Meanie Married Life

Cast :

Kim Mingyu

Jeon Wonwoo (GS)

.

.

.

Note : Dibuat berdasarkan permintaan reader dari Surprise dan Everlasting Love. Didedikasikan untuk para reader yang selalu meninggalkan jejak setelah membaca. Ayaflu readers!

Warning : Diberi rated M agar lebih bebas mengungkapkan walau tidak mendetail. Hehehe...

Happy Reading ^^.

.

.

.

The Beginning

Mingyu dan Wonwoo adalah pasangan yang baru menikah. Mereka sudah tinggal bersama, hanya saja saat awal pernikahan terkadang mereka lupa kalau sudah menjadi suami istri. Seperti saat Mingyu menjemput Wonwoo pulang kerja, Wonwoo masih bekerja menyelesaikan kontraknya yang tinggal 2 minggu. Mingyu yang sudah lelah setelah seharian bekerja dan Wonwoo yang terlihat lelah juga tertidur di mobil.

"Sayang, bangun sudah sampai." Mingyu membangunkan dan Wonwoo mulai membuka mata walau masih berat, menguap dan mengucek matanya ia melihat Mingyu tersenyum sambil mengelus pipi mulusnya. Wonwoo melepas seatbelt, membuka pintu dan bersiap keluar.

"Sayang, kenapa kita kesini? Kamu ada perlu dengan eomma dan appa?" tanya Wonwoo bingung menoleh ke Mingyu.

"Ini kan rumah…. Oh astaga!" Mingyu tak melanjutkan kalimatnya dan segera tersadar. Wonwoo hanya diam menatap suaminya dan Mingyu hanya tersenyum dengan kebodohannya.

"Kita pulang ya, tutup lagi pintunya." Mingyu tersenyum malu, Wonwoo menurut menutup pintu dan Mingyu membantu memasang seatbelt langsung tancap gas meninggalkan komplek rumah mertuanya menuju apartemennya.

Begitu juga dengan Wonwoo yang lupa sudah menjadi seorang istri. "Sayang, haid kamu sudah selesai kan?" tanya Mingyu saat menonton tv di hari sabtu siang yang dimana keduanya libur kerja.

"Sudah 2 hari lalu, memang kenapa?" jawab Wonwoo dengan mata fokus menonton berita tentang prostitusi di kalangan remaja, sambil menyender dan kaki di silangkan di atas sofa. Tak lupa setoples popcorn sebagai teman menonton tv.

"Sayang, aku kepengin sudah penuh rasanya. Kepala atas dan bawah sakit." Mingyu memberi kode dengan berbisik tangan kiri merangkul dan tangan kanan meraba kewanitaan istrinya.

"Ih kamu apa-apaan sih raba-raba gitu, nakal tangannya. Kepengin apa maksudnya?" Wonwoo mengomel dan menepis tangan Mingyu dengan remote yang sedang ia pegang.

"Ya ini punyaku dimasukin ke situ, sudah lama sayang. Sudah penuh ini." Mingyu memohon sambil mengecup leher jenjang Wonwoo.

"Ih nanti kalau aku hamil bagaimana?" Wonwoo melirik dengan jutek dan matanya kembali ke arah tv.

"Kenapa kamu jadi marah? Tujuan kita menikah kan agar punya momongan, kenapa harus takut kalau kamu hamil? Aku kan suami kamu! Aku juga yang perawanin kamu!" Mingyu ikutan kesal langsung buang muka.

"Eh suami?" Wonwoo tersadar melihat cincin berlian yang melingkar di jari manis tangan kanannya. Wonwoo menyadari kebodohannya.

"Maaf sayang, jangan marah." Ucap Wonwoo lembut, menyingkirkan toples dan remot lalu menempel sambil mengusap lengan Mingyu. Mingyu menolak di sentuh karena masih kesal, ia cukup tersinggung sempat ditolak istri sendiri.

"Aku minta maaf, iya aku sudah selesai haidnya. Ya sudah mau sekarang?" Wonwoo menarik lengan Mingyu dengan manja. Mingyu hanya diam.

"Sayang jangan marah…." Wonwoo bertingkah imut menggoda Mingyu, ia naik ke pangkuan dan menangkup wajah suaminya yang masih terlihat kesal.

