Tittle: Gone.
Genre: Hurt, Angst, Romance.
Main Cast: EXO's Byun Baekhyun ∞ EXO's Park Chanyeol.
Other Cast: Find by yourself~
-Disclaimer: Plots and story are mine, so dont judge and dont be plagitor please...respect the author. if you dont like the story, closetab button is always here for you, xixixi thankies!~~~
-Notes: ANNYEONG! Its the first time i made yaoi story with chanbaek as the main cast, xoxo. Maaf kalo aneh, gajelas dan masih banyak typo ya hehehe maklumin author awam ini...maaf juga kalo angst-nya ga ngefeel sama sekali
.
.
.
ITS YAOI! PURE YAOI!
.
.
.
12 pages & 4.263 words
.
.
.
© araaassi's present
.
.
.
"Mati kau, Byun Baekhyun!" Teriakan kencang―yang amat sangat memekakan telinga terdengar dipenjuru rumah sederhana berwarna dasar biru laut. Byun Luhan―orang yang berteriak itu berlarian didalam rumahnya untuk mengejar Byun Baekhyun―adiknya yang dengan sengaja menumpahkan segelas orange juice di tubuhnya. Byun Baekhyun hanya tertawa kencang melihat ekspresi kakaknya yang kesal. Ekspresi kesal kakaknya adalah favorite-nya. Menurut Baekhyun, ekspresi kesal LuHan sangat lucu dan menggemaskan, maka dari itu, ia sangat senang sekali mengerjai atau mengganggu kakak laki-lakinya. Walaupun Luhan dan Baekhyun adalah seorang namja, namun wajah mereka sangat imut dan―errr cantik. Itulah mengapa anak ―laki-laki berjiwa seme, kelasan LuHan dan Baekhyun berlomba-lomba untuk mendapatkan salah-satu dari kakak-beradik itu. Namun, LuHan dan Baekhyun sampai saat ini sama sekali tidak tertarik untuk melakukan suatu hubungan sepasang-kekasih.
"Oh, hyung. Maafkanlah adikmu yang tampan ini," Ucap Baekhyun lalu diiringi dengan bermacam aegyo untuk meluluh-lantahkan hati kakaknya. "Cih!" Luhan berdecih melihat kelakuan adiknya yang―oh sungguh kekanakkan. "Kau ini namja, Byun Baekhyun. Tapi lihatlah! Tingkahmu sungguh mirip sekali dengan, yeoja." Ucapan Luhan membuat Baekhyun mengerucutkan bibirnya. "Bercermin lah, hyung. Bahkan, wajahmu lebih cantik daripada―ehm Victoria noona!" Balasan telak untuk Luhan dari Baekhyun. Baekhyun yakin bahwa hyung-nya ini akan memendam kekesalannya hingga membuat wajahnya memerah bak kepiting rebus. Bagaimana tidak? Byun Baekhyun membandingkan wajahnya dengan wajah sunbae-nya, Victoria―yang diketahui adalah primadona di sekolah mereka. Tentu saja, itu membuat kekesalan Luhan mencapai puncak. Sudah di tumpahi orange juice dan sekarang ia di bandingkan oleh Victoria. 'Ugh, keparat kau, Byun Baekhyun.'
.
.
Rintik hujan sedikit demi sedikit telah mengguyur sebagian kota Seoul pagi ini. LuHan sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya dan Baekhyun―tentu saja. Luhan dan Baekhyun hanya tinggal berdua di sebuah rumah sederhana peninggalan mendiang ayah-nya. Sedangkan ibu mereka telah memiliki banyak urusan di Cina hingga jarang sekali untuk bisa pulang ke rumah―bahkan untuk menengok keadaan mereka. Tapi toh, LuHan dan Baekhyun tidak ambil pusing untuk masalah itu. Asal ibu-nya masih punya sedikit waktu untuk ber-video call atau mengirimkan sejumlah surat dengan isi menanyakan kabar mereka, itu sudah lebih dari cukup untuk.
"YA! BYUN BAEKHYUN! CEPAT TURUN!" Baekhyun mendesah. Suara Luhan sudah membuat gendang telinganya berdengung hebat pagi ini. Sungguh. Luhan akan mengeluarkan suara mencapai 2 oktaf jika sedang berteriak atau memarahi Baekhyun. "SHUT UP, hyung! Kecilkan volume suaramu, bodoh. Kau lihat? Bahkan burung-burung kecil semakin terbang tinggi karena teriakanmu!" Luhan menjitak pucuk kepala Baekhyun, "Kau yang bodoh, Baek! Ini hujan! Mana ada burung kecil yang berterbangan kesana-kemari."
Tuk!
Tuk!
Tuk!
Ya. Satu jitakan dan 3 jitakan tambahan yang mendarat pada pucuk kepalanya adalah hal pertama yang didapatkan Byun Baekhyun, pagi ini. Baekhyun mengelus kepalanya dengan meringis kecil. "Itu balas dendamku, Baek. Siapa suruh kemarin kau mengatai wajahku lebih cantik dari Victoria noona." Ujar Luhan diselingi seringai kemenangan yang membuat Baekhyun semakin dongkol.
