[REMAKE] Safe With Me by Kristen Proby

.

.

Main Casts: Lu Han (GS), Oh Sehun

Supporting Casts:

Other EXO's members, Yoo Yeonseok, Kim Jiwon, Wang Jackson, Im Jaebum

And some of OCs

Genre: Romance, Drama.

Rated: M

.

.

.

Warning: Genderswitch, OOC, No Children

Disclaimer:

Cerita sepenuhnya milik Kristen Proby. Saya hanya mengganti nama karakter dan beberapa hal lainnya agar sesuai. This story set in Chicago and mostly in Seattle, not in South Korea

.

.

.

Really hope you guys will enjoy this story~

Review, kritik dan saran sangat dinanti.

No bash, If you hate HunHan or hate this story then don't read. Thank you

.

.

Pls read remaker's note in the end of the story if you don't mind.

.

.

.

Prolog:

-Luhan POV-

"Kenapa kita harus ke rumah baba" Hana bertanya dari kursi belakang SUV kami sambil menyilangkan kedua lengan kecilnya di depan dada, dia memeluk bonekanya erat dan wajahnya merengut lucu.

"Karena ini adalah Thanksgiving," aku menjawab. "Baba kalian pasti ingin bersama kalian di hari libur."

"Aku tidak mau kesana," Luna berkata sambil mengikuti pose saudari kembarnya, dan aku menghela napas, mengusap kedua tanganku ke wajahku sambil menunggu lampu lalu lintas berubah menjadi hijau.

"Ini hanya untuk hari sabtu," aku mengingatkan mereka sembari sebisa mungkin mengacuhkan rasa aneh di dalam perutku. Aku juga tidak ingin mereka pergi. Baba mereka hanya bertemu mereka di hari libur atau hari ulang tahun mereka, itupun kalau dia benar-benar datang. Dan tentu saja mereka tidak mau berlama-lama bersama dengannya. Mereka tidak tahu dirinya.

Aku sedang menepikan mobilku perlahan di depan rumah kecil Jackson ketika aku melihat tiga orang pria bergegas keluar dari rumahnya dan melompat ke dalam SUV gelap yang berada di jalan masuk. Tepat sebelum mobil itu berjalan, salah satu dari mereka melihat kami bertiga.

"Tunggu disini sebentar sementara mama memeriksa apakah baba kalian siap menemui kalian, okay?" ucapku sambil menatap kedua putri kembarku.

Mereka berdua hanya cemberut menatapku, kedua mata coklat mereka terlihat sedih. "Jangan bersedih. Baba kalian sangat mencintai kalian. Kalian akan bersenang-senang."

Mereka hanya mengangkat bahu mereka dan aku melangkah keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu depan rumah ini. Aku melirik dari balik bahuku, merasa penasaran siapa tiga orang laki-laki barusan. Mereka bisa saja rekan kerja dari Jackson, tetapi jika itu benar, maka aku tidak akan meninggalkan kedua putriku dengannya.

Jackson adalah seorang polisi yang pekerjaannya adalah menyamar dan orang-orang yang bekerja dengannya kebanyakan bukanlah orang-orang yang baik.

Aku mengetuk pintu, tetapi tidak ada jawaban dan tidak terdengar suara apa-apa dari dalam rumah. Aku mengetuk pintu sekali lagi dan menghela napas panjang. Apabila dia membatalkan janjinya untuk menemani Hana dan Luna lagi, aku benar-benar akan menendang bokongnya.

Benar-benar tidak ada jawaban dari dalam sana, aku mencoba memutar knop pintu dan sedikit bingung ketika pintu terbuka dengan mudahnya. Ini tidak seperti Jackson yang biasanya. Dia selalu mengunci pintu rumahnya, bahkan ketika dia berada di rumah.

"Jackson?" aku memanggil namanya sambil berjalan masuk ke dalam, tetapi tidak ada jawaban dan bau dari sesuatu yang panas dan seperti logam memenuhi hidungku.

Aku berpindah dari ruang keluarga dan seketika berhenti. Tepat di depan mataku, Jackson terbaring di atas lantai dengan mata dan mulut yang terbuka lebar dan darah terlihat mengalir dari luka tembak di keningnya.

Oh Tuhan.

Sempat terlintas di dalam pikiranku untuk menghampirinya dan memastikan bahwa dia tidak apa-apa, tetapi aku bukanlah seorang istri polisi selama lima tahun tanpa alasan dan kedua putriku sekarang sedang berada di dalam mobil.