"Jangan marah… Ini kamu mau yang mana? Main yang atas atau yang bawah dulu? Pilih saja, apa aku mandi lagi biar wangi ya." Wonwoo menuntun kedua tangan Mingyu ke payudaranya. Mingyu masih acuh namun tangannya tak menolak menyentuh payudara istrinya.

"Sayang, aku kan sudah minta maaf." Wonwoo menunduk sedih, Mingyu diam-diam tersenyum. Walau sempat kesal tapi ia tidak bisa marah lama-lama, apalagi melihat istrinya dengan rela menyerahkan diri.

Dengan cepat tangan besar Mingyu mendekatkan kepala istrinya dan meraih bibirnya langsung melumatnya dengan lembut. Tangan Wonwoo melingkar di leher, mereka berpagutan dan melenguh nikmat. Tangan Mingyu bergerak masuk kedalam kaos yang dipakai istrinya. Kaos ukuran besar milik Mingyu yang dipakai Wonwoo. Mingyu meraba sesuatu yang kenyal dengan lembut tanpa melepas ciumannya.

Wonwoo melepas ciuman sekedar mengambil nafas walau Mingyu tidak rela melepasnya. Tangan Mingyu bergerak melepas kancing celana pendek yang dipakai Wonwoo. Dengan nafas berburu nafsu ia agak tergesa namun bibirnya meminta ciuman lagi. Wonwoo melepas ciumannya dan beranjak bangun untuk melepas celana dan dalamannya yang dipakai hingga terlepas semua tinggal kaos yang dipakai.

Wonwoo diarahkan duduk si sofa dan Mingyu berjongkok didepannya dan ia melebarkan kedua kaki jenjang istrinya. Mingyu benar-benar terangsang dengan posisi Wonwoo seperti itu. Wonwoo melenguh nikmat saat Mingyu dengan lembut membelai area kewanitaannya atau memasukkan jari menyentuh titik sensitifnya, bahkan Mingyu dengan nafsu menjilatnya tanpa merasa jijik.

Wonwoo sudah sangat terangsang namun Mingyu masih ingin bermain. "Gantian manjakan aku sayang." Mingyu berdiri dengan celana yang sudah terasa sesak, Wonwoo duduk dengan tegak dan membantu membuka celana yang sudah menggembung.

"Mau bagaimana?" Wonwoo mendongak ke atas meminta saran.

"Di pijat pakai ini." Suara Mingyu terdengar sexy saat berbicara sambil menunjuk ke arah dada Wonwoo. Wonwoo menurut langsung membuka kaos dan melepas bra-nya. Ia menjepit kejantanan Mingyu yang sudah membesar dan mengeras dengan kedua payudaranya.

Wonwoo menahan dan Mingyu menggesekkan miliknya diantara payudara istrinya dengan kaki agak ditekuk.

"Ssshhh aaahhh sssss aaahhhh mmmmmmhhhh aaaahhh nikmaat sekali sayanggg…." Mingyu mendesah sementara Wonwoo tertawa geli melihat penis yang naik turun diantara payudaranya.

"Sini sayang." Mingyu melepas kemudian duduk melebarkan kaki dan menyuruh Wonwoo duduk dipangkuannya. Wonwoo menurut mengikuti perintah. Jemari lentik Wonwoo membantu memberi ruang untuk memudahkan saat Mingyu akan memasukkan. Dengan perlahan Mingyu memasukkan dan Wonwoo mulai bergerak naik turun. Keduanya mendesah didepan tv yang masih menyala tanpa peduli acara yang sedang disiarkan.

"You're so hot baby." Mingyu memuji tubuh polos Wonwoo sambil sesekali menyusu pada payudara istrinya yang terus bergoyang.

"Ganti posisi sayang." Mingyu mengecup lembut bibir istrinya dan dengan nafas tersengal ia menurut. Ia diarahkan menungging berpegangan pada sandaran sofa dengan kaki ditekuk dan Mingyu melanjutkannya lagi sampai mencapai klimaks dan keduanya sangat lelah karena energi yang dikeluarkan. Tubuh keduanya basah penuh oleh peluh. AC yang menyala tidak begitu pengaruh mendinginkan tubuh dari kegiatan panas mereka di siang hari.

