Gadis kecil itu bernama Sakura, Dia benar-benar gadis kecil. Maklum saja usianya baru sekitar lima tahun lebih. Wajahnya mungil, matanya berbulu lentik, bundar, bening, indah sekali. Sakura memang baby face. Rambutnya lurus, pink panjang sepunggung, lembut, bagian depannya di poni. Ia gemar sekali menggendong boneka panda yang besarnya hanya sepelukannya. Katanya kalau dia menggendong boneka panda itu terasa memeluk kakaknya sendiri. Dan itu membuat pemuda bermarga Namikaze tertawa kecil menanggapinya.
Biar Sakura masih berusia lima tahun tapi gadis kecil itu termasuk gadis yang cerdas, lucu dan pandai bicara. Itu sebabnya Naruto sangat suka pada gadis kecil itu, bahkan sudah dianggap layaknya anak sendiri.
"Jadi masih belum ada kabar dari orangtua anak itu?" Iruka mendudukkan dirinya di kursi di sebrang Naruto duduk. "Jangan-jangan dia memang dibuang oleh orangtuanya?"
"Itulah yang ku herankan, Iruka-nii." Naruto menghela nafas panjang sambil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kerjanya yang bewarna hitam itu, "hampir setiap dua jam sekali kutelepon pihak kepolisian, tapi tetap saja belum ada laporan tentang kehilangan anak. Menurut Shikamaru, biar saja dulu Sakura di rumahku sampai orang tuanya datang untuk mengambilnya."
Naruto masih ingat tiga hari yang lalu, Sakura menjadi pusat perhatian para pengunjung di bandara. Saat itu ia baru saja pulang dari pulau jeju karena habis selesai menyutradarai sebuah film laga. Gadis mungil itu tengah menangis sendirian. Ia terpisah dari keluarganya. Saat itu, Sakura menangis tepat di samping Naruto.
Anehnya, sampai larut malam belum ada pihak orangtua yang merasa kehilangan anaknya. Keamanan setempat sudah membantu mengumumkan tentang anak hilang melalui pengeras suara, tapi belum ada juga yang datang mencari Sakura. Menurut pengakuan si gadis kecil itu, ia dan orang tuanya habis memesan tiket pesawat, lalu Sakura berlari-lari kecil mengejar bola biru kecil miliknya yang terlepas ditangannya. Ketika ia mencoba kembali, ia tidak tahu jalannya.
"Sakura-chan tinggal di mana?"
"Aku tidak tahu."
"Sakura punya nomor telepon rumahnya?"
"Punya..."
Anak kecil itu lalu menyebutkan nomor telepon rumahnya. Namun ketika dihubungi oleh petugas keamanan ternyata nomor itu milik sebuah rumah sakit. Sekali lagi Sakura menyebutkan nomor telepon yang diyakini sebagai telepon rumahnya. Setelah dihubungi, ternyata telepon itu milik rumah panti asuhan.
Karena malam itu mau hujan deras dan hari sudah tengah malam, akhirnya Naruto menyanggupi untuk merawat anak itu untuk sementara, sampai menunggu pihak orangtua Sakura datang untuk mengambilnya. Ternyata sampai tiga hari berlalu, Sakura yang tinggal dirumah Naruto belum juga dijemput orangtuanya. Padahal berita anak hilang sudah dimuat di koran-koran, bahkan sudah disiarkan di beberapa stasiun Tv swasta.
"Aku sudah menghubungi beberapa wilayah, tapi sampai hari ini belum ada pihak yang melaporkan kehilangan anak. Jadi saranku, rawat saja dulu anak itu. Nanti begitu ada pihak yang melaporkan kehilangan anaknya, akan kubawa ke rumahmu!" Ucap Shikamaru yang bekerja di dinas kepolisian.
Namikaze Naruto adalah seorang pemuda lajang yang dikenal sebagai sutradara terkenal. Profesinya itu sangat dikagumi banyak orang. Sudah berpuluh-puluh film yang dia sutradarai dan berhasil sukses. Bermacam-macam penghargaan pun telah diterimanya. Baik dalam negeri mau pun luar negeri.
"Kalau kau merasa terganggu dengan adanya anak itu, biarlah aku dan Temari yang merawatnya sampai orangtuanya datang mengambilnya," kata Shikamaru yang mencoba mengerti dengan profesi sahabatnya itu. Sebagai seorang sutradara yang memiliki banyak kegiatan, merawat seorang anak tentunya agak sedikit menganggu aktifitas pekerjaannya. Toh istrinya, Temari tidak merasa keberatan jika harus merawat Sakura, gadis kecil yang imut itu. Tapi agaknya tawaran Shikamaru itu justru merupakan sesuatu yang memberatkan hati Naruto.