Aku berlari kembali menuju mobilku, dengan cepat menyalakannya dan menggerakannya menuju arah yang berlawanan dari SUV yang membawa tiga pria yang aku lihat sebelumnya.

Jackson telah tiada.

"Mama, aku pikir kita akan bertemu dengan baba," Hana berputar di atas kursinya dan mencoba melihat ke luar jendela belakang.

"Hana, duduklah," aku berkata lebih keras dari yang seharusnya dan juga melirik ke arah belakang kami.

Aku harus menelepon polisi.

"Dimana baba?" Luna bertanya, kedua putriku melihatku dengan seksama, dan aku tahu bahwa tanganku yang gemetar dan suaraku yang keras membuat mereka takut, jadi aku berusaha semampuku untuk terlihat dan terdengar tenang.

Aku yakin ini tidak bekerja.

"Dia memiliki pekerjaan yang harus dilakukannya," aku berbohong dan kembali memeriksa kaca belakang.

"Baiklah," Hana menjawab dan memeluk erat bonekanya.

Sialan, apa yang akan kulakukan?

Aku berhenti di salah satu tempat pengisian bensin dan mengambil ponselku. Aku melangkah keluar dari mobil agar kedua putriku tidak dapat mendengar pembicaraanku.

Rekan dari Jackson menjawab pada panggilan kedua.

"Kenapa kau menghubungi nomor ini?"

"Jackson meninggal," aku langsung menjawab. "Aku baru saja menemukan mayatnya di dalam rumahnya. Aku akan menelepon 911, tetapi aku ingin memberitahumu terlebih dahulu."

"Sialan," gumamnya. "Apakah kau menyaksikan sesuatu?"

"Aku melihat mereka meninggalkan rumahnya, tetapi tidak, aku tidak melihat mereka menembak Jackson. Aku bahkan tidak mendapatkan nomor plat dari mobil itu, tetapi aku tahu bahwa mobil itu adalah SUV gelap."

"Itu tidak membantu, Lu." Suaranya terdengar sedih dan frustasi. Jaebum bekerja dengan Jackson selama lebih dari sepuluh tahun.

"Aku tahu, aku minta maaf. Aku tidak menyentuh apa-apa."

"Aku akan meneleponmu nanti. Kami akan membutuhkan pernyataan resmi. Kau tahu prosedurnya."

Aku mengangguk dan aku sadar bahwa dia tidak bisa melihatku. Aku gemetar. Sangat sulit untukku bernapas.

"Aku pikir aku akan meninggalkan kota, Jae."

Dia menghela napas. "Kemana kau akan pergi?"

"Rumah. Seattle. Keluargaku disana. Adik ipar dari sepupuku adalah seorang polisi di Seattle Police Department, Kim Junmyeon. Apakah aku bisa memberikan pernyataanku kepadanya?"

"Aku akan membutuhkan pernyataanmu sebelum kau pergi. Kau tahu aku tidak bisa membiarkanmu pergi tanpa itu." Terdengar seperti dia menjauhkan ponselnya dari wajahnya. "Lu, tunggu sebentar."

Aku melangkah mengitari mobilku sambil menunggu Jaebum kembali. Tuhan, apakah ini benar-benar terjadi? Apakah aku memiliki waktu untuk pulang dan mengambil beberapa barang-barang Hana dan Luna? Aku selalu ingin kembali ke Seattle selama beberapa tahun ini, tetapi aku tidak pernah bermimpi aku akan kembali ke sana karena hal seperti ini.

Tiba-tiba, Jaebum kembali.

"Aku pikir memang sebaiknya kau pergi, Lu. Aku tidak bisa memberitahumu siapa mereka, tetapi kau terlihat di rumah Jackson oleh orang-orang yang salah. Bawa kedua putrimu pergi keluar kota. Jika kau tidak terlalu menarik perhatian, maka semua akan baik-baik saja, tetapi aku ingin kau segera pergi dari kota ini."

Sial. Jackson, kau telah mengikutsertakan aku dalam hal apa?

"Lalu bagaimana dengan pernyataanku?" Suaraku terdengar lebih kuat dari yang aku rasakan.

"Aku akan menemuimu di suatu tempat dengan satu atau dua polisi lain untuk mendapatkan pernyataanmu. Tetapi aku tidak ingin kau kembali ke rumahmu. Aku akan mengurus barang-barangmu dalam beberapa hari."

Aku mengusap tanganku melalui rambutku dan melihat ke arah mobil dan menemukan kedua putriku memperhatikanku.

