Author : Melody-Cinta
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pairing : Gaara x Sakura H.
Genre : Romance
Summary : Disaat bumi ingin dihancurkan, itulah saatnya Earth Guard bekerja. Namun, bagaimana jika saat bumi ingin dihancurkan, satu anggotanya malah menyukai seseorang?
--
And the story begin…
--
CHAPTER 1 : PROLOG
CRAAASSH!!!
Sekali lagi, sebuah kepala kembali terpisah dari tubuhnya. Pria berambut merah pergi tanpa muka bersalah. Sedangkan pria yang satu lagi melihat sang korban dengan iba.
"Deidara, ayo pergi." ucap pria berambut merah datar sambil kembali memasukkan pedangnya kedalam sarungnya.
"I-Iya, Sasori." dan Deidara pun mengikuti Sasori meninggalkan planet tersebut.
***
"Ah, Sasori, akhirnya kau datang juga." seorang pria dengan muka penuh piercing terlihat senang. "Cepat kesini, ada misi penting untukmu!" ujarnya senang.
"Ada apa, Pein?" tanya Deidara dengan raut penasaran.
"Hm?" Sasori menanggap dengan datar.
"Sekarang, jika kita ingin benar-benar menjadi penguasa dunia, kita harus membunuh dan menghancurkan bumi. Kau bisa kan?" tanya Pein dengan yakin.
Sasori mengangguk. "Itu hal kecil. Gampang." Ujarnya lalu kembali pergi keluar.
***
"Es krim stroberi sama es krim tomat ya!" pinta seorang cewek berambut merah muda riang. Tidak berapa lama kemudian, pesanan cewek itu pun datang. Cewek itu pun membayar lalu kembali duduk di sebuah kursi teman yang telah ditempati oleh seorang lelaki berambut biru.
"Sasuke-kun, ini es krimnya. Dimakan saja dulu. Disini panas loh!" rayu cewek itu pada Sasuke yang sedang sibuk dengan buku novel-nya.
"Terima kasih, Sakura." Sasuke mengambil es krim tomat itu dari tangan Sakura. Mereka pun memakan es krim itu bersama-sama di tengah cahaya matahari yang terik ini.
"HYAAAAAA!!!!" sebuah teriakan heboh terdengar dikuping mereka berdua. Mereka segera bangkit dari kursi dan melihat ke sekitar. Terlihat banyak orang yang melarikan diri dengan ketakutan. Tidak berapa lama kemudian, dua orang laki-laki mucul. Pria pertama berambut merah dengan tampang dingin. Yang satu lagi berambut kuning dengan tampang yang tidak terlalu kejam.
"Jangan ada yang bergerak! Jika kalian bergerak. Kami akan membunuh kalian semua!" ujar pria dengan rambut merah.
Semua diam. "Bagus, nah, Deidara, sekarang cepat kau bunuh mereka semua!" suruh pria berambur merah itu. Deidara pun membunuh orang itu satu persatu. Namun, seseorang dengan rambut hitam datang dan berteriak marah.
"Kau curang! Katamu jika kami tidak bergerak, kami tidak akan dibunuh!" ujarnya marah.
Sang pria berambut merah; pria yang sedang dimarahi itu, menghela nafas pelan. "Sudah kubilangkan jangan bergerak. Apalagi protes…" dan…
Craashh!!
Dan kepala orang itu pun terpisah dari badannya. Pria itu menatap dingin. "Ini semua salahmu." Ujarnya singkat. Yang lain mulai takut, mereka tak berani bergerak sedikit pun. Mereka hanya pasrah dengan segala sesuatu yang akan Sasori dan Deidara lakukan nanti.
Dan sekaranglah saatnya, disaat Sakura hampir saja terbunuh oleh Deidara, Sasuke menghalanginya. "Jangan pernah kau bunuh dia!!!" teriak Sasuke marah.
