Anneyeong
Aku penulis baru di ffn. Sebelumnya cerita ini sudah pernah dipost di wattpad.
semoga kalian suka ya.
Tadinya aku berpikir jika mungkin semuanya masih bisa kembali seperti keinginanku. Ya seperti keinginanku, dimana semuanya bisa aku kendalikan.
—Tapi kenyataan yang aku dapat justru berbeda, aku terlalu jauh berharap sampai aku melupakan fakta bahwa keinginanku hanya mimpi yang tak akan menjadi kenyataan.
Dan lucunya aku masih saja bersikap bodoh dan mengganggap jika aku mungkin masih mempunyai harapan. Harapan kecil yang mungkin akan mengembalikan semuanya, tapi takdir seakan tak lelah bermain-main pada hidupku.
Dan untuk kedua kalinya aku harus berkorban dan saat aku ada dibatas hidupku, semuanya terlihat jelas. Jika aku hidup untuk berkorban. Kesempatan dan hidupku adalah sebuah pengorbanan. - Kyuhyun.
Gwaenchana ; CKH
{Because I Need You}
[Privated on some chapter]
Publish [17012017]
yuayuputri present
Teaser
Happy Reading
*
Ruangan serba putih itu tampak tegang, ekspresi yang terlihat kentara dengan kecemasan. Hanya wajah-wajah penuh harapan tanpa senyuman yang mereka tampilkan, membuat seorang namja yang baru saja masuk keruangan tersebut mengerutkan keningnya bingung.
Ia masih setia berdiri diambang pintu masuk. Menatap tak mengerti namun sudut hatinya tiba-tiba seperti dicekam sangat kuat. "Apa yang terjadi?" Pertanyaan itu terlontar dari namja itu, kaki jenjangnya melangkah mendekati seorang wanita cantik dengan jas putih kebanggaanya.
Tak ada yang menjawab, semuanya terlihat sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. "Yoona-ah apa yang terjadi?" namja itu mengulang pertanyaan yang sama, yang tak ia dapatkan jawabannya.
Masih belum ada yang menjawab. "Kenapa kalian diam?" namja itu mulai merasakan suasana yang berbeda. Ia tau sesuatu hal yang tak baik pasti telah terjadi.
Ia lalu melangkahkan kakinya berusaha mendekat kearah yeoja yang sedang berdiri didekat ranjang seorang namja yang telah menjadi sahabatnya lebih dari 10 tahun ini.
Baru beberapa langkah ketika sebuah suara beep dari layar monitor berbunyi dengan keras. Membuat Yoona dan para suster dengan pakaian hijau dan masker yang menutupi sebagian dari wajah mereka menatap nyalang pada benda tersebut.
Terkutuklah benda tersebut yang seakan ingin semuanya menjadi bertambah hancur.
"Kyuhyun-ahhhh." Teriakan tersebut terlontar begitu saja dari namja yang sedari tadi hanya diam memperhatikan apa yang sedang terjadi dikamar Rumah Sakit sahabatnya ini. Changmin— Shim Changmim, namja itu lalu mendekat kearah ranjang pasien seorang namja yang tadi ia panggil dengan nama Kyuhyun.
Sedangkan Yoona sendiri yang merupakan dokter pribadi Kyuhyun mulai memasang alat pemacu jantung pada tubuh namja itu. Namja yang merupakan sahabat sekaligus adiknya. "Kau harus bertahan, Jebal." Ucap Yoona ditengah-tengah kegiatannya.
"Kyuhyun-ahh ini aku. HEIII BANGUNLAH." Teriak Changmin didepan wajah Kyuhyun. Changmin menatap sendu pada namja didepannya, namja yang terlihat begitu kurus dan wajah pucatnya seakan menjelaskan berapa besar rasa sakit yang harus ia tahan. Bertahun-tahun hidup dengan penyakit yang menggerogoti setiap inchi dari tubuh lemahnya.
"Changmine berhentilah, kau akan menyakitinya." Ucap Yoona pelan. Ia masih sibuk dengan beberapa suster yang mencoba untuk mengembalikan detak jantung Kyuhyun agar kembali normal.
Namun yang terjadi justru sebaliknya, detak jantung Kyuhyun kian melemah. "Jebal, kau harus kuat." Ucap Yoona, satu bulir kristal bening berhasil lolos dari sepasang onix kembarnya.
Perlahan onix kembar Kyuhyun terbuka, mata itu terlihat begitu sayu. Bukan lagi tatapan tajam yang menyapa dua orang didepannya, melainkan onix redup seperti malam tanpa bulanlah yang terpancar jelas.