"Cepatlah sedikit, Baekhyun. Kau mau kita telat?" Gerutu LuHan pada Baekhyun yang memakan sarapan―yang dibuat oleh Luhan dengan santainya. Baekhyun mengangkat kepalanya lalu melirik Luhan dengan mata bulan sabit yang lucu. "Aish, hyung." Desah Baekhyun lalu menyelampirkan tas ransel berawarna abu-abu―bermerk janSport di punggung rampingnya, lalu berjalan mendahului Luhan yang sedang menggeleng-gelengkan kepalanya bingung melihat sikap, Baekhyun. "YA! YA! BYUN BAEKHYUN JANGAN LARI, YA! TUNGGU AKUUU!" Luhan berteriak kencang saat melihat Baekhyun yang dengan sengaja berlari meninggalkannya. Membuat mata rusanya melebar dengan sempurna lalu berlari kencang menyusul adiknya, Baekhyun.
.
.
"Kau kenapa, Lu?" Luhan mendudukkan pantatnya di kursi kelasnya, mengabaikan pertanyaan heran dari classmatenya―Kim Minseok yang lebih sering dipanggil Xiumin oleh teman-teman kelasnya. Keringat mengucur deras akibat usaha mati-matiannya mengejar Baekhyun, yang berlari seperti cheetah. "Hosh...Xiu, apa kau...hosh... punya air mineral hosh... hosh..." Tanya Luhan dengan nafas yang tidak beraturan. Xiumin memandangnya heran lalu mengangguk cepat dan segara mengobrak-abrik ranselnya dan memberikan botol air minum berwarna merah marun pada, Luhan. Tanpa ba-bi-bu lagi, Luhan menanggalkan air minum itu sampai habis. Membuat Xiumin melototkan matanya, "YA! Kenapa kau habiskan, bodoh? Bahkan aku saja belum meminumnya setetes pun!" Teriak Xiumin tepat di telinga Luhan membuat sang empunya menjengit dan menutup telinganya rapat-rapat. Sungguh. Telinga Luhan ingin pecah mendengar teriakan Xiumin yang jauuuuh lebih kencang dari suara teriakannya yang sering ia tujukan pada, Baekhyun.
"Mianhae, maafkan aku Xiumin-ah, aku sangat haus dan hampir mati karena berlari mengejar, Baekhyun." Ucap Luhan seraya mengerucutkan bibirnya dan menampakkan deer eyesnya yang begitu menggemaskan, membuat Xiumin menjitak kepalanya. "Tidak usah beraegyo didepanku. Aku takkan terpikat, Luhan!"
'Tadi pagi aku menjitak, Baekhyun. Dan sekarang aku di jitak oleh, Xiumin. Ugh, sepertinya ini karma untukku.' Gumam Luhan dalam hati dengan tangan yang masih mengelus pucuk kepalanya.
.
.
Baekhyun mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Kim Taehyung, teman sebangkunya―yang kata teman -teman sekelasnya memiliki wajah yang mirip dengannya menatap dengan heran. "Kau kenapa, Baek?" Tanya Taehyung. Baekhyun menatapnya lalu menumpu kedua tangannya didagu. "Kau tahu, Taehyung? Aku baru saja di kejar seekor rusa jelek." Ucap Baekhyun tenang. Rusa jelek. Ya, tentu saja yang dimaksud itu adalah Luhan, kakaknya. Taehyung mengerenyitkan dahi, "Maksudmu, Luhan hyung?" Tanya Taehyung, yang dengan cepat diangguki oleh Baekhyun. "Berhentilah, Baekhyun. Walaupun beda beberapa menit kau ini tetap adiknya, tetap saudara kembarnya, bersikaplah layaknya seorang adik dari, Luhan hyung." Ucap Taehyung membuat Baekhyun lagi-lagi mengerucutkan bibirnya. Ya, benar. Luhan dan Baekhyun adalah saudara kembar. "Ugh, tapi kan tetap saja―" Taehyung membekap mulut Baekhyun dengan kedua tangannya, lalu melepaskan bekapannya setelah Baekhyun menggigit telapak tangannya, ganas.
―wajah Luhan hyung kelihatan lebih muda, dariku."
\o/\o/\o/\o/\o/
"Oiya, Byun Baekhyun. Kau tahu? Kelas kita akan kedatangan murid baru. Dan kau tahu? Dia berasal dari Kanada!" Baekhyun melengos. "Itu sangat membosankan. Apa dia bisa beradaptasi dengan budaya Korea?" Taehyung mengangguk-angguk layaknya puppy. "Tentu! Info yang aku dapat, ia adalah orang Korea asli, namun katanya ia ikut kakaknya yang bekerja di Kanada, dan menetap disana selama bertahun-tahun. Mungkin dia kembali kesini karena efek tidak betah? hahaha." Ucap Taehyung yang menjelaskan seperti rumus pada persegi panjang yaitu, panjang kali lebar. Baekhyun hanya mengangguk-angguk mengerti. "Kau seperti wartawan saja, kawan." Celetuk Baekhyun yang membuat Taehyung terbahak dan menepuk-nepukkan dadanya.