"Justru aku tidak keberatan sama sekali jika Sakura lebih lama lagi tinggal bersamaku. Dia memang nakal, tapi nakalnya sebagai bocah yang selalu ingin tahu ini-itu. Buatku tidak masalah jika seandainya Sakura harus kurawat selamanya," ucap Naruto. Pria berambut jabrik blonde itu sudah terlanjur sayang pada Sakura. Ia tidak bisa membanyangkan jika Sakura nanti meninggalkannya ketika gadis itu diambil orang tuanya.
Naruto yang tinggal disebuah manshion mewah sering merasa kesepian dirumahnya. Ia tinggal hanya ditemani beberapa para pelayan, sedangkan orangtuanya berada di Amerika menemani adik perempuannya yang sedang kuliah disana.
Tapi semenjak ada Sakura, rasa sepi itu hilang. Ia sangat senang Sakura ada disisinya. Bahkan jika dalam sebulan tidak ada yang mengambil Sakura, Naruto berencana untuk mengangkat Sakura sebagai anaknya sendiri.
Rasa sayang Naruto kepada gadis kecil bersurai pink itu semakin hari semakin besar. Apa saja yang diinginkan Sakura selalu dituruti oleh Naruto. Dia akan sangat bingung dan bahkan menjadi panik jika Sakura menangis. Rasa membahagiakan anak itu begitu besar dihatinya, sehingga nyaris seluruh perhatiannya hanya tertuju untuk si kecil Sakura.
.
.
.
.
Naruto © Masashi Kishimoto
Genre: Supranatural, family, Romance
Pairing: Naruto N. & Sakura H. Sasuke U, & Ino Y.
Warning: AU, OOC, kata-kata tidak baku, gaje, abal
Don't like don't read~!
.
.
.
~Happy Reading~!
.
.
Summary:
Naruto menemukan anak hilang dibandara. Ia merawat anak tersebut, seperti merawat anaknya sendiri. Padahal Naruto masih lajang dan belum pernah merawat anak.
Ino yang memiliki kekuatan supranatural curiga dengan Sakura. Menurutnya, gadis kecil itu mempunyai kekuatan yang lebih besar darinya.
Siapa Sakura sebenarnya? Dan siapa juga Karin?
.
.
.
.
Chapter 1:
Langit sore yang cerah tampak seorang gadis berparas cantik bagaikan boneka, tengah melangkah di tengah-tengah Mall sambil menggandeng mesra tangan Uchiha Sasuke, seorang CEO di perusahaan besar dan ternama yang terbilang sangat tampan. Hampir semua orang baik laki-laki mau pun perempuan di Mall memandang mereka kagum atau juga yang iri melihat kecantikan si gadis atau ketempanan Uchiha Sasuke.
Hampir setiap orang yang berpaspasan dengan mereka berdua selalu menyempatkan memutar kepala untuk memandangi ketampan Uchiha Sasuke atau kecantikan dari seorang Yamanaka Ino yang memang nyaris tiada duanya. Bentuk tubuhnya yang bukan hanya sekedar sexy saja, namun juga mempunyai nilai seni keindahan tubuh paling tinggi, tidak ada yang pernah menandinginya. Terntu saja hati Uchiha Sasuke merasa bangga, namun juga menyimpan kecemburuan, karena setiap mata lelaki yang berada di Mall itu selalalu tertuju pada kekasihnya. Ingin sekali rasanya ia menonjok wajah laki-laki sialan itu, yang terlihat sangat lancang memandang tubuh seksi kekasihnya.
"Sasuke-kun, menurutmu gaun merah ini cocok tidak buat aku?" Tanya Ino yang saat itu tengah memperlihatkan gaun merah yang tengah dipakainya.
"Ganti!" ucap Sasuke dengan nada tidak suka.
Ino mengerutkan keningnya bingung. "Loh, kenapa? Bukankah gaun ini makin membuatku seksi?
"Hn, aku tidak suka jika laki-laki melihatmu mengenakan pakaian itu"
Ino tersenyum tipis, nyaris tak kentara. Padahal dalam hatinya ia tengah tertawa geli, ia tahu Sasuke tengah cemburu sekarang. Sasuke tidak suka kalau Ino memakai gaun itu, karena takut menjadi bahan incaran mata lelaki lain. Baginya keseksian kekasihnya hanya miliknya.