Tangan lemahnya berusaha meraih tangan dokter sekaligus sahabatnya yang masih tampak sibuk dengan alat-alat yang membuatnya masih bisa bernafas walaupun hanya untuk beberapa menit kedepan. Sedangkan Changmin yang menyadari Kyuhyun sudah sadar meraih tangan Kyuhyun, yang sekarang ia genggam dengan erat.
"Kumohon bertahanlah Kyu." Ucap Changmin, tanpa bisa ia cegah buliran buliran kristal bening terjatuh dari kedua onixnya.
Kyuhyun yang mendengar itu otomatis mengalihkan tatapannya pada sahabatnya itu, ia berusaha tersenyum, walaupun siapa pun akan dengan mudah tau jika ada banyak rasa sakit dibalik senyum itu. "Hiduplah dengan baik." Hanya itu yang bisa Kyuhyun ucapkan sebelum ia kembali menatap Yoona yang sekarang tengah diam dengan air mata yang terus mengaliri wajah cantiknya.
Tangan lemah Kyuhyun lalu berusaha meraih tangan Yoona, seulas senyum ia berikan pada yeoja cantik itu. "Gwaenchana." Ucapnya lemah. Yoona hanya diam, sambil menatap Kyuhyun yang terlihat semakin lemah.
Bagaimana kau bisa berkata seperti itu disaat kau sendiri tau bagaimana kondisimu sekarang Kyu. "Siapkan rua—" ucap Yoona namun terhenti ketika Kyuhyun mengeratkan genggaman tangan mereka.
"Kau tak perlu lagi berusaha untuk membuatku tetap bertahan." Kyuhyun tersenyum. Ia tau jika pada akhirnya semuanya akan jadi seperti ini, ia harus pergi walaupun ia sendiri tak menginginkan hal itu. "Apa maksudmu Kyu?" Protes Changmin. Apa sahabatnya ini menyerah?
Kyuhyun kembali tersenyum, ia memandang lurus kedepan. "Aku bahkan sudah bisa melihat indahnya surga dari sin—" Air mata mengalir begitu saja tanpa diminta. Bahkan para suster yang tak mengenal Kyuhyun pun ikut meneteskan air mata mereka.
Yoona menggelengkan kepalanya kuat.
"Berhenti mengatakan hal yang tak berguna." Potong Yoona dengan air mata yang semakin deras.
Kyuhyun kembali mengalihkan tatapannya kearah Yoona. "Berikan mata dan jantungku padanya." Perintah Kyuhyun lemah. Suaranya bahkan hampir tak terdengar lagi. Ia tau seperti inilah akhir dari perjalanan panjangnya.
Deg
Yoona dan Changmin saling berpandangan, tubuh mereka menegang. Yoona terutama ia tak mungkin bisa melakukan hal itu. "KAU GILA!" Bentak Changmin. Matanya mengkilat marah saat menyadari jika Kyuhyun tak bergurau tentang mengorbankan hidupnya untuk orang yang bahkan selama 20 tahun ini selalu mengabaikannya.
Kyuhyun tersenyum lirih, ia masih berusaha mengundur waktu kepergiannya walaupun sakit ditubuhnya kian menjadi. "Semuanya sudah terlambat, aku sudah tak bisa menahannya lagi. Sekarang atau nanti, akan sama saja bagiku, aku tetap akan pergi. Jadi jangan menyianyiakan hal ini lagi."
Tak ada yang bisa dijelaskan tentang perasaan Changmin atau pun Yoona, sebagai orang terdekat Kyuhyun mereka jelas tau apa yang Kyuhyun rasakan. Tapi haruskan begini? Haruskah hidup Kyuhyun kembali dikorbankan.
"Yoon—"
Gelengan keras Yoona berikan. "AKU TAK BISA. JANGAN PAKSA AKU." Teriak Yoona. Entah semuanya seakan terlalu sulit sekarang, melihat Kyuhyun dalam kondisi seperti ini benar-benar membuat Yoona seakan ingin menggantikan semua sakit yang Kyuhyun rasakan.
Tak cukupkah semua penderitaannya selama ini Tuhan? Kenapa harus Kyuhyun yang selalu menderita?
"Aku tau kau hanya takut. Tapi kumohon ini adalah pilihanku, a..ku su..dahh me..nyel..esaiiika..nn t.uga..sku. D..an b..iar..kan i.a me..ngen..ang..ku de..ngan...cara ini." Ucap Kyuhyun terbata-bata. Sakit pada tubuhnya sudah pada puncaknya. Ia tak mungkin bisa bertahan lebih jauh lagi.