Tiba-tiba kelas Baekhyun yang tadinya ramai seperti pasar, tiba-tiba hening seperti pemakaman. Baekhyun mendongakkan kepalanya dan bibirnya membentuk "O" bulat saat melihat Lee Seongsaengnim berdiri didepan kelas dengan orang asing―yang sudah dipastikan murid baru yang diberitahu Taehyung itu. Murid baru itu sangat tinggi, melebihi, Lee Seongsaengnim. Mata yang bulat jernih, bibir tebal yang uhm―sexy dan telinga lebar yang lucu. Baekhyun mengerjapkan puppy eyesnya beberapa kali saat mendeskripsikan murid baru yang berdiri didepan kelasnya.
"Anak-anak! Saem, membawa teman baru untuk kalian." Ucap Lee Seosaengnim ramah. Ia melirik murid baru itu, "Ayo kenalkan dirimu, nak." Ucap Lee Seosaengnim, terlihat murid baru mengangguk kecil lalu berjalan satu langkah kedepan.
"Annyeonghaseyo, saya Park Chanyeol, pindahan dari Kanada. Mohon bimbingannya dan saya harap kita bisa berteman." Suara bass Chanyeol membuat anak-anak kelasan Baekhyun serta Baekhyun mendongak. Para yeoja berkrasak-krusuk saat mengetahui nama murid itu―Park Chanyeol. Baekhyun masih mematung, suara bassnya sangat unik dan Baekhyun suka. Baekhyun mendelik.
'APA?! SUKA?! Jangan bercanda, Byun Baekhyun!' Batinnya berteriak hebat.
Mana mungkin ia suka pada Park Chanyeol yang baru beberapa detik ia kenal? TIDAK! Baekhyun straight! Dirinya tidak gay! Baekhyun terus berperang dingin dengan hati dan pikirannya. Hatinya bilang ia tertarik pada, Park Chanyeol, sedangkan pikirannya berteriak terang-terangan kalo dirinya tidak menyukai Park Chanyeol. "Argh! Berhentilah, kumohooon!"Geram kecil Baekhyun dengan sedikit menjambaki fluffy hairnya. Taehyung yang berada disebelahnya hanya menatapnya heran dan sudut alisnya terangkat satu melihat kelakuan aneh yang tiba-tiba terjadi pada teman sebangkunya.
"Gwaenchanayo?" Baekhyun menatap mata Taehyung yang terlihat...khawatir? Baekhyun tersenyum lalu mengangguk kecil, "Aku baik-baik saja. Memangnya aku kenapa?" tanya Baekhyun balik dengan terkekeh kecil, membuat Taehyung menjitak kepala Baekhyun. "Hari ini aku sudah mendapatkan lima jitakan. Empat jitakan dari Luhan hyung, dan satu jitakan lagi darimu, Taehyung. Sungguh. Aku tidak berbohong. Haruskah aku memakai helm setiap aku bersamamu atau bersama Luhan hyung?" Jelas. Kalimat yang baru saja Baekhyun lontarkan membuat perut Taehyung tergelitik, membuat dirinya harus menahan tawanya agar tidak lepas. Ia tak mau mengambil resiko di hukum oleh, Lee Seosaengnim.
\o/\o/\o/\o/\o/
"Baek? Mau ikut aku berkenalan dengan, Park Chanyeol?" Ajakan Taehyung membuat tubuhnya menegang dan darahnya berdesir. Ia tak tahu kenapa. 'Fcuk, Byun Baekhyun! Kau tidak mungkin menyukai namja! Kau straight, Baekhyun!' Pikiran Baekhyun mulai berkecamuk. 'Persetan dengan straight atau gay.' Pikir Baekhyun, lalu matanya mulai menatap ke arah Taehyung dan mengangguk.
"Annyeong, Chanyeol-ssi. Aku, Kim Taehyung. Kau bisa memanggilku, Taehyung." Baekhyun menatap Taehyung yang dengan lancarnya mengenali dirinya pada, Park Chanyeol. "Annyeong, Taehyung-ssi. Bangapseumnida~"Lagi. Perut Baekhyun tergelitik saat mendengar suara bass, Park Chanyeol untuk kedua kalinya. Baekhyun akan tetap melamunkan suara bass Chanyeol kalau saja Taehyung tidak menarik lengan kanannya menuju tempat Chanyeol.
'APA? TEMPAT CHANYEOL?' Panik. Kini Baekhyun keringat dingin saat jaraknya dengan Chanyeol tidak ada beberapa meter. "Chanyeol-ssi, ini Byun Baekhyun...dia teman sebangkuku." Baekhyun mematung saat Taehyung mulai memperkenalkan dirinya pada Chanyeol. "Kalian berdua kembar?" Pertanyaan polos Chanyeol membuat Baekhyun mendelik dan Taehyung tertawa. "Aniyo." Taehyung mengibaskan tangannya di udara, "Aniyo, kami berdua memang mirip, Chanyeol. Tapi percayalah, kami tidak satu darah." Chanyeol hanya mengangguk tanpa menatap...Baekhyun. " Kau tidak memperkenalkan dirimu pada Baekhyun, Chanyeol-ssi?" Tanya Taehyung ceplas-ceplos membuat Baekhyun memainkan jari-jari cantiknya. Chanyeol melirik Baekhyun, "Untuk apa? Kurasa dia sudah tahu namaku, Taehyung-ssi." Ucapan Chanyeol yang terkesan dingin membuat Baekhyun mau tak mau mendongakkan kepalanya. Ia tak mengerti kenapa Chanyeol bersikap dingin padanya. "Tapi, Chanyeol-ssi―
.
