ROOM 709

Cast :

Wu Yifan, Kim Joonmyeon (Suho)

Genre :

Dangerous bromance, Humor

Disclaimer :

Kim Joonmyeon dan Wu Yifan beserta cast lainnya milik Tuhan, orangtua dan agensinya masing-masing. Saya hanya meminjam nama untuk kepentingan cerita ini. Ceritanya terinspirasi dari drama The Lover part Joonjae – Takuya.

Summary :

Story about Wu Yifan and his new roommate from South Korea, Kim Joonmyeon. Based on The Lover drama, part Lee Joonjae – Takuya.


Pinggiran Beijing, 10:45 a.m.

Di salah satu sudut kota Beijing, terdapat sebuah ya... bisa dibilang gedung apartemen. Tidak, gedung itu bukan tempat yang mewah. Walau terlalu bagus untuk dibilang gedung rumah susun. Kita sebut saja gedung apartemen sederhana.

Apartemen ini dihuni sebagian besar oleh pasangan muda. Entah itu yang saudara, teman, pasangan menikah atau pasangan yang hanya hidup bersama. Ada juga yang tinggal sendirian. Seperti penghuni yang tinggal di kamar no 709.

Namanya Wu Yifan. Pemuda berusia 23 tahun ini sudah hampir 2 tahun hidup sendiri di apartemen ini. Tadinya dia tinggal disana bersama orangtuanya. Tapi semenjak orangtuanya memutuskan untuk pindah ke Kanada 2 tahun yang lalu, Yifan, yang saat itu masih kuliah, tetap tinggal dengan alasan ingin mandiri.

Setelah lulus, Yifan yang orangnya santai dan cuek, hanya bekerja sebagai pekerja paruh waktu sebagai sumber penghasilannya. Karena penghasilannya yang cuma ala kadarnya, Yifan jadi sering nunggak bayar sewa apartemen. Sekarang saja sudah hampir 3 bulan dia menunggak. Untung saja pemilik apartemen ini masih berbaik hati padanya.

Tapi, sebaik hatinya pemilik apartemen ini pada Yifan, mana mau sih dia ngebiarin Yifan nunggak terus-terusan. Dia kan juga butuh makan. Makanya, dia pun mencoba untuk bantu mencari solusinya.

Atas persetujuan dari Yifan, Tuan Zhoumi –pemilik apartemen- memasang iklan di internet untuk mencari teman sekamar yang mau berbagi apartemen bersama Yifan.

Awalnya sih Yifan tidak mau berbagi kamar dengan orang lain. Dia kan orangnya santai, cuek, suka ketenangan, walau tetangganya banyak yang berisik paling tidak dikamarnya sendiri dia masih bisa merasa tenang.

Tapi mengingat tunggakan apartemen dan kondisi keuangannya yang sedang krisis, mau tidak mau Yifan setuju. Ya, paling tidak teman sekamarnya nanti bisa menutupi tunggakan sewa apartemennya.

Lagipula Tuan Zhoumi sudah berjanji akan mencarikan teman sekamar yang hanya tinggal untuk sementara saja. Jadi nanti Yifan tetap bisa mendapat ketenangannya kembali.

-0-

Drrrrrt... Drrrrrt...

Tidur Yifan yang tenang tiba-tiba diganggu oleh getaran yang berasal dari smartphone miliknya. Dengan kesadaran yang belum terkumpul, tangannya meraba-raba sekitar tempat tidurnya untuk mengambil smartphonenya.

Tanpa melihat nama yang terpampang di layar, Yifan langsung menggeser simbol berwarna hijau untuk menerima panggilan.

"Halo..." jawabnya dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.

"Yifan, ini aku Zhoumi," ujar suara diseberang telpon yang ternyata adalah Tuan Zhoumi.

"Oh... ada apa paman?"

"Ini, kau masih ingat kan dengan iklan yang kita pasang 2 minggu yang lalu?"

"Iya... kenapa?"

"Tanggapannya cukup bagus lho, ada beberapa orang yang berminat. Dan setelah aku seleksi, aku pikir orang ini cocok dengan kriteriamu,"

"Hmm, maksud paman?"

"Iya, kau kan minta dicarikan teman sekamar yang tenang, tidak macam-macam, dan hanya tinggal untuk sementara saja. Aku sudah dapat orangnya dan sekarang dia sudah disini untuk melihat-lihat kamarmu,"

"Oh ya? Secepat itu?"

"Iya lah, hebat kan aku? Hehehe... Jadi sekarang bagaimana, aku langsung membawanya ke kamarmu atau kapan?"

"Ya sudah, sekarang saja,"

"Ok, kami langsung kesana,"

Setelah pembicaraan dengan Tuan Zhoumi diputus, Yifan meletakkan smartphonenya di meja nakas disamping tempat tidurnya. Kemudian dia menyibakkan selimutnya dan mulai meregangkan sedikit badannya yang terasa kaku.

