Bleach © Tite Kubo
Warning : AU, OOC, Gaje, Don't Like Don't Like
Waiting For You
xxxx
"Hujan…" guman Ichigo tanpa sadar ketika ia menyadari tetes hujan yang masih berupa gerimis dari balik jendela kamarnya. Mendadak ia merasa sesak. Ada perasaan tidak nyaman dihatinya.
Sedikit saja...
Aku hanya meminta sedikit...
Dalam waktuku yang mungkin tak banyak ini
Aku hanya ingin…Kau
Perlahan, Ichigo berdiri dan mengambil payung yang ada di sudut kamar itu. Ia ingin keluar sebentar, mencoba berjalan dibawah hujan. Sedikit berusaha agar perasaan tidak nyaman itu menghilang.
"Oniichan!"
Ichigo menghentikan langkahnya ketika ia mendengar suara Yuzu dari arah dapur. Sepertinya adik perempuannya itu sedang menyiapkan makan malam.
"Oniichan mau kemana?" Ada nada cemas yang terasa dari suara Yuzu dan Ichigo sangat menyadari itu.
Ichigo kemudian mengusap lembut rambut Yuzu dan berkata, "hanya jalan-jalan sebentar."
"Tapi…"
"Sebentar saja."
Yuzu pun hanya bisa mengangguk paham. Ia mencoba mengerti, mungkin kakaknya sedang ingin 'menenangkan diri'.
"Hati-hati…"
"Ya."
xxxx
Kenapa setiap kali ia berjalan rasa sesak itu justru semakin terasa? Apa karena aroma hujan yang tanpa sengaja ia hirup dalam-dalam? Ya, mungkin karena itu.
Mungkin juga karena kenangan yang terus memaksa masuk dalam memori otaknya? Entahlah.
Ichigo memilih untuk mengistirahatkan kakinya di sebuah kedai kopi kecil di sudut jalan. Memesan segelas coklat panas dan kembali memandang hujan yang semakin menderas dari balik jendela disampingnya.
Melirik sebentar pada jam dinding yang ada di sudut kedai itu, Ichigo tahu, Ia sudah mengingkari kata-katanya pada Yuzu. Ia sudah pergi hampir dua jam. Itu bukan waktu yang sebentar 'kan?
Ichigo menghela napas berat. Semua ini terasa begitu melelahkan.
Tak perlu kata-kata
Kita memang sudah menciptakan keramaian ini dalam senyap
Sudahlah
Kali ini biar aku yang bicara...
Kau cukup dengarkan saja...
Coklat panas dihadapannya sudah mulai dingin dan Ichigo telah kehilangan minat untuk menghabiskannya. Ia jenuh, seolah ada bagian yang kosong dalam hidupnya setelah kepergian 'orang itu'.
Kau memang bukan Aku
Aku juga tidak mungkin menjadi Kau
Kita berbeda
Kehampaan
Rasa takut
Semua itu seakan melebur dalam tangisan
Hanya sesak, tanpa ada isakan
Apa kau lelah?
Aku pun begitu
Kita sama
Namun berbeda
xxxx
Flashback
"Menunggu itu membosankan"
"Aku tahu"
"Lalu?"
Hening. Tidak ada usaha untuk menjawab.
Absurd. Semuanya terasa begitu absurd.
"Jadi bagaimana?" Rukia bertanya sambil memainkan rumput liar yang ia cabut dengan tangannya yang mungil.
Ichigo tetap diam.
Sulit...
Selama sesak ini masih ada...
"Aku yang terus menunggumu, kau tahu?"
"Ya,"
Ichigo mendengus kesal, "hanya 'ya' saja? Aku tidak mengerti apa maksud 'ya' mu itu, Rukia."
"Kau tidak perlu lagi menungguku, Ichi." Tegas Rukia saat Ichigo memandangnya dengan intens, menuntut penjelasan.
"Kenapa?"
"Karena aku akan pergi…"
Kata-kata itu cukup membuat Ichigo mencengkram tangan Rukia, Erat.
"Apa?"
"Kau mendengarku."
Rukia berusaha memalingkan wajahnya dari tatapan mata pemuda berambut oranye itu. Ia tidak mau ketahuan sedang menahan tangis oleh orang didekatnya ini. Ia harus kelihatan kuat.
"Kemana?" Ichigo bertanya tanpa melepaskan cengkraman tangannya.
Menghela napas, Rukia menjawab singkat, "mengikuti Tou-san. Kami sekeluarga harus pindah karena pekerjaan Tou-san."
Rukia terkejut ketika ia mendengar Ichigo tertawa. Tawa yang penuh kepahitan dan putus asa. Setelah tawanya berhenti Ichigo kemudian melepaskan tangannya dari Rukia.