.
"Sudahlah, Taehyung...tidak apa-apa." Ucap Baekhyun lembut lalu menarik lengan Taehyung menjauh dari tempat duduk Chanyeol dan kembali ketempat duduk mereka. Taehyung menatap Baekhyun yang termenung, "Kau sakit hati karena, Chanyeol?" Baekhyun menatap Taehyung sayu lalu menggeleng kecil dengan senyuman tipis. "Lalu kau kenapa? Kau aneh sekali...kenapa moodmu cepat sekali berubah, eoh?" Gerutu Taehyung yang membuat Baekhyun terkekeh. "Gwaenchanayo, tapi aku tiba-tiba pusing, Tae..." Ucap Baekhyun lirih. Taehyung membulatkan matanya, "JINJJAYO?! Apa aku harus memanggil Luhan hyung, Baek?" Baekhyun tersenyum melihat sikap khawatir Taehyung padanya. "Aku tidak mau membuat hyung khawatir, Tae. Lagipula, nanti pulang cepat kan? Jadi aku bisa beristirahat..." dan Taehyung hanya mengangguk kecil lalu mengelus puncak kepala Baekhyun lembut. Tanpa disadari tatapan jijik seseorang dibelakang mereka.
.
.
'Menjijikan. Aku sudah tahu kau adalah gay, Byun Baekhyun. Gelagatmu sudah kelihatan jelas. Cih.'
.
.
"Luhan hyung. Bisa kau antarkan adikmu yang tampan ini ke Rumah Sakit? Aku merasa ada yang tak beres dengan tubuhku akhir-akhir ini, hyung." Luhan menatap adiknya yang pucat. Adiknya memang memiliki kulit putih, tapi putih susu, bukan putih pucat. "Kenapa baru minta sekarang, Baekhyun? Kau tahu? Wajahmu sangat pucat!" Baekhyun tersenyum kecil melihat tingkah khawatir kakaknya yang menggemaskan. "Jangan terlalu berlebihan, hyung. Aku mungkin hanya demam." Luhan berdecak, "Jangan pernah menyepelekan suatu penyakit, Baek!" Gertak Luhan garang membuat Baekhyun ciut secara tiba-tiba. "Tunggu sebentar, aku akan mengganti pakaian ku." Baekhyun hanya mengangguk menurut.
\o/\o/\o/\o/\o/
Luhan dan Baekhyun akhirnya tiba di Rumah Sakit. Luhan berjalan beriringan dengan Baekhyun memasuki Rumah Sakit. Sekarang mereka sedang duduk di kursi tunggu Rumah Sakit. "Ugh." Tiba-tiba Baekhyun mengaduh, membuat Luhan yang sibuk dengan smartphonenya menatap adiknya, "Gwaenchanayo?" tanya Luhan khawatir, Baekhyun mengangguk, "Aku baik-baik saja, hyung." ucap Baekhyun lirih, lalu setelah itu semuanya gelap. Baekhyun pingsan dan betapa kagetnya Luhan saat melihat sesuatu berwarna merah, kental dan berbau anyir keluar dan mengalir pelan dari hidung Baekhyun. Darah. Adiknya mimisan!
\o/\o/\o/\o/\o/
"Baekhyunnie? Baekhyunnie? Gwaenchanayo? Baekhyunnie bisakah kau mendengarkanku? Baekhyunnie?" Luhan terus memanggil-manggil nama Baekhyun saat Baekhyun terus didorong oleh perawat-perawat Rumah Sakit dengan tempat tidur beroda. Luhan juga tanpa sadar memanggil nama Baekhyun dengan 'Baekhyunnie' tidak lagi dengan nama 'Baekhyun' Luhan menangis saat melihat adik dan saudara kembar satu-satunya terbaring lemas di tempat tidur beroda itu.
"Maaf, tapi anda hanya bisa menemani Tn. Baekhyun sampai sini, aku dan teman-temanku berjanji akan memeriksanya dengan baik. Tenanglah." Seorang Dokter muda menenangkan Luhan akibat kekhawatirannya pada, Baekhyun. "Damn! Aku saudara kembarnya! Izinkan saya masuk! Adikku sedang terbaring lemah disana!" Luhan meronta minta dilepaskan. Tapi Dokter muda itu masih tetap memegang kedua lengannya erat.