"Baiklah, aku harus membeli beberapa barang untukku dan kedua putriku." Aku memberitahukannya lokasi department store terdekat dan mendengar Jaebum menghela napas.

"Berhati-hatilah. Dan hubungi Kim Junmyeon."

"Baiklah."

Panggilan itu berakhir. Aku kembali ke mobilku dan tersenyum menenangkan ke arah Hana dan Luna yang menatapku dengan mata mereka yang ketakutan. Anak-anak jauh lebih pintar dari yang kebanyakan orang ketahui.

Aku mengambil ponselku dan mengirimkan pesan kepada Kim Yeonseok, suami dari sepupuku, Kim Jiwon. Keluarga Kim pasti tahu apa yang harus diperbuat.

Dengan jemari yang gemetar aku mengetik: Tolong hubungi aku ketika kau sendiri.

Aku memeriksa dompetku untuk memastikan bahwa dompetku dan barang-barang yang aku butuhkan ada disana, dan kenyataan memukulku bahwa aku sama sekali tidak akan bisa kembali ke rumah kami untuk mengambil barang-barang kami.

Ponselku berdering, nama Yeonseok oppa muncul di id pemanggil dan aku menjawabnya dengan cepat.

"Yeonseok oppa."

"Lu? Ada apa?"

"Aku tidak bisa menjelaskan secara rinci apa yang terjadi karena Hana dan Luna ada di dalam mobil bersamaku, tetapi aku harus pergi ke Seattle sekarang juga."

"Lu, pelan-pelan. Apa kau terluka?"

"Tidak, kami semua baik-baik saja, tetapi aku tidak yakin kalau kami aman."

"Apa maksudmu?" Suaranya mengeras dan itu menenangkanku.

"Aku hanya melihat sesuatu yang seharusnya tidak kulihat. Aku akan menjelaskan ketika aku sampai disana. Aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku sedang dalam perjalanan kesana." Aku melirik ke bangku belakang dan melihat Hana dan Luna memperhatikanku dengan mata mereka yang muram.

"Kau menyetir?" Dia bertanya dengan nada tak percaya. "Ini hampir bulan Desember, Lu. Jalanan akan menjadi sangat berbahaya.

"Aku tahu. Aku akan pelan-pelan. Aku juga akan berhenti pada malam hari karena anak-anak. Akan butuh waktu satu minggu untukku sampai kesana."

"Aku tidak suka ini," jawabnya muram.

"Aku juga." Aku mulai terguncang dan air mata mulai mengalir tak terkendali di pipiku.

"Kami akan menunggu disini, Lu. Hubungi aku setiap hari untuk memberitahuku dimana dirimu. Aku akan berbicara dengan Junmyeon."

"Aku perlu berbicara dengan Junmyeon begitu aku sampai disana, oppa. Dan seorang detektif dari Chicago akan menghubunginya kapan saja."

"Apakah kau dalam masalah?" Suara Yeonseok tenang dan dingin, dan aku tahu dia memikirkan yang terburuk.

"Ini tidak seperti yang kau pikirkan, tetapi ini buruk."

"Menyetirlah dengan hati-hati. Terus hubungi aku."

"Baiklah," ucapku, menutup panggilan dan masuk ke dalam tempat parkir Walmart. "Ayo anak-anak, kita harus membeli beberapa barang."

"Apakah kita akan pergi ke rumah kakek dan nenek di Seattle?" Luna bertanya.

Mereka benar-benar pintar.

"Ya, sayang, jadi kita harus membeli beberapa barang untuk dibawa kesana."

"Hore, kita akan bertemu dengan nenek dan kakek!" Hana menari disampingku saat kami berjalan memasuki toko untuk membeli barang-barang yang kami butuhkan seperti sikat gigi dan pakaian dalam.

Aku rasa kami akan kembali ke Seattle lebih cepat dari perkiraanku.

-Prolog End-

.

.

.

Hello, Jee is here...

Salam kenal semua.

Ini adalah fanfic EXO pertama yang saya buat dan juga fanfic remake pertama saya.

Used to write for Super Junior on my facebook acc, tapi itu sudah bertahun-tahun yang lalu. Mungkin terakhir di tahun 2012 atau 2013.

Tujuan utama saya meremake cerita ini dan mengganti karakternya dengan EXO adalah karena cerita ini merupakan salah satu cerita favorit saya. Dan ketika saya membaca cerita ini saya membayangkan bagaimana seandainya jika otp saya yang menjadi karakter di dalamnya. Maka akhirnya, terciptalah remake ini.

Just hoping that you guys enjoy this story as much as I do.

Thank you.