Locura de Amor

(Crazy Love)

ChanBaek's fanfiction

Present by,

Pandananaa

©2015

Whole of this story is belong to me, except the casts, ofcourse.

Insipired by Junjou Romantica Manga.

::

Hanya terinspirasi loh ya, gak bener-bener ngikutin alurnya yang emang Yaoi kental banget. JR Manga itu Yaoi-nya ampun-ampunan deh! Seakan-akan dunia isinya homo semua! Tapi manis banget ceritanya! Aku juga mau minta maaf buat fans-nya JR Manga yang udah aku acak-acak alur sama genre-nya. Maaf banget! Karena aku gak mau terlalu sama, jadi, aku karang-karang aja sendiri XD

Aku merubah sedikit genrenya jadi straight! Sebelumnya sorry gals! this is a Gender Swicth. Mungkin bakalan ada a little bit Yaoi-nya, tapi dikit doang sih ya.

Jadi, kalau di antara kalian ada yang merasa keberatan dan gak suka sama tipe cerita yang saya karang begini, ya monggo klik tombol silang di ujung halaman. Tapi kalau kalian emang gak suka tapi maksain buat baca karena penasaran tanggung sendiri ya akibatnya, dan dimohon jangan meninggalakan review dengan kata-kata yang menyakitkan.

By the way, aku pernah dapet bashing-an di acc ffn ku yang lain. Rasanya sakit sampek ke tulang.

Please, no bash, no plagiarism.

Respect, okay!

::

All pov in this chapter is Baekhyun's pov.

.

::

Bad First Impression

::

.

Hari ini cerah sekali!

Kupandang ratusan pasang kaki yang melangkah hati-hati saat pintu otomatis kereta bergeser perlahan. walau pun harus sedikit berdesakan, kuseret langkah kecilku sepanjang peron bawah tanah.

Saat ini kereta bawah tanah selalu padat. Seoul selalu ramai pada awal musim panas, puncaknya pada pertengahan musim semi hingga cuaca berubah menjadi tinggi. Banyak turis manca negara yang bertandang kesini untuk sekedar memuaskan nafsu berbelanja atau pun karya wisata.

Aku beruntung karena Seoul memang kota metropolitan yang serba nyaman. Jajanan pinggir jalan yang tak diragukan kualitas rasanya, tingkat kejahatan yang minim, transportasi yang mudah di jangkau, serta banyak kafe yang didisplai menawan dan fotojenik sehingga banyak menarik wisatawan asing. Jangan lupakan, Seoul itu surganya para fans k-pop. Jadi tak jarang banyak ditemukan remaja-remaja yang jauh-jauh datang ke Seoul untuk menyaksikan acara musik.

Aku juga suka musik, meski tak terlalu menggilainya. Hanya sebatas suka musik saja tidak berlebihan. Aku adalah tipe gadis rumahan biasa yang kutu buku. Aku pun tak punya banyak teman karena terlalu pendiam.

Namaku Kim Baekhyun. Seorang gadis berusia 18 tahun dan baru saja lulus Sekolah Menengah Atas. Aku hidup dengan seorang kakak laki-laki di flat sederhana peninggalan kedua orang tuaku. Kami yatim piatu sejak aku berusia sepuluh tahun. Orang tuaku tewas dalam kecelakaan di jalan tol saat kembali dari tugas luar kota. Saat itu hujan lebat, jadi kecelakaan beruntun pun sulit untuk dihindari.

Aku mencoba untuk mengerti walau usiaku masih teramat muda.

Meski pun terpukul dengan kejadian itu dan kesedihan menyelimuti keluarga kecil kami. Tapi kakakku tak mudah menyerah. Kakakku melepaskan bea siswa ke luar negerinya untuk merawatku sendiri. Pada saat itu aku tersentuh! Betapa besar kasih sayang kakak lelakiku terhadapku.

Walau pun di anggap masih tergolong remaja, kakakku sudah bisa menjalani usaha mebel keluarga yang di wariskan oleh kedua orang tuaku.

Memang bukan sebuah perusahaan yang besar, tetapi cukup untuk membiayai hidup kami dan pendidikanku.

Matahari sudah tinggi saat aku keluar dari peron. Wangi angin musim panas menerpa indera penciumanku. Sekali lagi aku tersanjung, belasan tahun hidup di kota semenyenangkan Seoul, membuatku enggan untuk pergi jauh.