"Dr. Oh Sehun, cepat! Kau harus segara menangani pemuda ini, Dr. Oh Sehun." Luhan merasa kalau cekalan tangan Dokter muda―yang diketahui namanya adalah, Oh Sehun telah melonggar, ia dengan cepat mengibaskan tangannya sehingga cekalan tangan Dokter itu terlepas dari kedua lengannya. Namun gagal, saat Luhan ingin berlari, lagi-lagi tangannya berhasil tertangkap oleh Dokter itu lagi. "Ku mohon Dokter...izinkan aku melihat adikku." Luhan menangis, Dokter itu bingung. "Panggil aku Sehun saja. Percaya padaku, adikmu akan baik-baik saja. Kau harus tenang dan berdoa untuk adikmu, arrasseo?" Kata Sehun dengan kalimat menenangkan. Luhan mengangguk lalu berjalan berlawanan arah dari ruangan adiknya yang terbaring lemah di dalam. "YA! DR. OH SEHUN, CEPATLAAAH!" Sehun menepuk dahinya, lupa, lalu melirik Luhan dengan senyuman tipis setalah itu berlari menuju...Ruangan Baekhyun.
.
.
Luhan memasuki gerbang sekolahnya dengan mata yang sembab. Ia menangis dan tidak tidur semalam suntuk hanya untuk menunggu adiknya. Kaki Luhan berjalan menuju ruang kelas adiknya yang hanya beda 3 ruang dari ruang kelasnya. Luhan sedikit mempercepat jalannya saat melihat 'Baekhyun KW 1' yang sudah pasti itu, Taehyung.
"Taehyung-ah." LuHan meneriakan namanya. Taehyung yang merasa dirinya dipanggil membalikkan punggungnya dan menatap LuHan heran. "Ah, Luhan hyung. Ada apa? Dan OMG! Dimana Byun Baekhyun? Biasanya kau datang bersamanya, kan?" Luhan memberikan sepucuk surat pada Taehyung dan Taehyung hanya menaikkan alisnya heran. "Baekhyun sakit, Tae. Dia dirawat. Kemarin ia mengeluh kalau dirinya pusing, aku langsung membawanya ke Rumah Sakit. Tapi saat menunggu di kursi tunggu...tiba-tiba Baekhyun mimisan dan dia...dia...pingsan." Suara Luhan bergetar dan matanya mulai memerah. Taehyung membesarkan kedua matanya. "Hyung? Bolehkah aku menjenguk Baekhyun?" Mohon Taehyung dan dengan cepat diangguki oleh Luhan.
"Tentu saja boleh, Taehyung-ah. Aku akan memberi alamat Rumah Sakit tempat Baekhyun di rawat berserta nomor kamarnya lewat sms nanti. Eiy, bel akan segera berbunyi, dan ya, Tak perlu memanggilku, hyung. Kita sama-sama berada di satu tingkat." Ucapan Luhan refleks membuat Taehyung tertawa. "Tidak apa, hyung. Kau sudah ku anggap sebagai hyungku, dan kau tahu? Aku mirip Baekhyun! Dan berarti aku juga adikmu." Seru Taehyung membuat Luhan membulatkan matanya, "Pft. Dasar Baekhyun KW! Okelah kalau itu maumu, terserah kau saja, Tae-ah." Taehyung lagi-lagi tertawa mendengar sebutan Luhan untuknya. Taehyung sedikit mendorong-dorong bahu Luhan untuk cepat berjalan kekelasnya, karena bel sudah berbunyi.
\o/\o/\o/\o/\o/
Jung Seosaengenim memasuki ruangan kelas dan langsung duduk di kursi guru. Taehyung tiba-tiba berdiri dengan membawa surat dan memberikannya pada, Jung Seosaengnim.
"Ini surat apa, Taehyung-ssi?"
"Ini surat izin, Byun Baekhyun. Dia sakit, dan sekarang sedang di rawat di Rumah Sakit." Ucap Taehyung lalu membungkuk sedikit pada gurunya dan berjalan menuju kursinya.
'Gay sepertimu bisa sakit juga, hahaha semoga orang-orang seperti Baekhyun enyah, aku sangat jijik melihatnya.'
\o/\o/\o/\o/\o/
"Ya. Taehyung-ssi!" Taehyung menengok ke sumber suara. "Ada apa, Chanyeol-ssi?" Tanyanya pada Chanyeol. Ya, Chanyeol lah yang memanggilnya. "Tidak. Hanya ingin bertanya sesuatu." Taehyung menaikkan alisnya bingung. "Apa?" Chanyeol tersenyum miring, "Teman gaymu, Byun Baekhyun, dia sakit apa, uhm?" Ucapan Chanyeol membuat darah Taehyung mendidih sampai puncak kepalanya. Ia meremas tangannya sendiri, kesal dengan ucapan Chanyeol yang seenaknya. "Kau berbicara apa?! Gay katamu? Gay? Baekhyun tidak, gay! Jaga bicaramu." Seru Taehyung, dia sangat emosi saat mendengar temannya di caci, sama orang asing pula.
"Kau tak usah menutupi teman gaymu itu, Taehyung-ssi." Chanyeol masih tenang saat menuduh Baekhyun yang tidak-tidak. "Kau, sinting! Kenal aja tidak kau dengan, Baekhyun!" Seru Taehyung lagi. "Wah, tahan emosimu, Taehyung-ssi. Dan oh ya, untuk apa aku mengenal seorang gay? Itu sangat menjijikan dan memuakkan. Aku harap orang-orang gay seperti Baekhyun itu, enyah." Ucap Chanyeol santai lalu menyeringai dan pergi meninggalkan Taehyung yang sedang mengatur emosinya agar tidak menonjok laki-laki tinggi bernama Park Chanyeol, sekarang juga.
