.
.
Author Ela JungShim presents
An Alternate Universe fanfiction
"Kid's Play"
Pairing : HOMIN (Jung Yunho X Shim Changmin)
Slight Jung Hyunjoong X Jung Jaejoong (female!Jae)
Shim Yoochun X Shim Junsu (female!Junsu)
Rate : T
Length : 1 of ?
Desclaimer : They're belongs to GOD, themselves and DBSK
Warn : TYPO's yang berserakan! Chibi!Ho, Baby!Min , PLOTLESS story! Genderswitch for Jaejoong and Junsu!
.
.
.oOHoMinOo.
.
.
.
"Yunho, ayo kita ke tempat tetangga baru kita." ajak Jung Jaejoong pada putra semata wayangnya itu.
Bocah tiga tahun yang sedang asik dengan mainan mobil-mobilannya itu mendongak kepada ibunya karena tertarik dengan kata 'tetangga baru'. Tetangga baru berarti... Chami?!
"Chami?" tanyanya dengan antusiasme yang sangat kentara. Mainan mobil-mobilan itu langsung ia campakkan begitu saja, dan kaki-kaki mungilnya langsung berlari ke arah ibunya.
Jaejoong tertawa melihat anaknya yang terlihat sangat senang kalau mereka mengunjungi tetangga baru mereka yang memang baru menjadi bagian lingkungan kompleks mereka satu minggu lalu. Dan tentu saja yang di tanyakan anaknya adalah mengenai Chami, atau lebih tepatnya Changmin, Shim Changmin. Pemilik nama itu adalah seorang bayi kecil-manis-imut-lucu-menggemaskan berusia enam bulan yang amat sangat menarik perhatian putranya. Mungkin karena Yunho adalah anak tunggal, jadi dia merasa kalau Changmin itu seperti adiknya? Yah, siapa yang tahu apa yang ada di benak putra kecilnya itu.
"Ne. Kalau jam segini, Changmin pasti sudah bangun kan? Yunho mau bermain sama Changmin?"
"Yess! Main cama Chamiii~i! (^o^) !" seru Yunho penuh semangat sambil menarik-narik tangan Jaejoong agar mereka cepat bisa sampai ke rumah sebelah mereka.
.
.
.
"Chamiiiiiiiii~!" Yunho berteriak penuh semangat saat Shim Junsu membuka pintu rumahnya. Bocah kecil itu langsung berlari masuk ke dalam rumah keluarga Shim dan langsung menuju ruang bermain di rumah itu.
Bagaimana Yunho tahu, kalian tanya?
Tentu saja Yunho tahu seluk beluk rumah ini karena semenjak keluarga Shim pindah, setiap hari Yunho selalu bermain kesana untuk menemui Changmin. Karena terlalu seringnya, Jaejoong akhirnya memutuskan kalau Yunho hanya boleh main ke rumah keluarga Shim kalau Jaejoong sudah mengajak Yunho. Di luar itu, Yunho tak boleh memutuskan sendiri main ke rumah keluarga Shim karena di hari ketiga keluarga Shim pindah, Yunho menghabiskan waktu satu hari penuh di rumah keluarga Shim sampai Jaejoong merasa malu sendiri pada Shim Yoochun dam Shim Junsu(orang tua Shim Changmin) =..=
Kembali pada bocah kecil kita, Yunho mengeluarkan pekikan senang melihat kalau Changmin sedang duduk di lantai dengan mainan-mainan yang berserakan di sekitarnya. Yunho langsung berlari menerjang Changmin dan memeluk balita enam bulan itu.
"Chamiiiiii~!" panggilnya senang sambil memberikan kecupan besar di pipi gembil Changmin yang putih, kenyal dan sangat menggemaskan itu. "Mmmmuachh!"
Balita kecil yang tak tahu apa-apa itu hanya menatap bingung ke arah Yunho. Dan karena Yunho melihatnya dengan senyum yang sangat lebar, balita itu akhirnya ikut tersenyum dan mengeluarkan tawa imutnya.
Dan hati bocah kecil bernama Yunho itu langsung terasa hangat dan sangat bahagia melihat senyum Chami.
.
.
.
.oOHoMinOo.
.
.
.
3 tahun kemudian
.
Tok! Tok! Tok!
"Ya?" sahut Jaejoong sambil membuka pintu rumahnya yang di ketuk.
"Yuno hyuuuuungggg!" seru Changmin sambil berlari masuk begitu saja ke kediaman keluarga Jung.
Jaejoong yang kaget hanya bisa mengerjapakan matanya dengan bingung, sebelum ia langsung tersadar dan mengejar bocah kecil itu.