Impianku adalah melanjutkan pendidikan ke Negeri Paman Sam, Amerika. Menjalani pendidikan Bahasa Asing dan menjadi seorang novelist terjemahan. Aku tak khawatir akan kesulitan dalam berbahasa, karena aku cukup mahir dengan Bahasa Inggris saat bersekolah. Yang paling penting adalah, aku ingin mewujudkan impian kakakku yang tak bisa bersekolah di sana.

Aku harus terus belajar untuk mendapatkan program bea siswa ke Amerika, dan tak akan mengecewakan kakak lelakiku.

Besok adalah hari perayaan kelulusanku, dan hari ini aku baru saja selesai berbelanja untuk keperluan perayaan. Flat kami tidak jauh dari stasiun bawah tanah, jadi hanya berjalan beberapa blok dan sampai. Makanan yang aku siapkan juga tidak terlalu mewah, karena hanya aka nada aku, Oppa, dan satu sahabat karibnya yang selalu menempel kemana saja saat sekolah dulu. Bahkan beliau rela untuk terbang dari California ke Seoul hanya demi bertemu dengan kakakku setiap bulannya.

Namanya Park Chanyeol.

Kata media, beliau lulusan terbaik sastra bahasa di Universitas California, San Diego, dan kini sudah meliris belasan novel roman berbahasa Inggris, dan puluhan novel berbahasa Korea. Umurnya baru menginjak 27 tahun, tapi begitu banyak karya yang sudah ia ciptakan.

Aku sudah pernah memakai novel terjemahannya untuk tugas sekolah. Hanya novel roman biasa antar remaja. Tapi ada satu judul novel miliknya yang aku suka, memang bukan novel biasa, semacam novel roman-dewasa dengan rating dua puluh satu tahun ke atas. Judulnya 'Beautiful Silence'. Tentang seorang gadis panti asuhan tuna rungu yang di cintai lelaki konglomerat. Klise memang, tapi alurnya sangat cerdas.

Aku merona saat membaca adegan romansanya, dan aku merana membaca kesedihan mereka. Satu lagi yang membuatku tertarik membacanya, bagaimana seorang gay bisa menulis adegan dewasa dua orang berbeda jenis dengan begitu detail?! Nampaknya dia memang bukan manusia, karyanya terlalu sayang untuk dilewatkan.

Aku selalu penasaran dengan orang itu. Kakak lelakiku selalu membanggakan sahabatnya di depanku. Dia nyaris sempurna jika saja bukan penyuka sejenis. Kakak lelakiku sendiri yang mengatakannya. Chanyeol sahabatnya pernah menyatakan cinta pada kakak lelakiku, mungkin sekitar dua atau tiga tahun lalu. Namun kakak lelakiku tak langsung menolaknya, dan tentu saja tidak menerimanya! Kakakku masih cukup normal untuk suka pada perempuan. Kakakku malah lebih mengerti dengan keadaannya yang kesepian.

Tinggal jauh dari keluarga dan hidup sendiri di negeri sebebas Amerika memang sangat berat. Cinta sepihak yang dialami tuan muda Park itu tidak berjalan begitu menyakitkan, nyatanya kakakku masih menyayanginya juga menyanjungnya.

Aku tidak sabar ingin bertemu penulis hebat itu!

Matahari sudah tinggi. Jalanan di kota ini memang sangat padat menjelang siang. Selain banyak sekolah yang di liburkan, beberapa supermarket juga sedang membuka diskon besar-besaran.

Aku sudah tak sabar ingin menyajikan makanan istimewa khas Korea pada orang yang menurut kakak lelakiku sangat istimewa. Selama ini aku hanya melihat lewat akun SNSnya. Dia orang yang cukup ramah dengan penggemarnya, walau pun dia bukan tergolong seorang yang aktif di sosial media.

Ting!

Sebuah e-mail masuk ke telepon genggamku!

'Kau dimana? Sudah selesai berbelanja? Apa perlu Oppa jemput? Temanku sudah sampai di siniBaekhyuni, kurasa aku sempat untuk menjemputmu sekarang.'

Itu dari Junmyeon-oppa.

"Jadi sudah sampai ya… apa perlu kubelikan camilan?" aku bergumam sendiri.

Langkahku terhenti pada sebuah minimarket yang tak jauh dari gedung flat kami. Aku pikir tak ada salahnya membeli beberapa makanan ringan dan soda. Eh? Soda atau kopi? Aku jadi bingung sendiri. Aku pikir, akan lebih baik meminum kopi racikan sendiri nanti. Sudah kuputuskan.