"Park Chanyeol sialan! Aku masih sabar saat kamu menuduh Baekhyun gay tapi saat kau mengatakan ingin Baekhyun enyah? Damn, kau brengsek, Park Chanyeol!" Taehyung berbicara sendiri dengan melampiaskan amarahnya pada meja. Taehyung memukul meja itu sampai tangannya berdarah. Ia tak suka jika ada orang yang menuduh Baekhyun sembarangan. Sudah dia bilang, Baekhyun sudah benar-benar Taehyung anggap saudara kembarnya sendiri. Walaupun mereka memang bukan kembar.
"Memang kenapa kalau Baekhyun gay? Itu bukan salahnya, bodoh! Sialan kau Park Chanyeol! Kau lah yang seharusnya enyah!"
Bugh
Bugh
Bugh
Taehyung menendang kursi sebanyak tiga kali, ia masih kesal dan tidak terima. Baekhyun sedang terbaring di Rumah Sakit dan Chanyeol? Dengan enaknya dia menuduh Baekhyun begitu saja!
.
.
Sudah hampir 2 Minggu, Baekhyun dirawat dirumah sakit. Ternyata, selama satu minggu itu Baekhyun mengalami koma ringan.
"Luhan-ssi, bisa ikut saya sebentar?" Luhan mengelus dadanya, ia kaget. Luhan membalikkan tubuhnya dari Baekhyun dan menatap kearah seseorang yang mengagetkannya. "Dr. Oh Sehun? Tidak bisa kah kita berbicara disini saja? Aku tidak ingin meninggalkan adikku." Ucap Luhan pada Sehun. Ya, dokter muda itulah yang sekarang berdiri tepat di hadapannya. "Oke, baiklah." Sehun lalu mengambil bangku dan menariknya agar dekat dengan bangku Luhan.
"Ku harap kau dapat mengontrol emosimu, Luhan-ssi." Ucap Sehun memperingatkan, membuat Luhan semakin tidak mengerti. Sehun mengeluarkan map berwarna cokelat muda dan menyerahkan itu kepada Luhan. Luhan menaikkan alisnya bingung lalu mengambil map tersebut. "Buka dan bacalah...dan aku sangat memohon padamu agar kau bisa mengontrol emosimu." Peringati Sehun sekali lagi. Luhan mengangguk tanda mengerti.
Dengan segera, Luhan membuka map cokelat muda tersebut dan mengambil sebuah kertas yang berisi hasil lab tentang penyakit adiknya. Hasil yang sangat Luhan tunggu-tunggu. Luhan membaca teliti kalimat demi kalimat yang tertera pada kertas hasil lab adiknya. Tiba-tiba saja, tangan Luhan bergetar. Luhan membekap mulutnya sendiri dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya masih memegang kertas itu. Matanya memerah, dan tiba-tiba ia terseguk. Luhan menangis saat melihat akhir kalimat dari kertas tersebut.
.
.
.
Byun Baekhyun.
18 tahun
Positif: Kanker Darah, Stadium Akhir.
.
.
.
Seketika, Luhan menjatuhkan kertas itu. Dia tidak bisa membendung tangisannya lagi. Sehun meringis. Ia sangat tidak tega melihat seseorang menangis didepan matanya. Dengan entah dorongan darimana, Dokter muda itu menarik Luhan kedalam pelukannya.
"Katakan semua itu bohong, Dokter. Adikku tak mungkin mengidap penyakit yang seperti itu. Adikku bilang dia hanya demam, Dokter. Baekhyun bilang dia hanya demam!" Luhan meracau dan menangis hebat dalam pelukan Sehun. Sehun hanya bisa menepuk-nepukkan punggung, Luhan. "Yang sabar, Luhan-ssi." Bisik Sehun lembut.
"Apa Baekhyun bisa sembuh?" Sehun mematung saat Luhan bertanya seperti itu. "Begini, Luhan-ssi. Kau tahu? Di kertas itu dituliskan 'Positif: Kanker Darah, Stadium Akhir' aku tak bisa menjamin dia akan sembuh 100%, dan aku tidak berkata hidupnya sebentar lagi. Disini aku hanya dokter, aku bukan tuhan. Jadi...lihat saja bagaimana nanti, LuHan-ssi, maafkan aku." Jawaban Sehun membuat Luhan semakin memperdalam kepalanya pada dada Sehun. Tangisannya semakin keras. Sungguh. Luhan sebelumnya tidak akan pernah menangis seperti ini. Tapi tidak. Ini masalah keluarganya. Adik kembar satu-satunya sedang sekarat saat ini. Dirinya tidak mungkin untuk tidak menangis.
Dan Sehun? Entahlah, ia merasa asing dengan detak jantungnya sekarang.
"Ugh, hyung." Luhan melepaskan pelukannya pada Sehun saat mendengar lenguhan dari adiknya, Baekhyun. "Ya, Baekhyunnie...hyung disini." Luhan mengelus rambut adiknya lembut. "Hyung...kepalaku sangat sakit." Rengek Baekhyun membuat Luhan menatap pada Sehun. "Mungkin itu karena efek tidur panjangmu, Baekhyun-ssi." Ucap Sehun lembut lalu segera memeriksa kondisi Baekhyun.