Mingyu terkulai lemas, hasrat yang ia tahan akhirnya tersalurkan. Cukup lama mereka bermain. Wonwoo pun merasa sangat letih. Mingyu merebahkan diri dengan posisi miring di sofa dengan kaki panjangnya yang melewati panjang sofa dan Wonwoo tiduran menyamping berdesakan sambil memeluk. Mingyu tersenyum sambil mencium kening Wonwoo.

Setelah kejadian siang itu, Wonwoo tidak menolak saat suaminya 'minta' lagi kecuali saat ia benar-benar lelah atau sedang haid, ia akan bicara baik-baik dan Mingyu mengerti. Wonwoo tidak ingin dicap sebagai istri durhaka dan tidak ingin mengecewakan Mingyu yang terlampau baik dan sayang terhadap dirinya.

.

.

Wonwoo sudah benar-benar menjadi ibu rumah tangga, ia sudah melepas pekerjaannya walau sebenarnya saat itu dia sempat di promosikan naik jabatan tapi ia lebih memilih untuk mengundurkan diri. Menepati janjinya untuk menjadi istri dan ibu rumah tangga sepenuhnya. Sebagai gantinya, Mingyu bekerja lebih giat dan berusaha mencukupi kebutuhan ia dan istrinya sehari-hari, juga menyenangkan hati istrinya dengan membelikan barang kesukaannya.

Wonwoo mengisi kegiatan harian setelah Mingyu berangkat kerja yaitu terkadang mengecek pekerja menyelesaikan rumah barunya yang hampir selesai. Saat Mingyu libur, mereka belanja perabotan dan Wonwoo bertugas mengaturnya sesuai desain yang Mingyu buat. Terkadang Wonwoo berbelanja dengan ibunya melengkapi kebutuhan untuk peralatan dapurnya.

.

.

3 bulan kemudian…

Setelah makan malam, Mingyu istirahat sambil menonton tv. Wonwoo keluar dari kamar mandi dengan lemas langsung cari posisi duduk di sebelah Mingyu.

"Kenapa sayang?"

"Pusing, lemas." Jawab Wonwoo langsung tiduran di paha Mingyu.

"Kamu sakit?" Mingyu mengecek suhu tubuh istrinya tapi normal.

"Hufffftt… seperti biasa." Jawab Wonwoo tak semangat sambil mengelus perutnya.

"Yaaa, puasa lagi dong akunya." Mingyu mengusap kepala Wonwoo dengan ekspresi sedih.

"Isshh selama ini kan kamu sering 'minta' sejak aku tidak bekerja lagi." Wonwoo mencubit hidung suaminya dan Mingyu hanya tertawa.

"Iya iya sekarang istirahat dulu, kalau sudah selesai kasih tahu ya. Sakit perutnya?" Mingyu ikut mengusap perut sang istri.

"Belum berasa sakit. Hanya lemas dan pusing saja."

"Lalu?"

"Entahlah, sepertinya karena lelah sejak kemarin, bolak-balik atur barang di rumah. Payudara aku juga sakit."

"Heee? Kenapa? Apa aku terlalu kasar?"

"Oh benar suka tidak sabar, bagaimana kalau punya anak nanti? Bisa rebutan sepertinya." Wonwoo meledek memeletkan lidahnya dan Mingyu tertawa sambil mencubit pipi Wonwoo dengan gemas.

"Sayang, aku mau itu." Wonwoo bangun dan jarak wajah keduanya sangat dekat.

"Mau apa hmm? Mau main dedek?" Mingyu tersenyum nakal.

"Isshh bukan. Aku mau makan cake." Wonwoo mulai manjanya.

"Cake apa sayangku?"

"Red velvet."

"Hmmm red velvet? Memangnya ada? Bukannya itu nama grup idol yang membernya ada yang mirip kamu?"

"Isssh bukan red velvet yang itu. Memangnya aku mirip dengan dia? Kok kamu tahu? Kamu fanboy mereka ya?"

"Aku pernah lihat mv-nya di tv sayang, menurut aku mirip, aku jadi curiga jangan-jangan kamu kembaran dia."

"Issshh memang kalau aku kembaran dia, trus kamu mau nikahin dia juga?" Wonwoo mengomel dan Mingyu hanya tertawa geli merasa gemas.

"Ya tidak sayang, punya 1 seperti kamu saja tidak habis masa mau tambah lagi? Yang ini saja kalau lagi galak, bujuknya susah apalagi kalau ada 2?" Mingyu makin geli sementara Wonwoo hanya memajukan bibirnya.