Masih dengan senyumnya Ino berbalik dan kembali ke ruang ganti. Saat Ino telah kembali dari ruang ganti, Sasuke meminta para penjaga toko itu membungkus pakaian yang tadi Ino coba.
Ino semakin mengerutkan keningnya. Bukankah tadi Sasuke melarangnya memakai baju itu, lantas kenapa Sasuke kini membelinya. Seakan mengerti ekpresi bingungnya Ino, dengan wajah yang memerah Sasuke menjelaskannya.
"Kau hanya boleh memakainya di depanku saja," ucapnya sambil berlalu di hadapan Ino. Pria itu tidak ingin kekasihnya menyadari bahwa ia tengah merona sekarang. Tapi terlambat, Ino sudah lebih dulu melihatnya. Dan itu sukses membuat Ino tertawa geli. Dengan langkah riang gadis itu menyusul dan menggandeng mesra tangan kekasihnya. Dasar Uchiha gengsian.
.
Setelah beberapa jam berbelanja kini Ino dan Sasuke memutuskan untuk makan malam di salah satu Cafe di Mall itu. Saat mereka sedang asyik makan sambil diselingi obrolan tiba-tiba saja Sasuke melihat seorang pemuda yang dikenalnya. Pemuda itu muncul bersama seorang gadis kecil yang cantik dan imut sambil memeluk boneka panda. Sasuke buru-buru menyentuh tangan Ino, memberi isyarat agar gadis itu memperhatikannya.
"Lihat, siapa yang baru masuk kemari!"
Tepat saat pandangan mata Ino melirik ke arah pria tersebut, si pria pun sedang menatap ke arahnya. Senyum lebar penuh keramahan segera mekar di kedua belah pihak.
"Naruto? Kamu sama siapa?" Tanya Ino ketika pemuda itu berdiri tak jauh dari mejanya.
"Berdua, sama Sakura nih," ujar pemuda itu yang tak lain adalah Namikaze Naruto.
"Ahh, cantiknya. Anak siapa ini?" Tanya Ino sambil mengelus kepala Sakura lembut.
"Anakku dong."
"Hn, ngaku-ngaku anak orang!" Cibir Sasuke, kerena ia tahu bahwa sahabatnya itu belum pernah nikah. Naruto meringis malu.
"Namamu siapa, sayang?" Ino menghentikan makannya, wajahnya tampak gembira sekali menyambut kehadiran Sakura dan Naruto.
"Sakura-chan, ditanya Ino-nee tuh, namanya siapa?" Ucap Naruto, saat Sakura tak kunjung menjawab pertanyaan Ino.
"Sakura," jawab gadis kecil itu menunduk malu.
"Sakura-chan, ini ji-chan Sakura atau Tou-chan Sakura?" Tanya Ino lagi, kali ini sambil menujuk ke arah Naruto.
"Ji-chan, Sakura." Anak itu mengangkat wajahnya dan menatap Ino dengan wajah polos. Ia berkata lagi, "Tou-chan Sakura sudah tidak ada."
"Loh, kok tidak ada? Memang Tou-chan Sakura kemana?"
Sakura menggelengkan kepalanya sedih. Naruto menjelaskan secara singkat tentang anak temuannya itu. Tapi sebelum Sasuke dan Ino membahas tentang orangtua Sakura yang sampai saat ini belum ada kabar mencarinya, anak kecil itu sudah ribut minta dibelikan humberger, seperti yang dimakan oleh Sasuke.
Sasuke pun segera membawa Sakura ke counter. Naruto yang duduk dibangku kosong depan Ino, sempat berseru kepada Sasuke, minta dibawakan ayam goreng dan kentang. Ino memandangi kepergian Sasuke dengan senyum ceria. Tapi setelah Naruto mengeluh kelelahannya akibat mengikuti Sakura berjalan-jalan mengelilingi Mall, tiba-tiba Ino berkata dengan nada datar dan pelan, pandangan matanya tertuju pada Sakura yang lagi digendong Sasuke.
"Hati-hati dengan anak itu!"
"Maksudmu...?"
Ino menatap Naruto, melanjutkan makannya pelan-pelan. "Ada getaran aneh pada diri anak itu. Sudah berapa lama anak itu ikut denganmu?"