"Memangnya aku tidur berapa lama, hyung?" Luhan mendesahkan nafas pelan. "Kau tertidur selama satu minggu, Byun Baekhyun. Kau mengalami koma ringan" Ucap Sehun yang akhirnya memberi tahu Baekhyun. Baekhyun hanya mengangguk-angguk mengerti. "Apa, Taehyung datang untuk menjengukku?" Luhan menepuk dahinya, "Aku lupa mengabarinya, Baek. Lagipula, Taehyung baru tau kau dirawat di Rumah Sakit tadi pagi. Hyung baru sempat memberi surat izin padanya dan hyung memang baru masuk sekolah tadi...pagi, mianhae."
"Kau izin saat aku tak sadarkan diri? Kau gila, hyung. Tapi...apakah aku besok sudah bisa masuk sekolah, hyung?" Luhan menggeleng mantap. "Aku menjagamu, Baekhyun. Kau adikku. Dan aku tidak akan meninggalkanmu, dan untuk sekolah, Tidak. Kau tak aku izinkan sekolah dulu untuk beberapa kedepan, Baekhyun." Terlihat Baekhyun mengerucutkan bibirnya. "Dokter bilang aku hanya mengalami koma ringan, hyung. Lagian aku juga sudah merasa lebih baik." Jawab Baekhyun membuat Luhan menatapnya sedih. Ekor mata rusa Luhan mentap kearah iris hazel Sehun. Sehun tersenyum dan menggeleng. "Okay, baiklah. Kau ku izinkan sekolah besok. Tapi ingat, kalo kau merasa sakit atau pusing cepat hubungi aku lewat Taehyung, arrasseo?" Baekhyun mengangguk-menganggukkan kepalanya beberapa kali. Senyum merekah terpampang pada wajah imutnya yang ceria.
"Oya, hyung. apa Dokter ini, pacar Luhan hyung?" Ceplos Baekhyun membuat kedua manusia―Luhan dan Sehun membelalakkan matanya kaget. Untuk beberapa detik Luhan dan Sehun berpandangan menjelajahi sepasang mata keduanya satu sama lain. Luhan yang menyadari langsung memalingkan muka dan memainkan jarinya. "Aniyo..." Ucap Luhan pelan. "Iya juga tidak apa-apa, hyung. kau dan Dokter uhm―Dokter Oh Sehun sangat cocok. Sungguh." Ucap Baekhyun dengan mata yang menjelajahi tage name Dokter muda itu yang dia tahu namanya adalah Oh Sehun.
"Ada apa denganmu, Byun Baekhyun?! Apa otakmu geser saat mengalami koma ringan, eoh?" Tanya Luhan sambil menutupi kesaltingannya. Baekhyun terbahak sambil menunjuk-nunjuk wajah Luhan yang telah memerah sempurna. "Dokter, tolong jaga hyungku dengan baik, ne? Dia sangat bawel dan kalau marah ia bisa mengeluarkan suara sampai 2 oktaf dan...oiya! Dia suka sekali menjitak kepala seseorang, be careful!" Wajah Luhan memerah sempurna dan Sehun hanya bisa tertawa kecil melihat kelakuan kakak-beradik didepannya.
Baekhyun melihat sesuatu tergeletak tepat dibawah lantai samping tampat tidurnya. "Hyung, itu kertas apa?" Luhan dengan cepat mengarahkan kepalanya pada sesuatu yang ditunjuk oleh, Baekhyun. Luhan hampir tersedak ludahnya sendiri saat menyadari kalau kertas itu adalah...hasil lab, Baekhyun.
"Hyung..beritahu aku." Luhan semakin panik, matanya menatap Sehun. Memintanya untuk membantunya. Namun sekali lagi, Sehun menggeleng. "Itu hasil lab-mu, Baekhyun-ssi." Ucap Sehun membuat Luhan membulatkan matanya. Ingin rasanya Luhan memukul wajah Dokter muda itu sekarang juga. Berbeda dengan Luhan, Baekhyun terlihat tenang saat mendengar itu adalah kertas hasil lab-nya. "Dokter, apakah aku boleh me―"
"Tidak! Kau tidak boleh!" seru Luhan.
"―lihatnya"
"Apa yang kau katakan, Luhan-ssi? Kau tidak boleh menutupinya!" Seru Sehun, membuat Luhan menatapnya tajam. "Kau tidak tahu apa yang aku rasakan, Dokter! Jadi diamlah." Balas Luhan membuat Sehun lagi-lagi menggeleng. Baekhyun yang tidak tahu apa-apa hanya bisa menyaksikan pertengkaran hyungnya dengan dokter yang menjaganya dalam diam dengan dahi yang sedikit berkerut.
"Hyung...Dokter...sebenarnya apa yang telah kalian sembunyikan dariku?" Tanya Baekhyun polos. Sehun menatap Luhan dan memberi bahasa isyarat pada Luhan agar Luhan memberitahu Baekhyun. Luhan menggeleng mantap dengan mata yang masih menatap Sehun. "Hyung..." Rengekan Baekhyun membuat Luhan menengok kearahnya. Luhan menatap adiknya dengan mata yang memerah menahan tangis.