"Changmin, Yunho hyung belum pulang." ucap Jaejoong sambil menangkap Changmin dan membawa bocah lucu itu ke dalam pelukannya.
"Belum pulang?" tanya Changmin sambil memiringkan kepalanya dengan bingung.
"Ne. Yunho hyung masih di sekolah, jadi sekarang belum pulang." jelas Jaejoong.
"T-tapi Chami juga cekolah dan Chami cudah pulang. Kenapa Yuno hyung belum pulang?" protes namja kecil itu tak terima. Ia kan juga sudah sekolah. Tadi juga ia berangkat bersama Yuno hyungnya (biarpun hyung masuk ke sekolah yang di sebelah kanannya) jadi harusnya kalau ia sudah pulang, Yunho hyung juga harus sudah pulang!
Jaejoong tertawa kecil mendengar rengekan tak terima yang di keluarkan bocah dalam gendongannya itu. "Karena sekarang Yunho hyung sudah semakin besar. Jadi Yunho hyung masuk ke sekolah yang baru, dan jam pulangnya jadi lebih lama daripada yang biasanya." tutur Jaejoong sambil berjalan membawa Changmin menuju dapur rumahnya.
"Cekolah balu?" tanya Changmin bingung. Memang iya sih. Biasanya Yuno hyung masuk ke sekolah yang sama dengan drinya, tapi berbeda gedung. Tapi tadi pagi, Yuno hyung masuk ke sekolah yang ada di sebelah kanan sekolahnya. "Kalau begitu, Chami juga mau macuk cekolah yang cama dengan Yuno hyung!"
Jaejoong membelalakkan matanya kaget sebelum ia tertawa geli dan mencubit pipi gembil Changmin dengan gemas.
"Aaaaaa! Jumma cakiiitttt T^T " keluh Changmin yang langsung memegangi pipinya yang agak memerah karena dicubit ahjummanya.
Jaejoong melanjutkan tawanya mendudukkan Changmin di kursi tinggi yang ada di dapur mereka. "Hmm, kalau itu tidak bisa. Changmin harus berusia enam tahun dulu kalau Changmin mau masuk ke Sekolah Dasar yang di datangi Yunho hyung. Tapi karena Changmin masih kecil, jadi Changmin duduk saja disini sambil memakan puding strawberry sembari menunggu Yunho hyung pulang, ne?" bujuk Jaejoong sambil mengeluarkan puding besar dari dalam kulkasnya dan memeberikan tiga potong besar pada Changmin.
Kedua mata bulat Changmin kini semakin membulat melihat puding yang ada di depannya. Andaikan ini di dalam anime atau manga, bisa di pastikan kalau sepasang bambi eyesnya itu kini di penuhi bintang-bintang kebahagiaan melihat puding strawberry yang terlihat sangat lezat itu.
"Puding ctobeliiiiiiiii! ~^O^~ " pekiknya senang sambil matanya tak lepas dari makanan menggiurkan yang ada di depan matanya itu.
Jaejoong tertawa kecil melihat tingkah lucu Changmin itu. Jujur saja, semenjak ada Changmin yang selalu ke rumahnya untuk mengekor putranya Yunho kemanapun juga, Suhye setiap pagi selalu membuatkan snack untuk monster makanan kecil itu. Karena itu satu-satunya cara ampuh untuk menenangkan Changmin yang selalu saja menangis kalau ia tak menemukan Yunho saat bocah kecil itu bermain ke rumahnya.
Selain itu, Jaejoong selalu saja merasa senang kalau melihat ekspresi bahagia Changmin setiap kali ia mengeluarkan makanan kecil yang ia buat.
"Nah, kalau begitu, ayo buka mulutnya~ Aaaaaa~ " ucap Jaejoong sambil menyuapkan sesendok puding ke depan Changmin.
.
.
.
"Aku pulaaaang." ucap Yunho saat ia memasuki rumahnya sepulang dari hari pertama sekolah dasarnya. Hari yang cukup menyenangkan karena ia makin banyak bertemu dengan teman-teman baru. Dan tadi ia banyak belajar hal-hal baru.
Changmin yang mendengar suara Yunho langsung merangkak turun dari kursinya. Ia mengabaikan Jaejoong yang akan menyuapinya lagi dan langsung berlari menyongsong kedatangan hyung kesayangannya itu.
"Yuno hyuuuuuuuuuuuuuunggggg!" teriaknya keras dan panjang dengan seluruh udara dari dalam paru-parunya.
Yunho yang mendengar suara teriakan yang sudah tak asing lagi itu langsung memutar kepalanya mencari darimana asal suara itu.