"Hampir satu bulan. Maksudmu getaran aneh bagaimana?" Tanya Naruto menuntut. Sebab ia tahu betul gadis di depannya itu bukanlah gadis biasa, bisa dibilang gadis di depannya itu adalah seorang yang memiliki kekuatan supranatural atau juga disebut sebagai paranormal. Jadi ketika Ino mengatakan bahwa Sakura memiliki getaran aneh, ia tentu saja penasaran. Sebab Ino bukanlah seseorang yang suka berbohong.
"Sulit kujelaskan. Tapi aku merasa getaran aneh itu saat mengusap kepalanya tadi."
"Masa sih?" Gumam Naruto terlihat ragu-ragu, seperti kurang yakin dengan perkataan Ino barusan.
"Aku tahu kau sangat sayang padanya, bukan?"
"Ya, aku memang sangat sayang padanya. Terlebih lagi sampai sekarang orang tuanya tidak berusaha mencari anak itu? Padahal dia masih sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya."
"Sebenarnya dari soal itu saja kamu seharusnya sudah mengambil kesimpulan, Naru-kun. Bahwa ada yang aneh dalam diri anak itu. Kalau dia memang bukan gadis kecil yang aneh, pasti sudah dicari oleh orangtuanya."
"Ah, kamu jangan mendramatisir nasibnya, Ino-chan."
"Ahh, Gomen. Anggap saja itu hanya pendapatku secara pribadi. Jangan dimasukan ke hati. Siapa tahu pendapatku tadi meleset," kata Ino buru-buru menetralisir ucapannya sendiri. Sebab pada saat itu juga ia mendengar suara menggurutu Naruto yang pelan. Suara gerutu tersebut segera dipahami Ino sebagai rasa kurang suka Naruto terhadap pandangan buruk seseorang terhadap Sakura. Pria bermata biru laut itu merasa tidak rela jika ada yang menjelekkan anak temuannya itu.
Sebagai seorang sahabat, Ino sebisa mungkin berusaha untuk tidak mengecewakan hati Naruto.
"Yang jelas, beberapa hari lagi kamu akan melihat perkembangan aneh pada gadis itu. Mungkin sekitar sepuluh hari lagi, Sakura akan menampakkan keganjilannya."
"Kau jangan menakut-nakuti aku, Ino," ucap Naruto sambil memaksakan tertawa walau terasa hambar. Tapi ia segera teringat percakapannya dengan si kecil Sakura beberapa hari yang lalu. Percakapan itu terjadi pada saat Sakura mau tidur. Naruto saat itu menemaninya sambil mengusap-usap punggung gadis kecil itu yang ternyata cukup manja terhadap dirinya.
"Sakura-chan betah tidak tinggal sama Naru-ji disini?"
"Betah. Aku senang tinggal sama Naru-ji disini."
"Tidak mau pulang ke rumah?"
"Tidak. Aku mau di sini sama Naru-ji selamanya."
"Tidak kangen sama Tou-san dan Kaa-san?"
"Tidak. Tou-chan dan Kaa-chan tidak kayak Naru-ji sih."
"Loh, kok begitu?"
"Habis Tou-chan suka marah-marah sama aku. Kalau aku mau tidur, disuruh tidur sendiri. Tidak pernah diusap-suap begini, nih..." Sakura menirukan gaya usapan Naruto dengan cara mengusap punggung Naruto yang lebar. Mau tak mau Naruto dibuat geli sendiri.
"Mungkin Tou-san dan Kaa-san Sakura capek bekerja seharian penuh. Tapi sebenarnya mereka sayang sama Sakura."
"Bohong. Tou-chan dan Kaa-chan tidak sayang sama aku. Makanya, aku tidak dijemput Tou-chan dan Kaa-chan." Sakura memunggungi Naruto kembali.
"Kalau ternyata Tou-san dan Kaa-san besok datang dan ingin membawa pulang Sakura-chan bagaimana?" Pancing Naruto ingin tahu perasaan lugu si gadis kecil itu.
"Itu tidak mungkin. Tou-chan dan Kaa-chan tidak akan menjemputku."
"Loh, kok Sakura bisa bilang begitu, tahu dari mana coba?"
"Entahlah," jawabnya polos. "Pokoknya aku tidak mau dijemput dan dibawa pergi sama siapa saja. Aku mau tinggal sama Naru-ji saja sampai aku besar nanti."