Ting Tong...

Baru saja Yifan meraih kaos abu-abunya yang tergeletak di lantai –Yifan tidur hanya memakai boxer- untuk dia pakai, bel apartemennya sudah berbunyi.

"Sudah datang?" keluhnya.

Dia pun memakai kaos dan celana pendek berwarna hitamnya dengan terburu-buru.

Ting Tong...

"Ya sebentar..." ujarnya dengan malas, lalu melangkah ke pintu depan apartemennya.

Ceklek

"Hey, Yifan. Ngapain aja sih? Lama sekali," tegur Tuan Zhoumi setelah Yifan membukakan pintu, dan hanya dijawab senyuman tipis oleh Yifan.

Tuan Zhoumi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan penghuni apartemennya yang satu ini. Yifan itu tampan, tinggi, seperti model tapi kepribadiannya terlampau santai dan cuek. Kerja pun hanya serabutan –kalau tidak mau dibilang pengangguran-, pemalas, kamarnya berantakan. Pantas saja orangtuanya sudah tidak betah tinggal seatap dengannya.

"Nogomong-ngomong, dia sudah disini. Buka pintunya," Tuan Zhoumi menyikut pintu yang hanya terbuka sedikit tadi. Dan terlihatlah seorang pemuda mungil yang terlihat rapi dengan menggendong sebuah ransel besar dan sebuah koper ditangannya.

"Ini dia calon teman sekamarmu,"

"Da jia hao! Namaku Kim Joonmyeon, panggil saja Suho. Aku tidak sengaja melihat iklan yang dipasang Tuan Zhoumi saat browsing di bandara. Karena iklannya menarik, aku menghubungi Tuan Zhoumi dan langsung menuju kesini dari bandara," kata Joonmyeon dengan bahasa mandarin yang cukup jelas untuk dimengerti. Tak lupa senyum manis pun dia tunjukkan agar sang penghuni kamar terkesan dan mengijinkannya tinggal disana.

"Oh... kau orang Korea rupanya," ujar Yifan sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya. Dia bingung, tidak tahu harus bilang apa.

"Iya, betul sekali," jawab Suho, masih sambil tersenyum manis.

Saat akan mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Yifan, tanpa sengaja Suho malah melepas pegangan kopernya. Refleks, Yifan dan Suho sama-sama meraih pegangan koper agar tidak terjatuh dan menyebabkan tangan mereka saling bersentuhan.

Keduanya saling menatap tangan mereka yang bersentuhan. Suasana mendadak menjadi canggung. Tuan Zhoumi pun hanya terbengong-bengong melihat adegan -err~ bisa dibilang romantis- dihadapannya. Sadar dengan suasana yang mendadak canggung, Yifan segera menarik tangannya lalu menggaruk tengkuknya sambil meringis.

"Gomawo..." lirih Suho pelan sambil mengeratkan tangannya pada pegangan koper.

"Nah, sudah kan? Kalian sudah saling bertemu dan kurasa sekarang kita bisa bicara mengenai pembayaran sewa apartemenmu," Tuan Zhoumi membuka-buka buku catatan kecilnya yang selalu dia bawa kemana-mana. Mungkin itu catatan tunggakan sewa para penghuni apartemen.

Yifan yang terkejut dengan perkataan Tuan Zhoumi yang blak-blakan, buru-buru menarik tangan Suho, mengajaknya masuk ke dalam apartemen. Suho yang bingung hanya bisa menurut saja.

"Ahh... terima kasih sudah mengantar Suho. Ngobrolnya lain kali saja ya, paman," dengan itu pintu pun langsung tertutup dengan indahnya.

"Hey... Yifan! Ini bagaima... Ahh, anak itu. Ya sudahlah," sepertinya kali ini Tuan Zhoumi masih harus bersabar lagi.

-0-

Setelah mengusir Tuan Zhoumi secara halus –menurut Yifan- dia mempersilahkan Suho memasuki apartemennya. Dengan polosnya, Suho menyerahkan kopernya pada Yifan dan mulai berkeliling.

Yifan yang tidak terbiasa dengan kehadiran orang asing di apartemennya, pasrah saja membantu Suho membawakan kopernya. Dan sepertinya Yifan akan menyesal karena tidak pernah membereskan apartemennya.

"Ouch?!" pekik Suho setelah kakinya tanpa sengaja menendang sebuah mangkuk besar.

"Sofa!" setelah meletakkan ransel di lantai, Suho berteriak kegirangan begitu melihat Sofa di ruang tengah dan langsung terjun telentang diatas sofa itu.

"Oh, tisu?" Suho menggangkat tisu bekas yang berserakan di meja dan langsung diambil lalu dibuang oleh Yifan.