"Kamu juga punya kembaran kan?" Wonwoo tidak mau kalah.

"Ehh yang mana? Member boyband kesukaan kamu itu? Siapa? Mingoo?"

"Bukan. Itu Song Yubin yang dari Superstar K6 terus ada Jirayu artis Thailand. Mereka semua mirip kamu."

"Masa? Kok aku baru tahu? Wajah aku pasaran dong?" Mingyu tersenyum malu.

"Hmm iya, saat aku melihatnya di tv atau internet aku sendiri kaget."

"Tapi kamu tidak jatuh cinta terhadap mereka kan? Kamu cintanya sama aku seorang kan?"

"Entahlah." Wonwoo senyum-senyum tidak jelas.

"Yaaa… apa kamu berencana mau poliandri?"

"Yak! Melayani kamu saja aku kadang kewalahan, nafsu kamu besar bagaimana kalau ada yang lain?" Wonwoo terlalu jujur membuat Mingyu tertawa mengingat hasrat sex-nya memang besar.

"Ayo beli. Coffee shop di bawah masih buka kan?"

"Haaa? Beli sekarang? Kan kita habis makan malam sayang. Nanti endut lho."

"Isshh memang kenapa kalau aku gendut? Kamu tidak suka? Sudah tidak cinta? Mau cari wanita lain begitu?" Wonwoo mendelik sebal.

"Ya ampun sayangku, aku cuma bercanda. Iya iya kita beli ya. Aku ambil dompet dulu ya." Mingyu mengecup kening Wonwoo kemudian ke kamar mengambil dompetnya. Mereka pergi berdua menuju coffee shop di lantai dasar apartemen.

Mata Wonwoo berbinar senang coffee shop masih buka dan cake yang di incar masih ada, tanpa basa basi ia langsung pesan 2 slice untuk dirinya sendiri dan langsung dine in. Mingyu sendiri hanya menemani tanpa memesan karena perutnya sudah kenyang.

"Apa enak sekali sayang?" Mingyu heran tidak biasanya Wonwoo makan cake.

"Hmm enaaak." Dengan cepat cake tersebut langsung tandas belum ada 5 menit dan Mingyu hanya tertawa geli.

"Ayo pulang, aku mengantuk." Ajak Wonwoo setelah suapan terakhir langsung beranjak dari duduk, Mingyu menurut.

"Sayang beli camilan dulu." Wonwoo menarik lengan Mingyu untuk mampir ke minimarket, tanpa menunggu jawaban Mingyu, mereka sudah masuk ke mini market dan tangan Wonwoo sudah memegang keranjang. Berbagai camilan biskuit, snack dan susu kemasan langsung memenuhi keranjang. Mingyu hanya terdiam langsung membayar semua camilan yang sudah diambil.

"Sudah? Ada lagi yang mau dibeli?" tanya Mingyu sambil menenteng belanjaan, walau terlihat besar namun ringan.

"Sudah, ayo cepat pulang aku mau pipis." Wonwoo berjalan dengan tergesa. Begitu sampai didepan unit apartemen dengan cepat Wonwoo menekan password dan buru-buru menyalurkan panggilan alamnya.

Mereka berdua bersiap tidur setelah menggosok gigi. Seperti biasa Mingyu akan memeluk istrinya saat tidur. Dengan cepat, Wonwoo mengambil posisi untuk tidur. Belum lama Wonwoo merebahkan diri ia kembali masuk ke kamar mandi karena panggilan alamnya. Kejadiannya terus berulang hingga membuat ia benar-benar lelah dan membuat Mingyu terusik.

"Kamu kenapa? Sakit perut?" tanya Mingyu heran.

"Tidak. Hanya pipis saja." Wonwoo memeluk lagi.

"AC-nya terlalu dingin? Mau di matikan?" Mingyu mencari remot AC.

"Jangan nanti gerah." Wonwoo berusaha memejamkan mata, ia sangat lelah.

.

.

Mingyu terbangun tak lama alarmnya berbunyi, seperti biasa Wonwoo sudah tidak ada di sampingnya. Biasanya memang Wonwoo bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan.