Yoona hanya diam meresapi setiap kata yang Kyuhyun ucapkan, walaupun namja tersebut mengucapkannya dengan lemah tapi untuk Yoona ucapan Kyuhyun seakan seperti pisau tak kasat mata yang menyayat-nyayat hatinya.
"Kau masih punya kesempatan, jadi bertahanlah. Yoona akan membantumu." Ucap Changmin, onix hitamnya masih tampak berkilat merah. Sungguh ia tak bisa menerima keputusan sahabatnya ini.
"Chwang." Ucap Yoona. Bersamaan dengan itu bunyi dari monitor yang menampilkan kondisi jantung Kyuhyun yang semakin melemah kembali berbunyi. Membuat Yoona dan Changmin seakan ingin waktu berhenti, mereka terlalu takut untuk kehilangan Kyuhyun.
Changmin memejamkan kedua onixnya, mencoba untuk menghalau air mata yang mendesak untuk keluar. Sedangkan para suster terlihat kembali ingin memeriksa Kyuhyun namun terhenti ketika Kyuhyun membuka kembali matanya yang beberapa saat lalu sempat terpejam. "Untuk terakhir kalinya aku meminta, tolong lakukan apa yang aku inginkan."
Yoona mengigit bibir bawahnya, haruskah ia melakukan ini. Ia mencoba untuk meminta persetujuan lewat tatapan mata pada Changmin yang berdiri didepannya.
Namun namja itu tak memberikan respon apa pun, tatapannya datar. Ada luka dibalik wajah tersebut. Yoona hanya diam, ia tak bisa mengambil keputusan sendiri, sekaligus tak rela jika Kyuhyun pergi secepat ini.
"Pergilah, jika memang kau sudah tak bisa menahannya lagi. Pergilah jika kau merasa lelah untuk bertahan. Pergilah jika kau rasa itu yang terbaik. Pergilah ketempat dimana kau akan menemukan kebahagiaan, tempat dimana kau akan terlepas dari rasa sakit terkutuk ini. A..ku tak bisa menahanmu lagi Kyu, tapi sebelum kau pergi berjanjilah kau tak akan melupakan kami. Kami yang menempatkanmu dipuncak hati kami, kami yang selalu menyayangimu dengan tulus. Kami yang akan selalu merindukan kehadiranmu. Pergilah dengan damai sahabatku."
Kata-kata itu terlontai dari bibir Changmin. Kedua matanya sengaja ia pejamkan. Sungguh jika ada orang yang paling terluka saat ini mungkin ia adalah orangnya? Keputusan ini mungkin akan menyakiti banyak orang. Tapi inilah yang terbaik, Kyuhyun takkan mungkin mampu bertahan lagi sekeras apa pun ia meminta— itulah yang hatinya katakan.
Yoona yang mendengar hal itu sontak mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk. Ia menatap Changmin yang kini juga tengah menatapnya dengan pandangan tak terbaca. Namja itu menganggukan kepalanya seakan itu adalah isyarat agar Yoona juga mau melepas Kyuhyun. Ia lalu mengalihkan tatapannya kearah Kyuhyun yang kini terlihat berbinar bahagia.
"Gomawo." Ucap Kyuhyun pelan sebelum kedua onix hitamnya tertutup sempurna dan monitor itu kembali berbunyi dengan ritme panjang. Membuat semua yang ada disana tak lagi mampu menahan air mata mereka.
"Kyuhyun-ahhhhhhhhhhhhhhhh."
.
.
.
.
.
.
Aku bahagia pernah hidup diantara kalian. Menikmati dunia yang selalu berlaku kejam padaku.
Aku bahagia hanya dengan melihat kalian tersenyum. Jadi tersenyumlah untukku.
Jika takdir kembali mempertemukan kita, aku harap semuanya akan berjalan lebih baik dari ini.
Tak ada yang terluka— seperti itulah harapan aku bangun.
Aku pada akhirnya memang harus pergi bukan?
Jangan pikirkan aku. Aku bahagia disini, ditempat yang indah ini.
Kalian tau disini tubuhku tak perlu merasakan sakit lagi.
Aku juga bahagia disini, aku harap kalian sepertiku.
Terima kasih untuk semuanya.
Aku harap kalian akan tetap mengenangku.
.
.
.
.
.
.
Teaser End
Note: Sudah direvisi.
Teaser perdana. Siapkan hati buat baca cerita sad ending ini.
Ff ini tercipta karena aku terinsfirasi dari sebuah novel.