Senyuman langsung merekah di bibir Yunho saat ia akhirnya melihat Changmin yang berlari kencang ke arahnya dengan kaki-kaki kecilnya itu. Namja berusia enam tahun itu meletakkan tasnya begitu saja di lantai dan langsung membuka kedua lengannya untuk Changmin.
Changmin mengeluarkan pekikan senang dan berlari makin kencang ke arah hyung kesayangannya itu. Begitu jaraknya sudah dekat dengan Yunho, kaki kecil Changmi menjejak di lantai dan ia melompat menerjang ke arah Yunho.
"Yuno hyuuungg!"
BRUK!
"Argh!"
Yunho mengerang penuh kesakitan saat tubuhnya oleng dan jatuh ke lantai dengan suara keras. Kepala dan punggungnya terasa sangat nyeri karena pertemuan kerasnya dengan lantai rumahnya akibat terjangan keras dari Changmin yang kini ada di atas tubuhnya.
"Yuno hyung?" panggil Changmin panik dan penuh khawatir karena mendengar seruan sakit terlontar dari bibir Yunho. Jujur saja ia benar-benar panik karena tak menyangka kalau Yunho akan oleng dan terjatuh ke belakang seperti ini. Ia tadi hanya ingin cepat-cepat bertemu dengan hyung kesayangannya ini, dan tadi pikirannya begitu senang saat Yunho menyambutnya dengan tangan terbuka lebar. Karena itu tadi ia berlari dengan kencang dan melompat ke arah hyungnya.
Ia sama sekali tak berniat membuat hyungnya jatuh dan kesakitan seperti itu...
"..uh... Yuno hyung..." panggil Changmin lagi saat ia tak mendapatkan jawaban apa-apa dari hyungnya itu. Suaranya mulai bergetar dan air mata sudah mulai terbentuk di sepasang bambi eyesnya. Bagaimana ini? Apa Yuno hyung benar-benar kesakitan? Bagaimana kalau Yuno hyung sangat kesakitan dan Yuno hyung meninggal? "..h-hyung... h-huwaaaaaa... Yuno hyung tidak boleh meninggaaaaaaaallllllll... huwwaaaaaa... T^T"
Yunho langsung membelalakkan matanya kaget saat melihat Changmin yang duduk di atas tubuhnya itu kini malah menangis dengan keras. Dan apa itu tadi? Meninggal? Darimana Changmin tahu istilah sulit semacam itu?
"C-Chami? Hyung tidak apa-apa kok. Sshhh..cup cup cup.." ucap Yunho sambil berusaha duduk dan langsung berusaha untuk menenangkan Changmin. Semua rasa sakit yang ia rasakan langsung terlupakan karena ia paling tak sanggup kalau melihat Changmin menangis.
"..h-hyung tak apa? h-hiks... h-hyung... hiks... hyung tak akan meninggal kan?" tanya Changmin di sela-sela sedu sedannya.
"Ne. Hyung tak apa kok. Dan hyung tak akan meninggal. Sudah, sudah.. Chami jangan menangis lagi, ne?" bujuk Yunho sambil mengelus-ngelus punggung Changmin untuk menenangkan bocah tiga tahun tersebut.
Changmin menatap Yunho dengan matanya yang masih basah karena air mata dan mengangguk kecil.
"Hey, Chami tahu dari mana kata meninggal tadi?" tanya Yunho yang masih terus mengelus-elus punggung hangat Changmin.
"..ngg... Chami tau dali Mino." sahut Changmin menyebutkan nama temannya di playground. Minho. "Halabojinya Mino kemalin meninggal kalena cakit. Katanya Mino, halabojinya itu cakit kelas... ngg... lalu halabojinya Mino bobo diam dan tak bicala cama cekali. Dan... dan... Mino tak bica beltemu dan belmain lagi cama halabojinya kalena halabojinya cudah meninggal.."
Yunho membelalak kaget saat melihat air mata kembali mengalir dari sepasang mata bambi bulat Changmin.
"..hiks... t-tadi Yuno hyung tak bicala cama Chami... j-jadi... hiks... jadi Chami kila Yuno hyung meninggaaalllll... huwweeee... Chami tak mau Yuno hyung meninggaaallll... Chami mau telus beltemu dan belmain cama Yuno hyuuuuungggg... huwweeeee... T^T "
Yunho mengerjapkan mata kaget mendengar ucapan Changmin, dan ia langsung memeluk tubuh kecil Changmin. "Sshhh... Chami... Chami... Hyung tak akan meninggal kok. Hyung kan juga mau terus bertemu dan bermain sama Chami. Jadi Chami jangan menangis lagi ya...cup cup cup.."
