Desclaimer: Naruto © Masashi Khisimoto
Rating: T
Genre: Romance
Pairing: SasuNaru
Warning: AU, Fluff, OOC, dan banyak kekurangan.
Author's note: Author tidak menanggung efek yang ditimbulkan dari fanfict ini terhadap reader. Kalau keberatan, silahkan meninggalkan page ini. Terima kasih
Selamat membaca ^_^
A Sweet Day
By: Doru Namimaki
Pagi ini aku memulai kehidupanku seperti biasa, yaitu dengan semangatku dan senyuman lima jariku yang selalu kutampilkan. Hari ini aku merasa senang sekali –tanpa tahu penyebabnya– yang jelas hatiku merasa gembira sekali.
Aku sampai di kampusku terlalu 'pagi', tidak ada angkatanku yang berada di kampus saat ini karena perkuliahan memang dimulai agak siang nanti. Aku pergi ke kampus pagi-pagi karena ada sesuatu yang kukerjakan sebelumnya.
Setelah beranjak dari tempat parkir, aku menuju ke tempat duduk di bawah pohon yang cukup besar. Cukup lama rasanya aku duduk di sana dan tidak ada satu orangpun yang aku kenal berada di sana. Akhirnya aku memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar kampus.
'Wah, hari yang cukup indah, ya. Matahari tidak terlalu panas, tapi terlihat cerah', batinku melihat pemandangan sekitar.
Tiba-tiba...
CRIIIIIIIIIIIIIIIIIIIT... Suara rem mobil yang tidak kuat menahan gaya gesek ban memekakkan telingaku. Lantas aku melihat ke arah depanku, asal suara itu, dan melihat sebuah mobil mewah berwarna silver menuju ke arahku dengan tidak terkendali. Mataku terbelalak dan setelah mobil itu sangat dekat denganku, aku menutup mata. Lalu semua menjadi gelap.
.
.
Perlahan kesadaranku terkumpul, aku mengerjapkan mataku.
'Ini di mana?' batinku setelah aku cukup tersadar.
'Mobil itu!' seruku dalam hati setelah mengingat kejadian sebelum aku berada di sini.
'Apakah aku sudah mati? Oh Kami-sama...' batinku cukup frustasi, aku cukup susah menggerakkan badanku.
"Hei, apa kamu baik-baik saja?" terdengar suara baritone yang lembut dan terdapat rasa khawatir di dalamnya.
Aku menoleh ke sumber suara. Dan aku melihat sesosok pemuda tampan, bertubuh tegap, berkulit putih, berambut spike hitam, keren, bisa dikatakan sempurna.
"Malaikatnya ganteng banget. Apa ini berarti aku masuk surga?", ucapku pelan, kalimat itu terucap begitu saja dari mulutku.
Malaikat itu sempat tertawa lalu berkata,"Maafkan aku ya, tadi aku menabrakmu. Kau ingat? Ban mobilku tergelincir, sehingga menyebabkan hal ini terjadi kepadamu."
Aku rasa mukaku sedikit kemerahan karena sadar akan ucapanku kepada malai—errr... pemuda ini sebelumnya.
"Ehh iya, aku ingat. Oh tidak apa-apa kok, aku rasa tidak ada yang salah dengan tubuhku", kataku sambil mendudukkan diri.
"Oh syukurlah kalau begitu, ehmmm..."
"Naruto. Namikaze Naruto", ucapku sambil menyodorkan tangan untuk berjabat tangan.
"Sasuke. Uchiha Sasuke. Senang bertemu denganmu, Naruto. Walaupun tidak cukup senang menabrakmu", candanya sambil tersenyum tipis.
Waktu terasa begitu lambat. Sentuhan tangannya begitu lembut dan ada gelombang elektrik mengalir dari tanganku menuju dadaku. Kami saling bertatap tanpa ada kata yang terucap, sampai akhirnya aku yang cukup tersadar karena telah berjabat tangan cukup lama sehingga menampakkan wajah dengan ekspresi seperti orang yang kaget. Dia juga cukup tersentak lalu kami melepaskan jabatan tangan kami secara spontan.
"Kamu di rumahku, Naruto. Aku membawamu kemari karena kebingungan harus membawamu kemana lagi", ucapnya dengan agak canggung setelah beberapa detik keheningan muncul diantara kami.
"Ah, terima kasih, Sasuke. Maaf merepotkanmu hehe", kataku sambil menunjukkan cengiran rubahku.
"Kau bilang apa sih, seharusnya aku yang minta maaf kepadamu. Oh iya, apa kau mahasiswa Konoha Institute?"
"Iya, aku mahasiswa tingkat satu. Ini di mana? Apa jauh dari kampusku? Aku ada kuliah siang nanti"
"Tidak, cukup dekat dengan kampusmu. Ini di Senju City. Kalau tidak keberatan, istirahatlah sebentar di sini sebagai permintaan maafku"
"A-Ah... Iya...", ucapku agak pelan, tidak tahu kenapa aku agak malu ketika melihat wajahnya.
"Tunggu di sini sebentar ya, aku buatkan teh hangat untukmu"
"Eh tidak usah repot-repot", kataku. Entah dia mendengarnya atau tidak tetapi dia sama sekali tidak merespon kataku tadi.
Beberapa saat kemudian, dia membawa baki yang berisi teko, satu sachet teh celup, dan dua cangkir gelas. Lalu dia membuat dua gelas teh hangat. Aku terus memperhatikan dia, kulitnya yang begitu putih, wajahnya yang sangat tampan, tubuhnya yang sangat bagus, rambutnya yang –
Dia menatapku. Aku cukup kaget karena tiba-tiba ia melihat ke arahku. Spontan, aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah lain. Aku rasa dia tersenyum tipis, lalu dia melanjutkan kegiatannya. Setelah selesai menuangkan teh dari teko, dia menyodorkan secangkir teh yang cukup hangat ke arahku. Hatiku menginginkan menyentuh tangannya lagi walaupun sedikit, tetapi tiba-tiba saja aku ingin menghindari hal itu.
"Terima kasih", kataku setelah menerima cangkir itu dan menghindari sentuhan dengannya.
Dia duduk tepat di hadapanku. "Ne, Naruto. Jam berapa kau kuliah?", ucapnya setelah meminum sedikit tehnya.
"Ehmmm... Jam 1 Siang, 'Suke", ucapku setelah mengingat-ingat.
"Anou... Kau kuliah di mana?", tambahku. Sepertinya dia lebih tua dariku, aku sempat berpikir dia sudah kerja atau masih kuliah.
"Aku mahasiswa tingkat tiga di Hiruzen University"
"Wah, itu kan universitas ternama yang sangat mahal"
Aku melihat dia sedikit mendengus, lalu ekspresinya terlihat datar kembali. 'Apa aku salah bicara?', batinku.
"Naruto, maukah kau menemaniku jalan ke mall dekat sini? Hakuen Coast, kau tahu kan? Lebih dekat dengan kampusmu juga", ucapnya mengalihkan topik. Aku melihat ekspresi malu-malu di wajahnya, melihat hal itu aku tersenyum tipis.
Aku cukup kaget dengan ajakannya. Kau diundang untuk jalan ke mall dengan orang yang baru beberapa menit kau kenal? Aku rasa hal itu terlalu cepat. Wajahku sepertinya berubah menjadi sedikit kemerahan.
"To? Naruto?"
"E-eh... Iya, aku mau", seketika kurasakan wajahku memanas, mungkin wajahku terlihat lebih merah lagi. Terkadang aku merutuk diriku sendiri kenapa aku jadi gugupan begini.
Setelah menghabiskan tehku, dia menyodorkan tangannya ke arahku. Aku meraih tangannya dengan degup jantung yang cukup kencang. Namun, aku tersontak karena aku merasakan sedikit nyeri di bagian kakiku. Aku meringis, Sasuke manatapku dengan tatapan khawatir. Dia mengulurkan tangannya yang satu lagi untuk membantuku berdiri.
"Sudah tidak apa-apa kok hehe", kataku setelah aku merasa tidak apa-apa lagi yang perlu dikhawatirkan.
"Kau yakin?"
Aku hanya mengangguk manis. Lalu dia menggandeng tanganku dan aku mengikutinya. Rumahnya sangat mewah dan besar. Dindingnya terukir dewa-dewi, prajurit, unicorn, ukiran ala eropa. Banyak barang yang jika dilihat saja sudah terpancar aura glamour darinya. Lampu-lampu menghiasi dinding serta atap yang terkesan mewah juga. Kami sampai di garasi, tempat mobil yang menabrakku tadi berada.
"Mobilnya tidak apa-apa, 'Suke?"
Dia terkekeh pelan," Aku mengkhawatirkanmu. Kau malah mengkhawatirkan mobilku? Kau lucu sekali." Setelah sepersekian detik dia mengatakan itu, sepertinya aku melihat sedikit semburat merah tampak di pipinya.
Aku ikut tertawa kecil setelah menyadari bahwa aku lebih khawatir dengan mobilnya daripada mengkhawatirkan diriku sendiri. Dia membukakan pintu mobilnya dan mempersilahkan aku duduk. Setelah itu dia duduk di kursi pengemudi.
Pintu garasi terbuka, dan tampak seorang pelayan yang menunduk hormat ketika mobil ini melewatinya begitu pula satpam yang berada di pagar untuk membukakan pagar.
'Dia pasti anak dari orang yang super kaya raya. Rumahnya sangat mewah, kuliah di universitas mahal, penampilan yang sangat modis, mobil mewah, aku rasa dia tidak punya kekurangan yang berarti', aku sedikit melamunkan pemuda di sampingku ini.
Jarak mall ini dengan rumah Sasuke tidak begitu jauh, mall ini di dalam kompleks perumahan Sasuke. Aku sadar, ini masih pagi setelah melihat jam di tangan kirinya yang digunakan untuk menyetir. 'Apa ada mall dengan toko-toko di dalamnya yang sudah buka sepagi ini? Mungkin yang ada hanya orang-orang yang mengepel dan pegawai-pegawai toko yang menyiapkan toko untuk buka', pikirku.
"Sasuke, apa mallnya sudah buka? Kalaupun sudah, bukannya masih sepi? Hanya ada pegawai yang menyiapkan untuk buka atau untuk bersih-bersih", ungkapku mengeluarkan yang ada di benakku.
"Memang belum sepenuhnya buka, tetapi aku ada restoran langganan yang buka 24 jam di mall itu"
'Restoran langganan? Pasti restoran mahal! Aku kan tidak membawa banyak uang, bagaimana ini? Apa aku hanya memesan es teh manis aja ya? Itupun kalau ada', batinku yang sudah kacau karena tidak membawa banyak uang.
"Oh begitu, Sasuke. Baiklah", ucapku yang berbeda dengan apa yang aku rasakan.
Setelah memarkirkan mobil, kami menuju ke dalam mall. Aku pernah ke mall ini sebelumnya karena jaraknya tidak jauh dari kampusku. Lalu kami masuk ke dalam restoran yang sudah bisa kutebak sebelumnya kalau restoran ini menjual makanan mahal.
Kami duduk berhadapan. Lalu tidak lama setelah itu, seorang pelayan datang membawa menu. Aku memesan orange juice saja, sedangkan Sasuke memesan kopi dan muffin.
"Hanya pesan itu saja, Naruto?"
"Iya, sepertinya aku tidak terlalu lapar"
Kami mengobrol dan saling bertanya tentang kehidupan masing-masing. Dia banyak bertanya tentangku. Walaupun aku hanya menjawab pertanyaannya saja dan sedikit melontarkan pertanyaan yang tidak terlalu pribadi tentang kehidupannya, tetapi pembicaraan kami cukup mengasikkan.
Seorang pelayan datang membawa pesanan kami tadi. Pelayan tersebut memberiku satu muffin dan orange juice, lalu kopi serta muffin yang satunya untuk Sasuke, lalu pelayan itu membungkuk sedikit dan meninggalkan meja kami. Karena aku merasa tidak memesan muffin, aku mengembalikan muffin itu ke Sasuke. Tetapi ucapan Sasuke menghentikanku,"Itu untukmu, Naruto. Makanlah."
"B-Baiklah, Sasuke"
"Sepertinya bioskop akan buka sebentar lagi, kau mau nonton denganku?", ucap Sasuke setelah mencicipi muffinya.
Lagi-lagi wajahku merona setelah mendengar kata 'nonton denganku' yang aku anggap hanya akan nonton berdua saja di bioskop itu.
"E-eh... Ehmmmm...", pikirku. Aku juga cukup kaget apakah ini tergolong hal yang wajar kalau ada orang yang baru kau kenal langsung mengajakmu nonton dengannya di bioskop.
"Anggap saja ini permohonan maafku, aku yang traktir."
"Baiklah, tapi kau tidak perlu mentraktirku, Sasuke."
"Tidak, tidak. Aku yang traktir."
"Tidak perlu, Sasuke. Aku memaksamu untuk tidak mentraktirku, oke?", kataku dengan sedikit cengiran.
Dia tersenyum kecil, dan berkata,"Baiklah, tapi aku yang mentraktirmu makan yang ini ya."
Ketika aku akan melontarkan kalimatku untuk menolak tawarannya itu, dia menambahkan,"Kali ini aku yang memaksa, Naruto."
Setelah selesai membayar, kami bergegas menuju bioskop yang berada di lantai paling atas. Hanya ada dua teater yang buka, satunya adalah film barat bergenre comedy, satunya bergenre romance.
"Kau mau nonton yang mana? Aku terserah kamu saja"
"E-eh... Yang itu saja" aku menunjuk poster film romantis. "Aku sudah menonton yang satunya", tambahku.
"Baiklah, tunggu sini ya"
Kami masuk ke teater 2, tempat film itu diputar. Ternyata film itu sudah diputar beberapa menit. Kami duduk di bangku dua dari teratas di bagian tengah. Sasuke meletakkan popcorn yang ia pesan di tengah tempat duduk kami berdua. Ternyata bioskop ini sangat sepi. 'Pantas saja sepi, ini kan masih pagi dan ini bukan weekend', pikirku.
Aku cukup menikmati filmnya, banyak hal yang diluar dugaan. Film ini cukup out of the box. Di tengah pemutaran film ini, aku mengambil popcorn yang ada di samping kananku dan tidak sengaja menyentuh tangan sasuke lagi, ralat, bukan menyentuh. Tetapi menggenggam tangan Sasuke seperti sedang mengambil popcorn dari tempatnya. Sepersekian detik aku sadar itu bukan popcorn, aku melepaskan tanganku dan tidak jadi mengambil popcorn. Aku juga tidak berani melihat ke arahnya. Aku rasa wajahku memanas sekali, untung saja tempat ini gelap.
Setelah film selesai dengan akhir bahagia, lampu kembali menyala. Kami memutuskan untuk duduk sebentar, menunggu orang-orang untuk keluar terlebih dahulu walaupun sedikit yang menonton film tadi.
"Sasuke, sepertinya aku akan masuk kuliah setengah jam lagi"
Dia melihat jamnya,"Kau benar. Ayo, aku antar ke kampusmu." Aku mengangguk lalu mengikutinya melangkah keluar dari mall ini.
Kami menuju kampusku dengan sedikit pembicaraan ringan. Aku memintanya untuk menurunkanku di tempat kami bertemu tadi alias tempat dia menabrakku. Tetapi dia menolak dan menurunkanku di depan kampusku.
Aku cukup tersipu malu melihat teman-temanku yang melihatku datang dengan mobil super mewah tanpa penutup kap atas sehingga orang-orang bisa langsung melihat dari luar. Sebelum turun, aku meminta nomor handphonenya untuk sekedar relasi atau bahkan bisa lebih dari itu. Setelah dia memberikan nomornya, aku telepon dia untuk memeberi nomor handphoneku kepadanya.
"Terima kasih banyak, Sasuke", ucapku dengan agak tersipu tetapi aku memberanikan diri untuk menatapnya.
"Ya, kapan-kapan kita bertemu lagi ya. Jaa", dia memutar arah jalan mobilnya menjauhiku.
Aku sempat melambaikan tangan ketika dia akan pergi dan dia membalasku dengan senyuman yang sangat memesona. Kemudian aku masuk ke kampus, aku melihat beberapa temanku yang menatap ke arahku dengan pandangan yang tak biasa, mungkin cukup terkesan dengan aura super wah dari orang yang mengantarku. Tapi aku mengabaikannya.
Aku mengirim SMS kepada Sasuke untuk berterima kasih, lalu Sasuke membalas sekitar 15 menit kemudian. Aku berpikir kalau Sasuke sedang sibuk, jadinya aku tidak membalas SMSnya lagi. Bayangan Sasuke terus berada dalam pikiranku. Selama kuliahpun aku tidak cukup konsentrasi karena memori tentang beberapa jam lalu bersama Sasuke terus terngiang.
Sampai di rumahpun aku juga sering senyum-senyum sendiri sampai Kaa-san menegurku,"Cepat makan, Naruto! Jangan senyum-senyum terus."
Aku cukup kaget oleh suara Kaa-san dan cepat-cepat melanjutkan makan. Lalu aku bergegas menuju kamar. Kejadian hari ini terus ada di pikiranku, apalagi kejadian ketika bersentuhan dengannya. Apalagi kejadian di bioskop itu, sangat membuatku menjadi salah tingkah.
Tiba-tiba aku teringat, aku belum membayar nonton di bioskop tadi. Padahal aku sudah bilang kalau aku membayar sendiri. Aku memutuskan untuk mengirimnya SMS lagi.
To: Sasuke
Sasuke, aku lupa tadi belum bayar nontonnya! Maaf ya. Pokoknya aku harus membayarnya! Aku kan sudah bilang kalau aku yang membayarnya.
.
Sasuke membalasnya tidak lama setelahnya
.
From: Sasuke
Tidak usah dipikirkan, Naruto. Tenang saja
To: Sasuke
Tidak, aku tidak bisa, Sasuke. Aku tidak akan menarik kata-kataku.
From: Sasuke
Baiklah kalau begitu, anggap saja kau berhutang padaku untuk jalan bersamaku lagi ya
.
Aku tersipu setelah membaca SMS itu, mukaku kembali memerah.
.
To: Sasuke
Baiklah, Sasuke. Arigatou
.
Sepertinya intuisiku benar kalau aku sangat gembira hari ini. "Terima kasih dunia!", ucapku cukup lantang sambil memeluk gulingku gemas.
OWARI
Senju City itu bukan nama kota, tetapi nama perumahan.
Rambutnya Sasuke spike? Bukan pantat ayam? Iya, karena aku pengen bikin sequelnya ini. Tapi lihat dulu deh. Kalau menurut reader jelek, ya gak usah *duduk di pojokan*
Gimana cerita perdanaku? Ada yang kurang? Atau kelebihan kekurangan? Silahkan review, flame juga gakpapa kok x'D
Aku masih bingung dengan warning dan kode-kode dalam fanfict, yang aku tau cuman OOC sama typo doang -,-
Mohon bantuannya dari para senpai *puppy eyes*
Terima kasih sudah membaca