Deidara melihat kesal. "Oh, jadi kau mau mati lebih dulu, hah?!" tanya Deidara. Dia mengangkat pedangnya. "Sesuai dengan permintaanmu. HAAA!!!" Deidara menghempaskan pedang itu ketubuh Sasuke. Membuat tubuh Sasuke menjadi terbelah dua.
Sakura melihat dengan ketakutan. Dia menangis, namun tidak berani mengeluarkan suaranya. Dia sangat takut pada Sasori dan Deidara. "Sekarang kau gadis kecil!" hampir saja Deidara ingin membunuh Sakura sebelum Sasori mencegahnya.
"Biarkan aku yang membunuh gadis remaja itu. Aku ingin sekali membunuh." Ujarnya. Membuat Deidara mundur dan memberikan Sakura pada Sasori. Sasori melihat Sakura. Tubuhnya yang indah, rambutnya yang unik, mukanya yang cantik. Tiba-tiba jantung Sasori berdegup keras. Aneh, perasaan ini belum pernah dirasakan sebelumnya.
Sakura terlihat sudah menangis. "A.. Ampun.. Aku masih ingin hidup.. Kumohon…" ujarnya disela-sela tangisnya. Tidak tahu mengapa, rasanya Sakura merasa Sasori jauh lebih baik daripada Deidara.
Sasori menatapnya. Matanya yang ketakutan. Suaranya yang gemetar. Sasori tidak bisa membunuhnya sekarang. Mungkin misi menuntutnya untuk membunuh gadis ini, namun entah mengapa hatinya menolak. Apakah ini yang disebut cinta?
Sasori menunduk lemas, "Lepaskan saja dia. Kita cari saja mangsa yang lebih kuat saja. Yang lemah lebih baik terakhir saja." Ujar Sasori. Sakura pun segera berlari ketakutan tanpa dicegah Deidara.
Deidara bingung dengan sikap Sasori. Kenapa tiba-tiba Sasori yang biasanya membunuh semua orang tanpa terkecuali, kini malah membiarkan seorang gadis remaja lepas? Namun, semenit kemudian Deidara tersenyum dan berjalan kearah Sasori. Dia merangkul partnernya sambil tersenyum jahil. "Jangan-jangan kau jatuh cinta pada gadis itu ya? Ngaku saja deh!" Deidara menggoda Sasori.
Muka Sasori memerah, dia memalingkan mukanya. Melepas rangkulan Deidara dan mulai berjalan. "Bukan urusanmu." Jawabnya singkat.
"Hey! Hey! Tapi benar kan?" Deidara masih berusaha keras bertanya hal itu pada Sasori.
***
"Kali ini penyerangannya dibumi. Cepat panggil Earth Guard!" seorang pria dengan rambut kuning menyuruh pria berambut hitam memanggil sang Earth Guard.
"Baik!" Pria berambut nanas hitam itu pun berjalan malas ke ruangan dengan tulisan 'Earth Room'.
BRAAK!
Pintu pun tergeser dengan sempurna. "Gaara, Ino, kalian dipanggil oleh Pemimpin Naruto-sama. Cepat datang. Bumi ingin dihancurkan." panggil pria itu. Gaara dan Ino pun berdiri.
"Terima kasih atas kabarmu, Shikamaru. Kami akan kesana." Jawab Gaara. "Ayo, Ino." Ino mengangguk. Mereka pun pergi ke ruangan Naruto.
***
"Jadi, kalian harus menyelamatkan bumi. Kalian harus mencegah organisasi Akatsuki itu menghancurkan planet lagi. Semua anggota telah gagal, akibatnya tujuan mereka untuk menguasai dunia hampir dekat." jelas Naruto. Dia menepuk pundak Gaara ringan. "Kau sahabatku. Dan kau juga orang yang paling kupercayai. Aku yakin kau bisa menyelamatkan bumi dari organisasi itu. Ino, tolong kau bantu Gaara ya?" ujar Naruto.
Ino mengangguk. "Memang sudah menjadi tugasku, Tuan."