'Tidak perlu, Oppa. Aku sudah dekat flat. Ingin membeli beberapa camilan dan kopi instan. Apa teman oppa baik-baik saja dengan kopi instan seduh dengan krimer? Aku rasa kopi kalengan tidak begitu baik untuk tamu.'

Kirim!

Hawa sejuk dari pendingin ruangan langsung menyeruak ketika aku masuk melangkahkan kaki. Aku mendesah pelan.

Minimarket ini memang tidak begitu lengkap, tapi camilan yang dijual sungguh enak. Mereka juga menjual beberapa makanan ringan yang sudah lama di produksi dan melegenda. Seperti kue beras, Matdongsan, Yangpa Ring, Kkokkal corn, Jollypong, dan satu lagi yang paling istimewa Honey Butter Chip. Keripik kentang yang bercita rasa manis dan gurih menjadi favoritku sejak dulu. Aku jadi tak sabar untuk mencicipinya. Liurku sampai ingin menetes hanya dengan melihat bungkusnya yang kuning dan menggembung.

Slurp!

Tiga bungkus keripik kentang madu, satu bungkus besar keripik jagung kerucut, satu kotak kopi, dan sekotak krimer. Aku rasa cukup.

Aku hendak membayar ketika satu e-mail lagi masuk. Itu pasti kakak lelakiku.

'Pastikan kau membeli camilan kesukaanku , dia suka kopi dan tidak terlalu suka camilan. Tapi aku tahu kau pembawa virus makanan, apa pun yang kau makan membuat orang penasaran dengan rasanya! Jadi mari kita paksa dia makan camilan kesukaan kita! Hahaha!'

Aku tersenyum membacanya dan jadi berubah pikiran. Setelah mengembalikan kkokkal corn ke tempatnya semula, lalu mengambil dua bungkus lagi keripik kentang madu. Aku rasa tiga tidak akan cukup untuk kami.

::

Begitu banyak yang aku jinjing hingga sendi tanganku terasa kebas, pada tanjakan tangga terakhir aku mendesah lega. Sebentar lagi sampai.

Tapi mengapa aku merasakan sesuatu yang asing. Aku rasa bukan karena aku menanjak lewat tangga ke lantai tiga. Tapi kenapa dadaku sesak?! Tiba-tiba saja terasa ganjil, darahku berdesir panas dan degupan jantungku membuncah. Ya Tuhan! mengapa aku begitu gugup menghadapi penulis gay itu!

Aku tak perlu mengetuk pintu flatku sendiri, kan? Jadi aku langsung menekan kode masuknya. Kombinasi tanggal hari kematian kedua orang tuaku.

Ketika pintu terbuka aku segera melesat masuk melepas sepatu, dan meletakkan kantung-kantung belanja di dekat nakas sepatu sebentar. Lalu sebuah suara gaduh menjadi perhatianku. Datangnya dari arah dapur.

Aku penasaran jadi tanpa memakai sandal rumah aku melangkah pelan ke arah dapur. Dengan tatapan mengira-ngira, apa itu oppa? Atau temannya? Atau jangan-jangan pencuri?!

Oh tidak! aku jadi berpikir macam-macam! Aku tak boleh panik. Itu belum tentu pencuri.

Tanpa ragu aku langsung masuk ke dalam dapur dan mendapatkan adegan aneh yang membuat mata sipitku melebar sempurna.

Ada siluet seorang laki-laki yang memeluk pinggang kakakku dari belakang. Membuat asam lambungku naik hingga kerongkongan dan tubuhku menggigil seketika.

"Oppa…" Suaraku lirih dan dalam, membuat Junmyeon-oppa dan laki-laki itu menoleh dari acara cuci-piring-mesra mereka.

"Baekki Sudah pulang? Selamat datang! Mana belanjaanmu?" Junmyeon-oppa dan senyum tulusnya tidak membuatku merasa lebih baik. Lelaki di belakangnya masih mendekap erat pinggang Junmyeon-oppa seperti seekor koala. Lelaki tinggi yang sebenarnya sangat tampan. Tapi tatapan matanya dingin sekali saat melihatku.

Tidak salah lagi! Itu pasti dia!