Mingyu bingung keadaan diluar kamar sepi bahkan lampu kitchen setnya masih padam tanpa menunjukkan tanda-tanda Wonwoo memakai dapur. Namun ia tidak curiga, terkadang Wonwoo keluar di pagi hari untuk membeli sesuatu. Mingyu langsung ke kamar mandi untuk bersiap berangkat kerja. Setelah ia mandi, keadaan masih sepi.

"Dia kemana? Tidak biasanya pergi lama." Mingyu mengambil baju kerjanya sendiri, biasanya Wonwoo selalu menyiapkan segala kebutuhan Mingyu setiap pagi. Setelah rapi berpakaian, ia keluar kamar dan Wonwoo belum kelihatan, Mingyu mulai kesal. Saat akan menyetel tv untuk melihat berita, mata Mingyu membulat sempurna melihat istrinya meringkuk di atas sofa.

"Sayang kamu kenapa? Ya ampun pucat sekali. Kamu sakit?" Mingyu sangat panik.

Wonwoo merasa terusik, dengan perlahan ia membuka mata sipitnya dan melihat suaminya. "Hmmm mmppfftttt…" Wonwoo membekap mulutnya langsung buru-buru bangun dan menuju wastafel.

Mingyu mengikutinya, Wonwoo muntah-muntah dan Mingyu bermaksud memijat. "Kamu masuk angin? Kenapa tidur diluar? Tanpa selimut lagi."

"Jangan dekat-dekat!" Wonwoo membentak, detik selanjutnya ia kembali muntah.

"Memangnya kenapa? Aku sudah pernah lihat muntahan kamu dan tidak merasa jijik." Mingyu sudah memijat dan Wonwoo buru-buru menjauh.

"Sudah hmmmpphh aku bilang hmmppphh jangan mendekat hmmmppphh." Wonwoo langsung ke kamar mandi. Mingyu makin bingung. Mingyu hanya mengerutkan kening melihat penolakan dari istrinya sendiri. Wonwoo keluar dari kamar mandi, wajahnya sangat pucat, dengan takut-takut ia menghindar dari Mingyu.

"Sayang kamu kenapa?" Mingyu berusaha mendekat tapi Wonwoo malah ketakutan.

"Kamu bau!" Wonwoo membekap mulutnya dan muntah lagi.

"Heee? Bau bagaimana? Aku sudah mandi dan pakaiannya bersih, kamu sendiri yang cuci dan aku sudah pakai parfum seperti biasa." Mingyu mengendus baunya, terasa segar dan harum.

"Kamu bau!" Wonwoo sangat kesal langsung pergi ke kamar, Mingyu masih membuntutinya.

"Kamu kenapa sih? Semalam masih baik-baik saja."

"Jangan dekat-dekat." Wonwoo mulai menangis ketakutan, Mingyu mengusap wajahnya dengan kasar.

"Oke kalau aku bau trus aku harus apa? Mandi lagi?"

"Iya mandi lagi sana!" Wonwoo makin kencang menangis sambil memeluk bantal. Mingyu hanya bingung langsung membuka pakaiannya dengan kesal lalu ke kamar mandi.

.

.

"Aku sudah mandi lagi, apa masih bau?"

Wonwoo hanya menggeleng tidak menjawab dan Mingyu tersenyum lalu mengambil pakaiannya lagi.

"Jangan pakai baju itu lagi! Ganti semua!" Wonwoo langsung membuka lemari dan mengambil kemeja serta celana yang baru.

"Jadi karena aku ambil baju sendiri yang biasanya disiapkan kamu? Kalau kamu suruh ganti ya bilang saja kenapa bilang aku bau?" Mingyu terkekeh geli.

"Memang bau, kenapa aku harus bohong?" Wonwoo menyerahkan kemeja yang ia pilih dan Mingyu memakainya.

Selesai berpakaian, Mingyu mengambil parfumnya. "Jangan pakai parfum itu, bau!"

Mingyu tertegun dengan larangan Wonwoo sambil menatap botol parfum yang ia pegang, ia merasa heran. Sejak berkenalan dengan Wonwoo dan mulai pacaran hingga menikah ia hanya memakai 1 merk parfum. Wonwoo sendiri selalu menempel padanya karena ia sangat menyukai aromanya.

"Jadi kamu mual gara-gara aroma parfum ini? Kepala kamu pusing karena ini?" Mingyu bertanya dan Wonwoo hanya bingung menjawab.