Changmin memegangi baju yang di pakai hyungnya dan membenamkan diri dalam pelukan Yunho. Perlahan namun pasti, ia mulai tenang dan tangisannya mereda. "Pokoknya.. Chami tak mau hyung meninggal.. Yuno hyung tak boleh meninggal..!" gumamnya di dada Yunho.
Yunho tertawa kecil mendengar ucapan Changmin. "Ne. Arraseo. Hyung tak akan meninggal. Nah, ayo berdiri. Hyung mau ganti baju dulu. Baju hyung basah karena airmata si cengeng Chami ;p "
"Hyuung~!" rengek Changmin tak terima karena ia dipanggil cengeng. Ia menggembungkan pipinya dengan kesal dan mempoutkan bibirnya.
Yunho tertawa melihat wajah kesal Changmin yang sangat imut itu. Ia memberdirikan Changmin dan dirinya sendiri, dan berlari ke arah kamarnya. "Chami si cengeeeng ;p "
"Yah! Yuno hyuuuuunggg!" kesal Changmin yang kini langsung berlari mengejar hyungnya.
.
.
.
.oOHoMinOo.
.
.
.
"Loh, Changmin belum di jemput?" tanya Leeteuk, salah satu guru yang mengajar di Kodomo Playground dan Kindergarten itu.
Changmin menggeleng dan tersenyum ke arah Leeteuk. "Chami tak di jemput Umma~" ucapnya riang.
Leeteuk menautkan kedua alisnya bingung mendengar jawaban Changmin. Bukannya biasanya Changmin sudah langsung akan menangis kalau Ummanya telat menjemputnya sedikit saja? Lalu kenapa sekarang bocah itu tersenyum riang sambil berkata ia tak akan di jemput Ummanya?
"Kalau Changmin tidak di jemput Umma, Changmin pulang dengan siapa?" tanya Leeteuk bingung.
Pertanyaan Leeteuk itu membuat senyum Changmin malah merekah semakin lebar. "Chami pulang dengan Yuno hyung~!" sahut bocah kecil itu dengan semangat.
Pemahaman langsung merasuk ke benak Leeteuk. Tentu saja ia tahu siapa itu Yunho. Mantan siswa playground dan kindergarten disini juga, sebelum tahun ini ia sudah mulai masuk ke DongBang Elementary School yang letaknya tepat di sebelah tempat ini. Yunho, yang di usia lima tahun sudah bisa berbicara dengan sangat lancar dan bisa bersikap lebih dewasa dari anak-anak seusianya. Dan tentu saja Leeteuk tahu benar kedekatan dua bocah bertetangga tersebut, yang sudah seperti hyung dan dongsaeng kandung.
Leeteuk melihat jam di tangannya, dan ia tahu kalau sepuluh menit lagi adalah waktu pulang dari siswa kelas satu disana.
Yah, tak ada salahnya kan kalau ia menemani siswanya ini sebentar. Lagipula, kasihan kan kalau Chami harus duduk sendirian disini menunggu kedatagan Yunho. Siswa yang lain semuanya sudah begitu pula dengan pengajar yang lain.
"Baiklah, kalau begitu, Sonsaeng temani disini sampai Yunho menjemput Changmin ya?" tawar Leeteuk sambil duduk disebelah bocah itu.
"Ne~" sahut Changmin sambil tersenyum lebar.
.
.
.
"Leeteuk? Kenapa kau belum datang juga? Kau tak lupa kalau hari ini shift kerjamu majukan? Restaurant sedang ramai dan kita kekurangan koki!"
"A-ah, maaf bos, saya lupa. Baiklah, saya kesana sekarang!" sahut Leeteuk panik karena ia benar-benar lupa kalau hari ini jam kerjanya maju.
Ia sudah akan berdiri sebelum ia ingat kalau masih ada Changmin disini. Ia melihat ke arah jam tangannya, dan harusnya lima menit lagi bel sekolah di sebelah akan berbunyi.
"Changmin..sonsaeng ada urusan penting. Changmin tak apa kalau menunggu sendirian disini?" tanya Leeteuk khawatir.
Changmin mengangguk. "Ne, concaengnim."
"Harusnya lima menit lagi Yunho akan menjemputmu. Benar tak apa kan kalau kau menunggu sendirian?" tanya Leeteuk lagi untuk memastikan.
Changmin kembali mengangguk. "Ne concaengnim. Chami tak takut kok. Kan nanti Chami beltemu Yuno hyung." sahut bocah itu mantap.
Leeteuk menghela nafas. Ia sebenarnya tak tega kalau harus meninggalkan bocah itu sendiri disini. Tapi bagaimana lagi, ia harus segera beranhkat kerja kalau tak ingin di pecat.