"Ada di depan. Bawaanku berat sekali jadi aku tinggalkan di depan pintu." Suaraku datar tanpa intonasi, mataku masih terpaku pada sepasang tangan kekar yang ada di pinggang Junmyeon-oppa. Aku jadi bergidik!

"Oppa—se-sedang apa?" sial suaraku terdengar gugup. Aku tidak ingin menyinggung perasaan oppa dengan nada kesal. Jadi aku berusahan sekeras mungkin untuk tidak mengeluarkan makian apapun.

"A—ah! Oppa sedang cucing piring." Mungkin Junmyeon-oppa menyadari ketidak nyamananku melihat mereka. Jadi Junmyeon-oppa memutar kepala menghadap si lelaki tinggi kurang ajar yang memeluk dirinya.

"Chanyeol-ah, lepaskan dulu. Kau tidak ingin Baekhyun jadi salah paham kan dengan posisi kita ini?" Alis kananku berkedut melihat kelembutan kakakku terhadap lelaki tinggi itu. Lelaki itu menatap kakakku tak rela, lalu melepaskan tangannya dengan enggan.

"Ah—Baiklah."

Kerutan di dahiku menghilang setelah mendengar suaranya yang berat dan seksi. Ya Tuhan! suaranya lelaki sekali! Tapi sayang dia tidak suka perempuan. Aku jadi mual.

"Chanyeol-ah, ini Baekhyun adik kecilku. Sekarang dia sudah menjadi seorang gadis manis! Dan, Baekhyuni ini Park Chanyeol, sahabat semasa sekolahku dulu, dia adalah novelis kesukaanmu, benar kan?" aku suka melihat Junmyeon-oppa tersenyum. Jadi aku ikut tersenyum saat dia memperkenalkanku.

"Salam kenal, aku Kim Baekhyun. Aku sudah membaca beberapa buku anda." Aku membungkukkan sedikit badanku seformal mungkin saat memperkenalkan diri. Tidak mungkin 'kan aku langsung memaki lelaki tinggi besar yang seenaknya saja memeluk kakak lelakiku saat rumah sepi. Ah! Ya ampun! Pikiranku mulai aneh lagi!

"Jadi—ini Baekhyun, ya?" dia kembali menilai diriku, melihat dari atas hingga bawah, membuatku refleks menoleh dan mengerling pada wajahnya.

Sial! Tatapannya panas sekali! Aku jadi gugup hanya dengan tatapannya.

Hey! Aku ini gadis remaja normal yang sedang mengalami pubertas, jadi wajar saja jika aku mungkin mulai tertarik dengan lawan jenis. Yang pasti, jangan novelis gay ini! Aku tak sudi!

Tamatlah riwayatku!

Hari ini aku hanya memakai dress warna kuning selutut dengan cardigan cokelat susu sederhana, lalu rambut hitam panjang yang aku biarkan berantakan tergerai dan tanpa sandal rumah!

Waaa! Aku pasti jelek sekali saat ini!

"Ja! Oppa akan ambil barang belanjaanmu dulu. Sementara akrabkan diri kalian." Ceria kakakku seraya menepuk bahu tinggi lelaki tinggi itu lalu meninggalkan kami berdua di dalam dapur.

Kemudian aku mnoleh canggung saat ia melangkah mendekat. Oh—Ya Tuhan! aku jadi gugup! antara takut dan malu!

Ketika dia menunduk menyamakan tubuhnya dengan wajahku, aku mundur selangkah. Mata lebarnya menjamah wajahku. Aku berkedip. Kalau boleh jujur. Orang ini sangat tampan dilihat dari segi mana pun. Postur tubuh yang tinggi, mata bulat yang terlihat lelah, dan wajah datar tanpa ekspresi.

Lelaki sekali! Seksi!

"Tidak semanis Junmyeon—" mata sipitku melebar, bibirku menganga mendengarnya. Dia memiringkan kepalanya dan mengangkat satu sudut bibirnya.

Dia menggantungkan kalimatnya. Sementara mataku semakin membulat melihat sudut bibirnya yang semakin terangkat. Malah semakin lebar saat dia menangkap rasa gugupku yang sudah sampai ubun-ubun. Cuping hidupku sampai gatal karena bulir-bulir keringat mulai mengembang. Oh! rasanya mau pingsan!

"Aku tidak manis Chanyeol-ah. Aku tampan, sama sepertimu."