Naruto tersentuh perasaannya ketika mendengar ucapan Sakura, seolah-olah ia sedang menerima pengaduan dan curahan hati dari anaknya sendiri. Usapan tangannya masih dilakukan dengan penuh kelembutan. Sakura masih memunggungi om angkatnya itu sambil memeluk boneka panda yang dia sukai.
"Sebenarnya Sakura-chan masih ingat tidak nama Tou-san dan Kaa-san Sakura?"
"Tidak,"jawabnya pendek, sepertinya ia mulai kesal diajak bicara terus soal orangtuanya. Naruto semakin prihatin melihat seorang bocah yang sudah memiliki rasa benci terhadap orang tuanya sendiri.
"Sebenarnya," Sakura memulai pembicaraannya lagi setelah beberapa saat terdiam. "Aku sudah beberapa kali melihat Naru-ji."
"Loh? Memang dimana Sakura pernah melihat Naru-ji?" Tanya Naruto penasaran.
"Kadang ditempat syuting Naru-ji."
Naruto kaget. "Sakura-chan sama siapa kalau sedang lihat Naru-ji syuting?"
"Sendirian."
"Sendirian?" Ucap Naruto tak percaya. "Ah, mana mungkin Sakura-chan sendirian datang ke sana?"
"Mungkin saja. Aku kan pemberani. Naru-ji belum tahu sih siapa aku sebenarnya," gadis imut itu berbalik, kini berhadapan dengan Naruto. Matanya yang hijau jernih dan indah bagaikan menyimpan genangan air surgawi yang begitu dalam maknanya. Naruto sempat berdebar-debar lembut menerima tatapan mata hijau jernih itu.
"Nanti kalau Naru-ji sudah tahu siapa aku, Naru-ji pasti percaya dengan omonganku tadi."
"Naru-ji sudah tahu siapa Sakura-chan sebenarnya."
"Belum," gadis itu menggeleng. "Naru-ji belum tahu siapa aku sebenarnya. Buktinya, Naru-ji masih tanya-tanya tentang aku."
Naruto tertawa geli. Ia mencium keningnya Sakura lembut.
"Sudah ah, sekarang sudah malam. Sakura-chan harus bobo, ya?"
"Tapi Naru-ji harus temani aku sampai bobo, ya?"
"Iya. Naru-ji akan nemani Sakura disini sampai bobo. Naru-ji tidak akan kemana-mana kok. Kan hari ini Naru-ji sedang libur syuting."
"Hihihi, iya. Jadi Naru-ji bisa temani aku seharian dong. Naru-ji tahu tidak, dalam empat puluh Naru-ji akan banyak mendapat tawaran untuk menyutradarai film-film terkenal. Semuanya akan berubah. Aku juga berubah."
"Loh, Berubah bagaimana?" Tanya Naruto yang mulai was-was.
"Berubah lebih nakal lagi, hi hi hi . . . "
Naruto menghela nafas lega. Tapi dibalik kata-kata dan tawa kecil itu, hati naruni Naruto seperti menangkap adanya arti yang lebih dalam dari sekedar canda seperti biasanya. Hanya saja, Naruto tidak bisa menerjemahkan maksud tawa gadis kecil itu secara jelas. Naruto hanya menangkap adanya keanehan yang pada malam itu segera dilupakan. Tidak perlu sampai dibalas dalam hati.
Kini ketika ia bertemu dengan Ino yang notaben adalah seorang yang memiliki kekuatan supranatural, Naruto menangkap ada sisi keanehan yang hampir sama dengan keanehan yang sama pada Sakura beberapa malam yang lalu. Namun sekali lagi, Naruto tidak dapat memahami apa arti keanehan tersebut.
Yang jelas, Ino juga mempunyai prediksi sendiri tentang sesuatu pada diri Sakura yang akan tampak jelas dalam waktu sepuluh hari yang akan datang. Padahal waktu sepuluh hari lagi adalah waktu empat puluh hari lamanya Sakura menjadi anak asuh Naruto. Apakah benar dalam sepuluh hari lagi segalanya akan berubah, seperti yang dikatakan Ino? kini Naruto sangat penasaran, ia ingin segera mengetahui apa yang akan terjadi setelah ia merawat anak itu, selama empat puluh hari nanti.
.
.
.
TBC
A/N: Otanjoubi Omedetou Naru-kunnnnnnnn~
fict ini terinpirasi dari Novel lama karya Tara Zagita. Semoga suka :) Reviewnya boleh minta... :D
