaraYuuki
