Author : Michiyo Momoka

Disclaimer: masih punya Masashi Kishimoto

Momo's note : UAAAAA!!! fanfic pertamaku, maap kalau ancur...dan mungkin ada kesamaan dengan fic lainnya.

The Order of My Life

Chapter 1

(Duty)

Apa yang kau lakukan saat kau beranjak dewasa? Menikmati dunia bebas? mencari cinta? atau sekedar mencoba hal yang belum pernah kau coba. Orang bilang masa SMU adalah masa terindah dalam hidup. Dimana saat kau buka mata misteri dunia akan terlihat. Dan akan mengajarkanmu banyak hal tentang kehidupan, mengantarkanmu ke jalan dewasa. Mungkin itu memang benar tapi…masa paling bahagia? Benarkah?

Musim kemarau masih berlanjut. Menggugurkan daun-daun yang kehilangan pegangan. Selayaknya hati yang kehilangan jalan. Semilir angin kering mengibarkan rambut kuning pirangnya. Mata itu masih nampak kemerahan. Perlahan dia memasuki gedung peninggalan belanda tempatnya belajar saat ini.

"Pagi…" katanya perlahan,cukup singkat, tidak sekeras dan senyaring biasanya tapi cukup untuk mengheningkan kelas itu. Tidak hiraukan berapa pasang mata yang tertuju padanya. Iapun menarik kedua ujung bibirnya membentuk sebuah lengkungan kecil. "Kenapa kalian berhenti berbicara semua? Apa ada yang aneh sehingga kalian menatapku seperti itu?"

Sejenak ia berhenti berbicara seiring hening yang menyelimuti 'tentu saja bodoh siapa yang tidak melihatmu aneh saat tiba-tiba kau kehilangan semua yang kau miliki. Dalam keadaan yang tak wajar, atau lebih tepatnya mengenaskan,' " Hh, jangan menatapku seperti itu kalian membuatku merasa grogi, he.."

Dekapan itu datang bertubi diikuti mimik khawatir semua yang bernyawa disitu. "Naru…. Kami khawatir padamu, apa kau benar-benar tak apa?" bisik cowok berambut coklat acak-acakan dan memiliki tato segitiga terbalik di kedua pipinya itu.

"Apaan sih , aku baik-baik saja," balas Naru sambil memperlebar senyum 3 jarinya.

"Tapi setelah peristiwa itu kau…, katakan pada kami kalau kau ada masalah" cowok itu menghela nafas sebentar sambil menatap sahabat tersayangnya itu, "Jangan simpan masalahmu sendirian."

"Kiba, benar naru," sela seorang cowok yang berambut seperti nanas, dari keadaan matanya terlihat benar kalau dia seorang pemalas. Tapi kenapa pemalas satu ini bisa seserius sekarang? "Kalau ingin menangis, menangislah"

Naruto memandang semua sahabat-sahabatnya disitu, dia sadar benar bahwa dia tak sendiri masih banyak teman yang dia miliki, namun apa itu cukup? Senyum itu berganti dengan tawa renyah, "Hmfp ha ha ha ha …aku tidak apa, sungguh! Dan Shikamaru aku tersanjung kau berkata begitu padaku, biasanyakan kau paling malas menghibur orang," yang diajak bicara hanya mendengus sebentar, kemudian mata biru sapphire naruto beralih ke Kiba, "Dan kau Kiba, pertama kalinya aku melihatmu dengan muka seserius itu. Wajahmu lucu sekali."

"Aw apa-apaan kau!" teriak Naru ketika merasakan perutnya dihantam siku oleh Kiba

"Salahmu sendiri, sia-sia aku mencemaskanmu!"

"Hehe maaf apa kalian sudah makan, kaliankan mengkhawatirkanku bagaimana kalau kalian mentraktirku makan? sudah lama aku tak makan ramen."

"Dasar kau, makan aja yang ada dikepalamu," kata Kiba sambil sekali lagi menghantam Naruto dengan bogem kecilnya.

"Aku kan belum sarapan, bagaimana kalau aku sakit, kalian akan tambah khawatirkan…?"

Hfpm….hahaha… "Syukurlah kamu masih seperti biasanya Naru," kali ini cewek berambut pink, "Kami kira kau akan berubah menjadi dingin seperti di film film itu ups.."

"Sa sakura ap pa yang kau bi bicarakan?" kata gadis anggun berambut indigo memotong pembicaraan Sakura, oh ayolah kalian pasti tahukan siapa gadis ini.

"Maaf, aku tidak bermaksud," Sakura menundukkan wajahnya di depan Naruto, berharap sahabatbya itu tidak menghilangkan senyumnya dan menggantinya dengan muka es seperti bayangannya.

"Tak apa Sakura chan…., aku tak sekeren cowok di film- film itu hehe. "

'Ya tak apa, kalian tak perlu tahu aku yang sekarang, kalian cukup tahu Naruto yang dulu saja' mereka mungkin melihat senyum khasnya dan melihat mimic bahagia dihatinya. Tapi tak ada yang tahu bahwa kini senyum itu tak berisi. Senyuman itu tak setulus dahulu dan mata biru Sapphirnya tak secerah langit lagi. Ya tak ada lagi yang tersisa dihatinya, jika dilihat jauh kedalam pasti akan segera ketahuan kalau senyum itu, tawa itu hanyalah sebuah syarat hidupnya…

Dengan langkah riang di terusurinya koridor kelas. Bel baru saja berbunyi membuat segerombolan murid kelas XI-5 itu meninggalkan kantin ichiraku, yah kantin langganan mereka, tepatnya langganan naruto. sepanjang berjalan terdengar suara bisik-bisik anak disekitar situ

"Hei, itu naruto kan, apa-apaan dia masih bisa tertawa seperti itu."

"Iya kalau aku pasti masih sedih saat ini, dia tak punya perasaan ya."

Deg. Naruto memperlambat langkahnya, dan hilang senyumnya.

"Sudahlah Naru jangan dengarkan mereka," Kiba menyahut sambil menepuk pundak Naruto. "Hei, kalian seharusnya kalian bang.."

"Sudahlah Kib, aku tidak apa-apa" ditariknya sebuah senyum lagi, "aku tidak akan terpengaruh perkataan mereka."dengan itu beranjaklah Naruto ke kelas diikuti teman-temannya 'ya aku tak akan terpengaruh lagi'

***

Suna, 09.00

Seorang pemuda berdiri tegap di balik pintu mahoni yang berdiri kokoh itu. Mata hitamnya tak lepas dari kayu yang bertuliskan nama marganya. Bukan karena takut, siapapun yang melihat pasti tahu kalau dia seorang perfec Uchiha yang pantang untuk takut pada suatu hal. Mungkin karena heran yang bercampur dengan kejut. Ayolah teman siapa yang tidak terkejut jika kau tak pernah bicara pada seseorang yang seharusnya dekat denganmu, tiba-tiba orang itu memanggilmu. Apalagi jika orang itu tak pernah memandangmu sebelumnya.

Tanpa buang lebih banyak waktu lagi, dia buka pintu perlahan dengan jari-jari cantiknnya, yah seorang Uchiha memang selalu sempurna. "Ayah memanggilku?" hanya itu kata yang bisa keluar dari mulutnya dari beragam kata yang ia punya

"Duduklah," Pria paruhbaya yang masih terlihat tampan itu memandangnya, onyx bertemu dengan onyx seakan keduanya ingin berlomba menenggelamkan lawan dalam gelap hitam.

"Hn," ucap pemuda itu, dia sadar bahwa dia tak akan pernah menang melawan raja kegelapan.

Senyum kecil terbentuk di wajah tanpa ekpresi itu, melihat putranya kalah dalam pertarungan singkat kali ini, "jangan sedingin itu pada ayahmu, Uchiha Sasuke," terlihat dia menarik nafas sebentar. "Bagaimanapun juga kau adalah satu-satunya pewarisku."

"Hn," pemuda yang dipanggil sasuke itu hanya memutar bola matanya sebentar begitu mendengar kata 'pewaris satu-satunya' diamana dia hilangkan anak pertamanya?

"Aku rasa kau pasti sudah memperkirakan alasan kenapa aku memanggilmu," senyum tipis berkembang di wajah Fugaku, tidak, uchiha bukanlah marga yang suka tersenyum mungkin lebih pantas disebut seringai, yah seringai meremehkan. Uchiha memang selalu berkuasa atas orang sekitarnya.

"Hn." Yah hanya satu kata itu yang lagi-lagi keluar dari Uchiha muda satu ini. Jangan salahkan dia yang mewarisi sikap emo Uchiha pada umumnya.

"Hh…kau memang tidak bisa diajak basa-basi sedikit Sasuke…., kalau begitu baiklah langsung saja, aku ingin kau sekolah di Konoha," kata Fugaku dengan menatap lurus mata anaknya mengirimkan pesan 'ini perintah' yang terlihat mengintimidasi.

Bingung. Itu pikiran pertama yang terlintas diotaknya. Perintah itu cukup tegas dan jelas. Sekolah di SMU Konoha, SMU terbaik di Negri itu. Tapi kenapa dan untuk apa? Bukankah semua Uchiha dikaruniai otak yang cerdas bahkan banyak yang mengatakan jenius. Dan perlu tambahan walau sekarang usia Sasuke baru 16 tahun tapi sesungguhnya ia sudah lulus kuliah sekarang. Akselerasi sejak SD merupakan perjalannannya. 'Hh' ia tersenyum tipis, sangat tipis….tersenyum untuk hal yang menurutnya lucu ini. Bagaimanapun dulu ia sangat ingin menikmati masa-masa sekolah yang normal, sekolah dengan anak yang seumuran dengannya. Dan sekarang kesempatan itu datang, walau dia tahu dia takkan pernah bisa menjadi anak normal, namun setidaknya….

"Aku sudah persiapkan semuanya," kata Fugaku lirih tapi mampu membangunkan Sasuke dari alam lamunnya, "Kau bisa memulainya besok, dan tugasmu…..carilah dia."

To Be Continue...

bengong natap cerita diatas.......

huft....yasutralah, masang muka senyum semanis mungkin review please....^^