"Ichi?"
"Aku ini benar-benar tolol, ya?" Ichigo berkata dengan lirih. "Aku terus menunggu seseorang yang mungkin tidak perduli denganku."
"Ichi…bukan begitu. Aku hanya…"
"Hanya tidak bisa menentang perintah ayahmu 'kan? Yah, semua orang memang tidak bisa menentang seorang Kuchiki Byakuya."
Nada sakartis dari kalimat Ichigo barusan membuat Rukia merasa tidak nyaman.
"Kapan kau akan pergi?" Tanya Ichigo sambil berdiri dan membersihkan celana seragamnya yang kotor.
"Setelah upacara kelulusan."
"Berarti seminggu lagi, ya?"
Anggukan Rukia sudah cukup untuk meyakinkan Ichigo kalau ia akan kehilangan gadis itu untuk kedua kalinya dan dengan alasan yang sama, 'mengikuti Tou-san'.
Menyebalkan!
Pemuda berambut oranye itu sudah bersiap untuk pergi dari halaman belakang sekolah ini, tempat mereka menghabiskan waktu dengan perdebatan 'konyol' , ketika ia merasa sebuah tangan yang terasa begitu lembut menahan pergelangan tangannya.
"Jangan pergi,"
Ichigo tidak tahan lagi, Tubuh mungil Rukia segera ia bawa dalam pelukannya.
"Aku tidak pernah pergi… kau yang selalu pergi. Dasar egois!"
"Bodoh!" Rukia memukul punggung Ichigo pelan, "Aku juga tidak mau pergi, tahu! Yang egois itu kau!"
"Kau!"
"Apa! Jangan bilang aku egois, Ichi!" Rukia berteriak, masih dalam pelukan Ichigo.
Tiba-tiba saja mereka seolah enggan untuk bicara. Sibuk memikirkan cara untuk menghentikan detak jantung yang semakin cepat dan menyembunyikan rona merah di wajah masing-masing.
"Ichigo…" suara Rukia yang pertama kali memecah keheningan diantara mereka.
"Ya…"
Rukia memejamkan mata violetnya ketika ia mengatakan kalimat itu pada Ichigo, "mau menungguku sekali lagi?"
Hening.
Dan Ichigo tidak tahu harus menjawab apa.
End of Flashback
xxxx
"Aku pulang!"
"Selamat datang, Oniichan," suara Yuzu kembali menyambut Ichigo ketika ia pulang.
Setelah melepas sepatu ketsnya yang sedikit basah, Ichigo memilih untuk langsung naik ke kamarnya di lantai dua dan menolak ajakan Yuzu untuk makan malam dengan alasan sudah makan di luar. Padahal sejak tadi pagi perutnya hanya terisi sepotong roti dan coklat panas yang ia beli di kedai.
Ia merasa lelah. Dua tahun ternyata bukan waktu yang cukup untuk lepas dari bayang-bayang Rukia meski sekarang mereka telah lulus dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tidak ada satupun surat, telepon bahkan e-mail yang ia dapatkan dari Rukia. Gadis itu seolah benar-benar ingin menghilang dari hadapan Ichigo.
'Kenapa waktu itu kau ingin aku menunggumu sekali lagi, Rukia? Apa kali ini kau akan kembali?' bisik Ichigo dalam hati ketika ia berbaring dan memandang langit-langit kamarnya.
Kekosongan yang ia rasakan terasa semakin nyata apalagi ketika pandangan matanya tanpa sengaja tertuju pada foto yang ada di meja belajarnya. Seluruh teman sekelasnya di Karakura High ada di foto itu, termasuk Rukia. Foto yang dibuat setelah upacara kelulusan mereka.
Tangan Ichigo terulur untuk meraih foto berbingkai coklat tersebut, bibirnya menyunggingkan senyum. Berbagai kenangan semasa sekolah dulu mendadak berputar di kepalanya dan yang paling jelas diingatnya adalah kenangan tentang Rukia juga pertengkaran-pertengkaran konyol mereka. Konyol namun menyenangkan.
Ichigo menguap lebar, rasa kantuk tiba-tiba menyerangnya. Ini memang belum terlalu larut tapi Ichigo memutuskan untuk tidur saja dan memulai hari esok dengan sedikit tambahan semangat.
Mungkin Ichigo memang harus menunggu sekali lagi atau mungkin kali ini Rukia yang harus menunggu Ichigo.
Ichigo tidak tahu. Ia tidak mau tahu. Yang jelas saat ini, yang ia rasakan hanyalah perasaan janggal karena Rukia tidak ada didekatnya. Itu saja.
End
AN : Apa ini? Fanfic pendek dan ending yang sangat gaje. ^^a
Saya mohon sarannya saja ^^