"Entahlah." jawab Wonwoo polos, Mingyu makin bingung namun ia tak ambil pusing. Mingyu mendekati Wonwoo dan ia sudah mau didekati lagi.

Wonwoo membekap mulutnya lagi buru-buru keluar kamar. "Ah ya ampun kenapa lagi?" Mingyu menysul istrinya.

"Bagian mana yang sakit sayang?" Mingyu makin panik. Wonwoo terus muntah-muntah sambil mengelus dadanya.

"Biasanya kamu kalau haid tidak semual ini. Apa pengaruh sama cake yang kamu makan semalam? Aku tuntut coffee shop itu kalau benar kamu keracunan." Mingyu mengusap pelan punggung Wonwoo.

"Entahlah dari semalam perut aku tidak beres dan pagi-pagi rasanya mual sekali. Makanya aku pindah takut ganggu kamu tidur." Wonwoo mengusap perutnya, Mingyu memeluknya dengan sayang.

"Ya sudah, kita sarapan saja ya. Aku mau telur dadar gulung." Mingyu meminta sambil tersenyum dan Wonwoo menurut untuk membuatkannya.

Telur baru dituang di wajan, buru-buru Wonwoo mematikan kompor dan berlari ke kamar membuat Mingyu bingung langsung menyusul. "Kamu kenapa?"

"Jangan suruh aku goreng telur!" Wonwoo mulai menangis lagi.

"Iya memangnya kenapa? Biasanya juga tidak masalah."

"Aku bilang tidak mau!" Wonwoo makin kencang menangis lagi dan membuat Mingyu pusing dibuatnya. Mingyu menggaruk kepalanya, sungguh ia benar-benar stress.

"Iya iya oke, aku tidak suruh lagi. Sekarang berhenti menangis ya." Mingyu menghapus air mata yang banjir. Mingyu merangkul Wonwoo kembali ke ruang makan untuk sarapan. Mingyu mengambil alih menggoreng telur.

"Matikan kompornya!" Wonwoo mulai berteriak.

"Kamu kenapa sih? Dari tadi marah-marah? Aku tidak minta kamu menggoreng, aku goreng sendiri."

"Aku bilang matikan! Atau aku yang pergi!" Wonwoo menangis lagi dan Mingyu makin heran diancam begitu. Wonwoo langsung ke kamar mandi meninggalkan Mingyu yang makin dibuat bingung tapi menurut mematikan kompor.

Wonwoo keluar dari kamar mandi dengan lemas, sepagi ini ia sudah uring-uringan dan beberapa kali adu mulut yang biasanya tidak pernah ia lakukan. "Kamu kenapa? Sebelah mana yang sakit?" Mingyu benar-benar bingung.

"Sepertinya ada sesuatu diperutku.

"Kita ke dokter ya, aku takut kamu keracunan makanan."

"Tapi hmmmmppphhh…." Wonwoo mulai muntah lagi. Mingyu ikutan pusing melihatnya. Tubuh Wonwoo benar-benar lemas hampir ambruk, dengan cepat Mingyu memapahnya membawa ke kamar.

"Aku buatkan teh hangat ya."

"Jangan!"

"Kenapa? Biar hangat perutnya sayang."

"Air putih hangat saja."

Mingyu menurut langsung mengambil air putih hangat dan Wonwoo dengan cepat menghabiskannya dalam hitungan detik. Wajar ia menghabiskannya karena ia selalu muntah sejak tadi.

"Perutnya mau di usap?"

"Maaaauuu." Wonwoo mulai manja dan Mingyu tersenyum. Mingyu mulai membuka botol minyak kayu putih dan bersiap menuangkan ke telapak tangan.

"Jangan!"

"Kenapa?"

"Bau!"

"Memang baunya seperti ini sayang, biasanya kan kamu pakai."

"Bau…." Wonwoo menangis lagi, Mingyu benar-benar pusing dibuatnya. Ponselnya berbunyi, ibunya menelepon. Mingyu buru-buru keluar kamar agar suara tangisan Wonwoo tidak terdengar.

Wonwoo masih menangis di kamar, bantal sudah basah kena air mata. Mingyu masuk ke kamar dengan tergesa dan menangkup wajah istrinya yang sudah sembab. Wonwoo hanya kaget.

"Kamu tunggu disini ya, jangan kemana-mana. Tunggu aku." Mingyu langsung pergi meninggalkan Wonwoo yang kebingungan dengan air mata yang terus mengalir.