"Aku sudah mempersiapkan sebuah pesawat jet super cepat untuk tranportasimu menuju bumi. Sekarang, lebih baik kau cepat pergi." Naruto memberitahu. Gaara mengangguk. Gaara dan Ino pun pergi ke bumi.
***
Sakura memasuki gedung apartemennya. Pemandangan disana sungguh mengerikan. Banyak mayat-mayat manusia yang baru saja dibunuh. Disetiap lorong, tangga, dan jalan pasti ada mayat orang yang tergeletak. Sakura mempercepat langkahnya sambil menutup hidungnya. Bau anyir darah sangat menusuk hidungnya, begitu pula pemandangan yang sangat mengerikan itu.
Cklek!
Sakura menutup pintu apartemennya. Dia bernafas lega; terlepas dari segala macam mayat dan bau anyir darah. Dia berjalan gemetar menuju laci mejanya. Diambilnya sebuah bingkai foto dengan sebuha foto tersampir disana.
"Sasuke-kun…" ujarnya. Sungguh, dia masih sangat syok mengetahui pacarnya sudah meninggal dengan begitu mudah nya ditangan sebuah penjahat. Sekarang, rasanya Sakura hanya hidup sendiri di dunia ini.
Dia duduk di tepi kasurnya. Mengambil handphone yang sedari tadi tersimpan di saku jaket merahnya.
Trriiit… Trriiit…
Sebuah sinyal berbunyi dari HP Sakura. Sakura menghapus air matanya sejenak. "I-Ini?! Ini kan sinyal dari Guard Team! Tepatnya bagian penyelamat bumi!!" sakura berseru senang. 'Oh, Kami-sama, terima kasih banyak! Aku tidak sendirian!' pikirnya girang.
Dia membuka jendela apartemennya. Melambai-lambaikan HPnya keudara dan tak lama kemudian sebuah pesawat jet mendarat disamping gedung apartemennya. Sakura tersenyum senang. Dia segera turun kelantai bawah dan menunggu orang yang berada didalam pesawat jet itu keluar.
Pintu pesawat jet itu pun terbuka. Keluarlah sesosok lelaki dan sesosok perempuan. Yang laki-laki berambut merah, sedangkan yang perempuan berambut kuning.
Gaara menengok, mencoba melihat siapa yang memberi tanda padanya dan Ino. Dia pun bertemu pandang dengan sesosok cewek berambut soft pink. Dia memakai baju putih ketat, tetapi ditutupi oleh jaket merah pekat. Celananya berwarna biru selutut. Gaara terdiam, dia sangat terpesona dengan cewek itu.
Cewek itu pun tersenyum kerah Gaara setelah beberapa saat mereka saling berpandangan diam. "Terima kasih. Kau datang di waktu yang tepat." Ujarnya tersenyum senang. Gaara merasa mukanya memanas.
Ino pun memandangi Gaara dengan menahan tawa sebelum akhirnya dia memilih untuk menepuk pundak rekannya itu. "Jangan bengong, Gaar. Mending kita cepat bantuin dia. Jangan jatuh cinta disini dulu ya, Tuan." Ujarnya terkikik geli.
Gaara segera kembali ke alam sadarnya. "Iya." ujar Gaara. Mereka pun mulai berjalan kearah Sakura.
"Jadi, apa yang terjadi sebenarnya disini? Tlong ceritakan secara detail." Suruh Gaara. Sakura mengangguk.
"Jadi, ceritanya itu….."
-TBC-
Setelah sekian lama udah nggak buat fic baru, akhirnya Melody memberanikan diri membuat fic baru dengan main pair SasoSakuGaa. Awalnya sih cerita ini pengen dibuat asal kerjasama Melody sama Sakura Hinagiku. Tapi karena belum ada waktu dan Melody udah ngebet pengen nulis nih fic, akhirnya PROLOG ini MURNI dan ASLI dari Melody sendiri. Mohon reviewnya ya!!
Sakura-chan : Kita kerjasamanya pas chap 1, 2, 3, atau yang seterusnya aja ya. Melody dah ngebet banget buat nulis nih fic sih!
