Anne of Green Gables series milik Lucy Maud Montgomery. Saya tidak mendapatkan keuntungan selain kepuasan pribadi dari karya ini. Headcanon, berdasarkan bab 19-21 dari Anne's House of Dream. Terima kasih dan selamat membaca.
Untuk Anne dan Gilbert—yang berhasil mencuri hati saya lebih dari yang saya kira.
Dusk Girl
Anne tidak ada di rumah.
Gilbert merasakan serangan panik dari perutnya menuju ke kepala, nyaris membuatnya tersungkur. Anne tidak pernah jauh darinya sejak pagi muram di bulan Juni itu. Tapi, Gilbert harus memenuhi panggilan seorang pasien di Glen. Dia berkereta pulang dengan cepat—hanya untuk menemukan rumah impian mereka kosong.
"Anne!"
Anne belum pulih benar. Dia masih sering menangis, melamun, menghancurkan hati Gilbert yang berharap melihat wanitanya tersenyum penuh kebahagiaan. Tapi Gilbert tidak dapat menyalahkannya. Tidak setelah mereka berbagi duka yang sama.
Gilbert tidak menemukannya. Dia keluar. Anne tidak ada di taman. Dia melihat sekeliling dengan putus asa. Gilbert hampir saja pergi menemui Kapten Jim, ketika sekelebat rambut merah bertiup di antara pepohonan Lombardy.
Anne di sana, bagaikan gadis senja yang merindukan pagi datang, berdiri memandang kejauhan di bawah keteduhan bayang-bayang. Sosok rampingnya terlihat sangat, sangat rapuh. Wajahnya pucat. Anne belum pernah tersenyum sejak bayi—sejak Joyce kecil mereka yang mungil disembunyikan dunia lewat tanah pemakaman di gereja seberang pelabuhan. Joy kecil mereka—yang begitu putih, lembut, dengan mata besar Anne yang sangat indah. Joy kecil mereka yang telah dinantikan semua orang yang mereka kenal. Joy kecil yang berharap melihat dunia—tapi akhirnya pergi sebelum memberikan banyak kebahagiaan di rumah kecil mereka.
Gilbert belum pernah menangis hingga saat ini. Dia harus tegar untuk Anne, untuk apa pun masa depan yang akan datang. Pertahanan dirinya sudah cukup baik. Tapi kini, memandang wanita yang dia cintai diselimuti bayangan kesedihan, Gilbert tak bisa menahannya lebih lama.
"Anne," panggilnya.
Anne menoleh. Jejak air mata di pipi putihnya tak juga hilang. Gilbert mendekat, tanpa kata meraih bahu Anne dan menatap lembut sepasang mata kelabunya. Anne menangis bersama dengannya.
"Aku tidak akan memaksamu, Anne. Bersedihlah sebanyak yang kau mau. Tapi, tolong ingat, aku selalu ada di sisimu. Kembalilah padaku saat kau siap. Aku membutuhkanmu. Aku sangat membutuhkanmu."
Anne tenggelam dalam pelukannya. Berdua, mereka terisak. Dunia senja mulai mengabur, dan langit berubah cepat disertai kedipan bintang-bintang. Siulan angin terdengar seperti suara tawa dari jauh. Begitu murni, begitu jernih, sedikit sedih. Janji masa depan penuh kabut sekarang tidak membuat mereka takut lagi. Akan selalu ada tawa bahagia, tangis sedih, sedikit perselisihan, dan banyak rasa syukur. Tapi, apa pun yang terjadi, Gilbert dan Anne akan saling memiliki.