.

.

Mingyu panik langsung keluar dari unit apartemennya, menekan tombol lift dengan tidak sabar. Saat pintu lift terbuka dengan buru-buru ia melesat masuk dan menekan terus tombol lobby membuat orang yang didalam lift kebingungan padahal tombol lobby sudah menyala. Mingyu langsung berlari keluar dari lift saat sudah sampai di lobby bawah menuju medicine store. Apartemen tempat ia tinggal termasuk lengkap, dekat dengan berbagai toko, minimarket dan coffee shop untuk penghuni apartemen atau orang umum. Bahkan stasiun subway juga sangat dekat.

"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" sapa pegawai toko ramah.

"Ah iya itu, aku butuh hmm itu aduh apa namanya." Mingyu yang panik dengan nafas sedikit tersengal kesulitan bicara saat mengutarakan sesuatu.

"Ya anda butuh apa?" tanya pegawai toko lagi.

"Itu sakit perut, obat mual ah bukan, itu pembalut oh astaga!" Mingyu mengacak rambutnya lagi karena makin panik.

Pegawai toko ikut panik dengan permintaan Mingyu. "Maksudnya kekasih anda sedang datang bulan?" tanya pegawai dengan berbisik.

"Aissshh bukan itu." Mingyu menggerutu sambil menggaruk tengkuknya dan mencoba tenang.

"Testpack." ujar Mingyu singkat, padat dan jelas dengan sedikit berbisik.

"Aaahhh testpack untuk wanita hamil?"

"Hmm iya."

"Apa anda kebobolan karena anda tidak pakai pengaman?" tanya pegawai penuh selidik.

"Aisshh ini untuk istriku, aku sudah menikah!" Mingyu memperlihatkan cincin kawinnya dan pegawai itu paham.

"Mau merk apa?"

"Yang paling akurat yang mana?"

"Semuanya 99.99% akurat."

"Ada berapa merk?"

"Kita jual ada 4 merk." Pegawai itu mengeluarkan berbagai merk testpack agar Mingyu bisa memilih. "Mau yang mana?"

Mingyu bingung dengan berbagai kemasan testpack dihadapannya.

"Ini bagaimana pakainya?"

"Yang ini dicelup, yang ini langsung dicoba saat buang air kecil. Sebelum pakai dibaca dahulu petunjuknya." Pegawai itu menjelaskan dan Mingyu sedikit paham. Ponselnya berbunyi, ada panggilan masuk menampilkan wajah selfie Wonwoo sedang tersenyum manis yang dipasang oleh Wonwoo sendiri.

"Iya sayang."

"Kamu dimana?"

"Iya tunggu ya, sudah mau selesai. Sebentar aku pulang ya."

"Ppali…..!" Wonwoo berteriak dan memutus sambungan telepon. Mingyu menarik nafas karena istrinya mulai ngambek.

"Aku beli semua merk masing-masing 1." perintah Mingyu dan pegawai toko melongo bingung.

"Cepatlah, aku harus pulang sekarang!" Mingyu agak membentak dan pegawai tadi langsung menghitung belanjaan Mingyu.

Setelah membayar, Mingyu langsung keluar toko dan buru-buru masuk lift kembali ke unit apartemennya.

.

.

"Kamu kemana saja sih!" Wonwoo mengomel karena ditinggal begitu saja.

"Tadi aku ke bawah beli ini sayang, jangan marah dulu." Mingyu menyerahkan bungkusan plastik berisi berbagai merk test pack. Wonwoo bingung, pikirannya blank. Mingyu sibuk mencari wadah kecil di kitchen setnya, namun tidak menemukan karena ia tipe orang yang jarang menyimpan berbagai perabotan. Mingyu membuka kulkas dan mengambil es krim milik Wonwoo.

"Es krim aku jangan dihabiskan."

"Aku hanya memindahkannya saja sayang, aku butuh tempatnya saja." Mingyu membuka es krim cup dan menaruh isinya dipindah ke gelas. Menyimpan kembali es krim dan mencuci bersih cup bekas es krim. Wonwoo hanya diam melihat kemasan test pack.

"Ini kamu coba tes." Mingyu memberikan cup bekas es krim yang sudah dicuci dan dikeringkan. Wonwoo menatap ragu, Mingyu membuka semua kemasan test pack.