"Panty!" bahkan celana dalam pun tergeletak begitu saja di ruang tengah. Dengan wajah menahan malu, Yifan merebut celana dalamnya dan dia sembunyikan dibawah sofa. Ckckck...

Setelah melihat-lihat dan mengacak-acak barang-barang Yifan yang berserakan di seluruh kamar, Suho pun terdiam. Hal ini membuat Yifan yang daritadi memperhatikan Suho menjadi bingung.

Dia memang tidak begitu menyukai Suho –apalagi setelah melihat Suho mengacak-acak barang-barangnya- tapi kalau sampai Suho tidak jadi tinggal lalu bagaimana nasib tung...

"Bagus!"

"Hah?"

"Iya, bagus. aku menyukai apartemenmu. Aku mau tinggal disini," jelas Suho dengan senyum yang lebih ceria.

Yifan yang mulai tersadar dari keterkejutannya, menatap Suho dengan tidak yakin.

'Dia bilang apa tadi? Dia suka apartemenku? Mau tinggal disini?' batinnya.

"Kau... serius mau tinggal disini?" tanya Yifan, untuk meyakinkan.

"Uhm!" Suho mengangguk dengan imutnya.

"Aku suka apartemenmu. Aku mau tinggal disini kira-kira selama 3 bulan. Jadi aku mohon bantuannya,"

"Tapi... aku hanya ingin teman sekamar untuk waktu yang singkat...," ujar Yifan pelan.

"Ini!"

"Hah?"

Suho menyodorkan sebuah amplop putih yang berisi cukup tebal.

"Ini biaya sewa untuk 3 bulan. Setelah bertanya pada Tuan Zhoumi dan aku pikir mungkin nanti aku akan sangat merepotkanmu jadi aku putuskan untuk membayar sewa secara penuh untuk 3 bulan. Mohon diterima," jelas Suho.

Yifan menatap Suho tidak percaya. Lalu tatapannya beralih pada amplop putih di tangan Suho yang ternyata berisi uang untuk 3 bulan sewa apartemen. Dan dibayar secara penuh.

Suho menghela nafas pelan. Dia meraih tangan kanan Yifan lalu meletakkan amplop tersebut di telapak tangannya. Dia gemas karena daritadi amplop itu hanya ditatap saja oleh Yifan, tidak diambil-ambil.

Yifan sekali lagi menatap amplop yang kini berada di telapak tangannya. "Hmm, terima kasih kalau begitu. Mulai sekarang kau bisa tinggal disini," ujar Yifan pelan sambil tersenyum tipis menatap Suho yang kini berbinar-binar karena sudah diijinkan Yifan untuk tinggal bersamanya.

"Terima kasih!" seru Suho dengan riang. "Hmm, namamu...?" tanya Suho sambil memiringkan kepalanya.

"Yifan. Namaku Wu Yifan,"

"Ah, Yifan!"

Suho tersenyum lebar sambil meraih tangan kiri Yifan lalu menggenggamnya dengan kedua tangannya dan diayun-ayunkan dengan terlampau kencang. Yifan buru-buru menarik tangannya dari genggaman tangan Suho, sementara Suho masih menunjukkan senyum lebarnya.

'Anak ini aneh...' batin Yifan.


TBC

Note:

Hai, hai semuanya... author baru disini *bow*. Perkenalan dulu sedikit boleh ya? Namaku, sebut saja Novi *emang namanya Novi, kok*. Aku seumuran sama Yifan *hmm, dewasa ya? Hahaa. tua sih iya*. Aku orangnya pemalu *serius* dan sangat ga pede buat publish ff ini. Tapi aku pengen banget ada yang baca jadi aku beraniin buat publish aja. Semoga beneran ada yang baca!

Tentang ff ini, sebelumnya aku mau tanya, ada yang pernah nonton The Lover? Ngeship Joonjae & Takuya? Kalo belum, boleh tuh ditonton ini drama. Tapi inget ya, drama ini rated 19+ jadi yang belum cukup umur disarankan jangan nonton. Kalo yang udah, kangen ga sih sama Joontak couple? Aku sih kangen banget, makanya bikin ff ini. Tapi aku mau bikin yang beda. Aku kan juga ngeship Krisho, aku pikir lucu kali ya kalo bikin The Lover versi Krisho. Kan samaan tuh sama Joontak yang beda kewarganegaraan, Krisho juga gitu. Terus untuk jalan ceritanya mungkin ga aku bikin sama banget ya soalnya ada beberapa adegan yang bikin aku ga nyaman. So, buat ff ini aku bikin yang aman-aman aja biar semuanya bisa baca.

Ok, segitu aja. Terima kasih yang udah baca, apalagi yang bersedia menyumbang review. Kritik dan saran semuanya aku terima.

Sampai ketemu di chapter selanjutnya!