Aku dengar suara gerutu kakakku dari belakang kepala lalu aku tergelak. Sepertinya kakaku sedang mengisi lemari pendingin dengan belanjaan yang aku bawa.

"A—aku akan ganti baju dulu. Permisi." Aku bergerak secepat mungkin untuk menghilang dari hadapan lelaki tinggi ini. Detik berikutnya aku rasakan tubuhku melayang ketika sebuah tangan besar menarik pergelangan tanganku hingga punggungku menabrak dadanya yang bidang.

"Tunggu sebentar."

Astaga! Begitu aroma vanilla bercampur tembakau menyeruak saat napasnya menyapu pipi kiriku, aku tahu, dia pasti seorang perokok aktif. Aku terhenyak dengan napas tertahan.

"A—ada apa?!" aku tahan napas. Lelaki ini membuat jantungku menggila.

"Senang berkenalan denganmu, dik mungil!"

Bisikannya membuat aliran darahku mendidih naik lalu melukiskan api yang membentang di pipi hingga telinga. Aku bergidik—lagi.

Tanpa melihat wajahnya pun aku sudah menerka, dia pasti sedang tersenyum puas setelah melihat kecanggunganku. Hey! Ini skinsip pertamaku dengan lelaki selain Junmyeon-oppa!

Setelah dia melepaskan tanganku, tanpa menoleh lagi aku segera melesat hampir menabrak bokong kakakku yang sedang merapikan isi lemari es.

::

"Dia kenapa Chanyeol-ah?"

"Tidak tahu. Mungkin gugup bertemu lelaki tampan sepertiku hyung! aku tampan kan?"

"Iya—iya! Kau tampan. Ja! Bantu aku memotong sayuran, nanti Baekhyun yang akan memasaknya."

"Yes Sir!"

Kudengar sayup-sayup suara kakakku dengan temannya dari balik pintu kamarku. Bayangan saat dia hampir memelukku tadi berputar-putar di kepalaku. Membuat kakiku lemas sekali. Hingga rasanya tak menapak pada bumi!

Kenapa aku merasakan ada yang tak beres dengan diriku sendiri.

Kenapa aku segugup ini berhadapan dengan lelaki yang jelas-jelas tak suka perempuan!

Lelaki gay mesum, yang sialnya seksi sekali!

Sebenarnya aku beruntung? Atau sedang terkena sial kali ini?!

::

bersambung

::

.


Panda's note:

Hi there~

Newbie is here…

Gimana-gimana-gimana?! Kurang begitu enak ya? Maaf ya… mungkin terusannya—kalo diterusin loh ya!— (tergantung respon juga sih! *Ͼ.Ͽ*)

—mungkin terusannya akan lebih baik lagi setelah aku baca respon dan kesan dari kalian para readers yang kece badaaiii!

Maaf ya para JR Manga mania! Ini aku rubah jadi GS loh, Cuma terinspirasi sih ya gak terlalu miripin banget. Sumpah deh gals! Manga-nya tuh maniiiiissss banget, huhuw! Sayangnya Yaoi-nya kental banget. Aku suka kok cerita dengan tema Yaoi begitu, tapi gak terlalu banget. Makanya aku nge-feel pas dijadiin GS.

Maaf lagi ya buat yang gak suka fanfic GS tapi terlanjur baca—karena mungkin kelewatan pas baca warn-nya—eh malah kebaca fanfic abal bin ngaco begini, maaf loh ya, kan aku gak maksa buaut baca, tapi kalo udah terlanjur kebaca tapi gak suka yowis aku persilahkan untuk tidak meninggalkan review dengan bentuk cacian atau kata-kata yang kurang bagus.

Tapi buat para readers yang baik hati dan tidak sombong, rajin menabung, hormati guru, dan sayangi teman *lah?* wajib review dan kasih saran ya.

Aku pikir ini baru prolog, makanya pendek. Jadi masih mau nunggu buntut-buntut selanjutnya? Aku punya 3 main pair di sini. ChanBaek—HunHan—KaiSoo *Junjou romantica—Junjou egoist—Junjou terrorist* 3 minor pair yang lain bakalan jadi pelengkap (ini baru rencana loh ya! Tergantung dukungan readernim sekalian sih!)

Sekali lagi! Salam kenal dari saya Pandananaa! *mungkin yang punya akun SSM pernah ketemu saya di league? Hehe :) saya stuck di SILVER III!*

Thank You and I love You EXO-Lnim!

Ͼ.Ͽ