"Tapi aku tidak…"

"Sayang, sejak semalam kamu sudah memperlihatkan tanda-tandanya. Mungkin itu bukan haid tapi flek. Eomma-ku yang menyimpulkan."

"Bagaimana kalau hasilnya negatif?"

"Tidak apa, kita usaha lagi. Aku akan terus berdo'a agar diberi keturunan. Tidak ada salahnya kita mencoba kan?" Mingyu tersenyum tulus membuat Wonwoo terharu langsung mendekat dan memeluk suaminya. Mingyu tersenyum senang, Wonwoo kembali seperti biasa mau memeluknya dan tidak bilang bau lagi.

"Kita coba ya." Mingyu menyerahkan cup bekas es krim dan berbagai test pack. Wonwoo mengelus perutnya dan merasa ingin buang air kecil langsung menuju kamar mandi. Mingyu menunggu dengan cemas, pikirannya hanya tertuju pada istrinya. Ia sudah mengirim pesan pada Seokmin untuk cuti sehari.

.

.

"Sayang sudah belum?" Mingyu tidak sabar karena sudah 30 menit istrinya tak kunjung keluar, ia menyender dekat pintu kamar mandi. Wonwoo keluar dengan menunduk sambil meremas bajunya membuat Mingyu terdiam dengan ekspresi yang ditampilkan istrinya.

Wonwoo menangis dan terisak tanpa menjelaskan apa-apa, Mingyu menariknya dalam pelukan dan mencoba menenangkan.

"Kenapa? Belum berhasil ya?"

"Aku takut kamu marah, jadi aku diam saja didalam."

Mingyu menarik nafas mendengar alasan Wonwoo dan mengecup dengan lembut kepala sang istri sambil mengusap-usap kepalanya.

"Tidak apa sayang, sudah ya jangan menangis." Mingyu ikutan sedih mendengar istrinya tak berhenti menangis malah semakin kencang menangis.

"Aku harus bagaimana?"

"Iya tidak apa sayang, sungguh." Mingyu menangkup wajah sang istri dan menghapus air mata yang mengalir. Wonwoo ikutan menghapus air mata suaminya.

"Aku harus bagaimana?"

"Sayang, tidak apa hmm. Mau bagaimana apanya?"

"Aku harus panggil kamu apa sekarang?"

"Maksudnya?"

"Ayah, appa, papa, papi, daddy? Kamu mau dipanggil apa? Aku ikut saja menyesuaikan panggilan untuk anak kita kelak."

"Mwo?" Mingyu membulatkan matanya. Wonwoo tertawa geli dan menghapus air matanya sendiri.

"Kamu siapkan panggilan agar aku membiasakan anak kita nanti mau panggil apa untuk kita." ujar Wonwoo tersenyum sambil mengusap perutnya.

"Kaa… kamu…" mata Mingyu berbinar memancarkan kebahagiaan. Wonwoo mengangguk sambil terus tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang rapi. Mingyu yang masih belum percaya, masuk ke kamar mandi dan melihat hasil test pack ada 3 yang menunjukkan 2 garis. Mingyu mengeluarkan ponselnya dan foto hasil test pack.

"Itu tadi aku salah, ternyata terbalik jadi aku coba yang lain lagi dan semuanya hasilnya sama." Wonwoo menjelaskan.

"Kenapa kamu tidak langsung keluar? Aku menunggu dengan cemas."

"Itu, aku hanya iseng mau kerjai kamu saja." Wonwoo tertawa geli.

"Tapi sungguh tadi aku menangis bukan karena sedih." Wonwoo tersenyum dan Mingyu memeluk istrinya dengan sayang.

"Terima kasih Tuhan, terima kasih sayang." Mingyu mengucap syukur dan mencium puncak kepala istrinya lalu bersama keluar dari kamar mandi.

.

.

.

Tbc

Annyeong, ini tuh beneran ga ada ide buat bikin meanie baru, masih bingung sama latar ceritanya. Bikin draft ujung2nya gagal ga dilanjut. Malah dilanjut lagi si Wonu 'drama queen' hehehe...

Semoga pada suka ya, terutama yang minta Wonu ngidam, nyinggung debay dan minta sequel di kotak review sekarang terjawab ya. Bakal lanjut kalau responnya bagus hehe...

27 Maret 2017