Ia tahu dan yakin kalau lingkungan disini aman. Jadi tak masalah kalau ia meninggalkan Changmin lima menit lagi Yunho akan datang menjemput bocah itu. Leeteuk menghela nafas lagi dan akhirnya berdiri. "Baiklah. Changmin jadi anak baik dan duduk diam disini sampai Yunho datang ya. Sonsaeng pergi dulu." pamit Leeteuk sebelum ia berlari untuk ke tempat kerjanya yang lain.
Changmin yang kini sendirian hanya menopang dagunya dengan kedua tangan sambil pikirannya mengawang. Ia kembali mengingat ucapan hyungnya itu.
.
'Begini saja. Kalau Chami mau, Chami bisa menunggu hyung pulang. Jadi nanti hyung menjemput Chami. Bagaimana?'
'Tapi Chami harus bersabar menunggu karena hyung pulangnya lebih lama dari Chami.'
.
"Huufth... Yuno hyuuung.. cepat jemput Chami~ " gumamnya.
"Meow~ "
Tubuh Changmin langsung membeku mendengar suara dari hewan yang paling ia takuti itu. Dengan penuh ketakutan, Changmin melihat ke sekeliling sekolahnya, dan
"Huwwaaaaaaaaa!"
Bocah kecil itu langsung berteriak penuh ketakutan saat melihat seekor kucing besar berwarna putih. Mata kucing itu menatap ke arahnya dan hewan itu berjalan pelan mendekati Changmin,
"Meow~ "
Kedua mata Changmin langsung membulat panik melihat kucing itu berjalan ke arahnya. Ia langsung berlari dari tempatnya duduk. Dengan panik dan ketakutan, Changmin mencari tempat dimana kucing itu tak akan bisa mencapainya.
Ah! Ayunan!
Changmin langsung berlari ke arah ayunan itu dan berusaha menaikinya. Karena panik, sedari tadi ia tak bisa menaiki ayunan yang terus bergoyang-goyang itu.
"Meow~ "
Rasa panik dan takut itu semakin membesar saat mendengar suara kucing itu semakin mendekat ke arahnya. Air mata mulai terbentuk di kedua bambi eyesnya karena panik tak bisa cepat-cepat menaiki ayunan itu.
"Meow~ "
"..h-hiks... Yuno hyung!" serunya sambil sekali lagi berusaha menaiki ayunan itu, dan
HUP!
Akhirnya ia bisa menaiki ayunan itu. Changmin menghembuskan nafas lega saat ia berada agak jauh dari atas tanah. Dan untungnya, ayunan itu lebih tinggi dari si kucing. Jadi Changmin sekarang aman.
"Meow~ "
"..h-hiks... hiks... huwaaaaaa! T^T " Changmin menggenggam erat besi ayunan itu saat kucing putih besar itu berada di bawahnya dan terus mengeong sambil menatapnya. Rasa takut yang ia rasakan makin memuncak saat melihat kucing itu mengeong dan memperlihatkan gigi taringnya yang runcing-runcing dan tajam.
"..huwweee... Y-Yuno hyung... hiks... tolong Chamiiiiiiii... T^T "
.
.
.
.
.
~TBC~
Annyeeooonggg~!
Ela balik lagi setelah beberapa waktu lalu terkapar karena tipes kumat. Sebel juga sih waktu tipes kumat, cz kalo nggak terkapar, Ela pasti udah bikin ff nc buat HoMinSmut sebelum puasa.
Tapi ya sudahlah. Karena ini sudah masuk puasa, jadi Ela bikin ff baru yang ratingnya bener-bener T alias AMAN buat dibaca orang puasa di bulan ramadhan..
Dan buat cerita ff ini... *facepalm* jujur aja, Ela sendiri bikin ini nggak pake mikir plot ke depannya mau gimana dan gimana. Ini Ela nulisnya ngalir gitu aja, dan entah kenapa terakhirnya jadi bersambung juga, padahal niatnya bikin oneshot =_="
Jadi kalo ada yang nanya ini bakal jadi romance beneran aka HoMin jadian...jawabannya NGGAK TAHU #slapped
Kalo ada yang nanya ini ff HoMinnya bakal gede ato nggak...jawabannya juga NGGAK TAHU #slapped hard
Bhuakakakakakaka.. Sudahlah, ini memang cuma menuhin hasratnya author bikin chibi!homin yang nggak ada unsur pedonya #lirikFFyanglaen.
Last, kalau berkenan, silahkan tinggalkan review sekedar upah capek buat ela yah ;p
