Perfect
Chapter 1
"Kamu adalah Souji Seta. Kamu harus menjadi anak yang sempurna." Kalimat itu...sudah sangat sering kudengar, karena sejak aku lahir...kalimat itu sudah terus dikatakan ayah dan ibu kepadaku. Ayah selalu mengatakan bahwa aku harus menjadi seseorang yang sukses seperti ayah dan ibu nantinya. Saat itu aku masih kecil dan masih belum mengerti maksudnya. Aku hanya melakukan apa saja yang ayah katakan dan...menikmatinya.
Tapi, sekarang aku sudah besar dan mengerti apa yang dimaksudkan. Mungkin memang, ayah dan ibu ingin agar aku sukses, tapi jujur saja...aku tidak ingin seperti mereka. Mereka selalu sibuk dengan pekerjaan dan tidak sempat memperhatikanku. Mereka lebih mencintai pekerjaan mereka daripada aku ― anak mereka satu-satunya.
Aku tidak ingin menjadi seseorang yang sempurna. Aku tidak ingin seperti ayah. Tapi, aku sudah terlanjur menjadi seperti ayah. Karena sejak awal, sejak aku baru dilahirkan, aku sudah dibina menjadi seseorang yang sempurna. Aku sudah seperti sebuah robot yang diprogram menjadi sempurna.
Tapi, tak pernah kusangka, kesempurnaan ini-lah yang mempertemukanku dengan dia.
Besok, 11 April 2011. Aku akan berangkat ke Inaba, kota tempat paman dan sepupuku berada. Ya, aku akan dititipkan kesana karena ayah dan ibu ada pekerjaan dan akan pergi keluar kota...lagi. Aku ditinggal sendiri, seperti biasa.
"Souji! Ayah dan ibu berangkat ke airport dulu! Kamu mau antar?" suara ayah terdengar dari bawah. Kelihatannya mereka sudah akan berangkat.
"Hm-mm. Ayah dan ibu pergi saja. Aku sedang membereskan barang-barangku." aku berbohong. Barang-barangku sudah kusiapkan daritadi. Lagipula barang yang akan kubawa tidak banyak. Aku hanya...malas bertemu mereka. Aku pun melanjutkan menghabiskan waktuku dengan bermain game.
―――――――――
Inaba, sebuah kota yang kecil. Aku bahkan bisa selesai mengelilingi kota sekecil ini hanya dalam waktu satu hari. Aku pasti akan cepat bosan disini. Tapi, paling tidak aku tidak akan bertemu ayah dan ibu disini. Hanya satu tahun ini aku akan tinggal disini. Kira-kira orang-orang seperti apa yang akan kutemui disini? Apa akan ada bedanya dengan di Tokyo? Aku...tidak perduli.
Saat aku sampai di Inaba, terjadi suatu kasus pembunuhan yang...aneh. Polisi menemukan mayat yang digantung di atas antena. Korban pertama adalah Mayumi Yamano. Dan kedua adalah Saki Konishi, anak pemilik "Konishi Liquior" yang bekerja di Junes, senpai kami, orang yang Yosuke suka, dan juga orang yang pertama kali menemukan mayat Mayumi Yamano.
Tapi... sekali lagi, kesempurnaanku membawaku menuju suatu petualangan yang takkan pernah kulupakan. Hari ke-4 di Inaba, aku, Yosuke, dan Chie tanpa sengaja masuk ke dunia TV dan bertemu dengan seekor beruang aneh yang mengaku sebagai penghuni dunia ― yang juga aneh ― itu. Mereka memintaku menjadi pemimpin mereka karena akulah orang yang paling awal mendapat Persona-ku dan juga tentu karena kesempurnaanku. Aku hanya mengiyakan saja, karena aku tahu...jika aku menolak, maka mereka semua tidak akan memandangku. Maka dari situlah, petualangan kami dimulai.
Pada saat pertengahan bulan Mei, aku bertemu dengannya...saat kami sedang memata-matai Kanji ― orang yang kami pikir mungkin adalah korban selanjutnya. Dia terlihat seperti seorang laki-laki, walaupun sebenarnya aku agak kurang yakin dikarenakan oleh tubuhnya yang...kecil itu. Dia seorang detektif, dan sedang mencari tahu tentang kasus pembunuhan yang aneh ini juga.
Aku tidak pernah menyangka, dia yang awalnya aku kira adalah seorang laki-laki dan berhati dingin itu ternyata adalah seorang perempuan yang bernama Naoto Shirogane.
Setelah kami berhasil menyelamatkannya, dia bergabung dengan kami. Tidak lama setelah itu, aku baru sadar bahwa aku menyukainya. Tapi segalanya tidak semudah itu...karena...Kanji, adik kelasku, dan juga anggota Investigation team, juga menyukai Naoto.
――――――――――
"Yo Senpai! Aku ingin mengajakmu makan di atap. Bisa?" tanya Kanji suatu siang saat istirahat makan siang.
"Ng? Baiklah! Kebetulan hari ini aku bawa bekal. Ayo naik!" kami pun kemudian naik ke atap.
"Ah, Senpai... Aku ingin bertanya."
"Apa yang ingin kau tanyakan, Kanji?"
"Begini...kalau Senpai menyukai seorang gadis...apa yang akan Senpai lakukan?" wajahnya memerah seraya mengatakan kalimat itu. Gadis yang disukai...ya, Naoto. Tapi, yang disukai Kanji juga Naoto...aku tahu itu dikarenakan oleh kesempurnaanku. Apa yang harus kulakukan?
"Ah? Gadis yang kusukai? Tentu aku akan...berusaha mendekatinya. Memangnya siapa gadis yang kau sukai itu?" aku...menanyakan hal bodoh yang sebenarnya sudah kuketahui.
"A-apa?! A-aku tidak!" wajah Kanji memerah. Dia berhenti berbicara sejenak dan menatapku...kemudian melanjutkan bicara lagi sambil menghela nafas panjang, "Aku...suka pada Naoto."
Ya...Kanji suka pada Naoto. Aku tahu, "Oh, Naoto yah? Jadi? Kapan kau akan mulai mendekatinya? Atau mungkin...kau sudah masuk ke tahap di mana kau akan menembaknya?" kataku sambil memaksakan tawa di wajahku. Aku...benci. Kenapa aku harus menjadi seseorang yang sempurna? Kanji mungkin tidak akan menanyakan masalah ini kepadaku jika aku tidak sempurna, dan aku pun bisa berpura-pura tidak mengetahui perasaannya. Sekali lagi, kesempurnaan ini hanya membawa masalah kepadaku.
"Ah! Tentu tidak, Senpai! A-aku...baru mau mendekatinya. Kira-kira...cara apa yang bisa kugunakan? Kau kan tahu bahwa Naoto kelihatannya orang yang sangat sulit didekati."
"Kau...bisa mendekatinya dengan mulai mengajaknya berbicara. Kurasa topik yang kau bahas bisa berupa...kasus-kasus kriminal," kataku menyarankan, "Ya, itu cara yang tepat" kukatakan itu dalam suara yang agak kecil, hanya untuk kudengarkan sendiri.
Aku benci! Aku benci menjadi orang yang bisa diandalkan mereka. Aku ingin...terlahir sebagai seseorang yang biasa saja dan kejam. Jadi, aku tidak perlu memikirkan perasaan mereka dan tidak perlu menahan perasaanku seperti ini.
――――――――――
A/N : minna-san... maaf atas cerita aneh ini dan juga terima kasih karena anda sudah mau membaca cerita ini hingga akhir :3
Dan saya akan sangat senang jika ada yang berniat me-review cerita saya ini ^w^