"Aku yang memberitahunya atau kau yang memberitahunya, Luhan-ssi?" Luhan diam. Sehun mengangguk. "Baik, biar aku yang memberitahu, Baekhyun-ssi." Lanjut Sehun lalu berjalan kearah tempat tidur Baekhyun dan tak lupa mengambil kertas hasil lab Baekhyun yang entah sejak kapan ada di pelukan Luhan.
"Ku harap kau bisa menahan emosi dan kontrol dirimu, Baekhyun." Ucap Sehun memperingati Baekhyun seperti dirinya memperingati Luhan, sebelumnya. Baekhyun hanya mengangguk dengan wajah bingung. Baekhyun mengambil kertas hasil lab-nya sendiri yang diberikan Sehun dan membacanya dengan teliti.
Tiba-tiba gerakan mata Baekhyun berhenti bergerak, bibirnya yang sebelumnya menggumam membaca kalimat-kalimat pada hasil kertas lab-nya pun berhenti.
.
.
.
Byun Baekhyun.
18 tahun
Positif: Kanker Darah, Stadium Akhir.
.
.
.
Ingin rasanya Baekhyun langsung menangis saat itu juga. Ia menatap Luhan dengan senyuman kecil namun perih, di bibirnya. "Seharusnya kau tidak perlu menutupi ini dariku, hyung..." Ucap Baekhyun lembut membuat Luhan berlari kecil dan langsung memeluk saudara kembarnya, air mata sudah tidak dapat dibendungnya lagi. "Aku tak ingin menyakitimu, Baekhyun. Aku tidak menyangka Baekhyun dan aku hanya takut. Kenapa harus kau? Kenapa tidak aku saja, Baekhyun?" Luhan terisak di dada Baekhyun. Baekhyun mengelus punggung hyungnya dengan senyuman tipis namun tersirat sangat kalau dirinya...sakit.
"Jangan berkata seperti itu, hyung. Aku tidak apa-apa. Setidaknya untuk saat ini, hyung." Ucap Baekhyun membuat Luhan semakin mengeratkan pelukannya pada adiknya. Sehun lagi-lagi menatap haru pada kakak-adik didepannya. Dengan refleks Sehun menghampiri keduanya dan ikut menenangkan keduanya. "Baekhyun, kuharap kau kuat dan...Aku janji Luhan, aku akan berusaha keras untuk menyembuhkan, Baekhyun." Ucap Sehun dengan tangan yang mengelus surai Luhan. Baekhyun yang melihatnya hanya bisa tersenyum kecil. "Jangan beromantis-romatis ria didepanku hai para hyung-hyung...aku masih kecil." Seru Baekhyun dengan pout lucu pada bibir mungilnya.
Sehun menarik tangannya dari surai Luhan dengan salting. Wajah Luhan kembali memerah. "Kau sudah 18tahun, Tn. Byun Baekhyun. Jangan sok kecil." Ucap Luhan dengan nada geram. Baekhyun tertawa. "Aku menunggu kepastian hubunganmu dengan Dokter Sehun, hyung." Luhan dan Sehun salting, se-salting-saltingnya karena Baekhyun yang terus menggoda keduanya.
"Aku baru mengenalnya, Baekhyun-ah. Tidak akan mungkin secepat itu." Ucapan Sehun membuat Luhan menundukkan kepalanya dalam-dalam. Sehun juga entah mendapatkan keberanian darimana saat mengatakan hal itu didepan Luhan dan Baekhyun. "Jangan kecewakan aku, Sehun hyung. Aku sangat mendukungmu berpacaran dengan hyungku." Ucap Baekhyun yang justru itu membuat Sehun menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.
"Dan oh―Dokter, boleh kan aku memanggilmu, 'hyung' Sehun hyung?" Tanya Baekhyun dengan puppy eyesnya. Sehun tertawa kecil lalu mengelus surai Baekhyun dan mengangguk meng-iyakan. Melihat anggukan Sehun membuat Baekhyun tersenyum senang.
Luhan tersenyum tipis menatap Baekhyun dan Sehun. Setidaknya percakapan anatara dirinya, Baekhyun dan Sehun tadi itu melupakan kesedihan mendalam bagi adiknya, Baekhyun.
.
.
.
'Setidaknya aku baik-baik saja. Ya, untuk saat ini aku masih baik-baik saja.' ―Byun Baekhyun.
.
.
.
YEAAAAAAAAAAAH...ini part satunya teman-teman. Gimana? Masih mau dilanjut atau tidaaak? Xixixi. Ini sih rencanya bakal aku buat jadi twoshoot...maaf kalo masih banyak typo, alurnya kecepetan, angst sama feelnya gadapet. Maaf se-maafmaafnya. Aku masih awam huhuhuhu. Tapi...review please?
Oiya kalau ada yang mau kenal sama aku bisa tanya-tanya lewat PM xixixixi (PD Banget) okedey, Khamshamnida~
Sincerely;
araaassi.
