Celebrity Diary

Disclaimer: Masashi Kishimoto

WARNING : AU, super OOC, typos

Page 12

Dear Diary,

28 Oktober 2014

Shooting Terakhir

Kunang-kunang beterbangan di sekitar danau, memberikan cahaya redup untuk Hinata. Gadis berambut panjang itu masih berkutat dengan syal robek yang berusaha ia rajut kembali. Di balik pohon besar, Naruto tak mengalihkan pandangannya dari gadis itu. Beberapa hari ini mereka tak berbicara seperti biasa. Hinata seolah sedang menyimpan rahasia yang tidak ingin dibagi pada Naruto. Selain itu, kekeraskepalaan Hinata untuk memperbaiki syal berwarna merah itu membuat Naruto bertanya, untuk siapakah syal itu sehingga Hinata tidak menyerah.

Hal itu membuat pria berkulit tan itu khawatir. Dengan pasti, Naruto mulai memahami bahwa ia telah berlaku tidak adil pada Hinata. Selama ini ia tidak peka terhadap perasaan gadis Hyuuga itu padanya. Pandangan malu-malunya, sikap gugupnya ketika Naruto mendekat, dan senyum lembutnya pada Naruto. Apakah sekarang Hinata telah lelah? Mungkinkah gadis itu sudah memiliki orang yang mampu membalas cintanya?

Tidak seperti dirinya.

Naruto mengutuk ketidakpekaannya. Di pandangnya Hinata sekali lagi lalu perlahan mendekati gadis itu.

"Hinata,"

Hinata menengadah sebentar, lalu kembali fokus pada syalnya.

"Adikku sedang dalam bahaya dan aku berada di sini, merajut," jawabnya tanpa memandang Naruto.

"Aku, kakak yang jahat," lanjutnya.

"Itu tidak benar! Kau sudah sampai disini untuk menyelamatkan Hanabi. Jangan khawatir, ia akan baik-baik saja," seru Naruto.

Hinata memandang Naruto lalu tersenyum.

"Naruto-kun, kau sangat baik,"

Naruto yang terpesona pada senyum Hinata menjadi salah tingkah. Ia kemudian menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

"Hei, aku baik tidak hanya karena aku menyukaimu atau apa, tapi– "

Hinata terkejut dengan penuturan spontan Naruto.

"Na-naruto-kun, tadi kau bilang apa?"

Eh?

Naruto baru sadar apa yang sudah ia katakan dan menyadari bahwa ia memang perlu mengakui perasaan apa yang muncul di dalam hatinya. Bahwa ia memiliki perasaan 'suka' pada Hinata. Perasaan 'suka' yang berbeda dengan rasa 'suka' yang ia rasakan pada ramen favoritnya.

"Hinata, Aku menyukaimu…" ia mengatakannya dengan menatap mata Hinata secara langsung.

Hinata yang terlalu terkejut, tidak mengatakan apa-apa selama beberapa waktu. Ia bahkan merasa pikirannya mendadak kosong.

"CUT!"

"Ya, bungkus!" seorang pria yang berada di depan monitor berteriak keras. Dari wajahnya ia kelihatan puas dengan adegan yang tadi disaksikannya.

Hinata menghembuskan napas lega, malam ini shooting mereka sungguh melelahkan. Ditambah lagi, pakaiannya yang tipis di cuaca dingin bulan Oktober.

"Bagus sekali Hinata! Scene kita tidak ada yang NG," Naruto memberikan senyum lebarnya pada Hinata.

"Aktingmu juga semakin bagus," katanya lagi.

Hinata mengibaskan rambutnya dengan telapak tangan yang terbuka.

"Terima kasih, senpai," jawab Hinata membungkung kemudian berlalu dari hadapan Naruto. Ah, akhirnya hari ini selesai juga, ucapnya dalam hati.

Gadis itu segera menuju tempat duduk yang berada di samping mobil miliknya. Chikako dan Takeru, asisten dan managernya menghampiri dengan tergesa.

"I-ini minumanya Hinata-nee," kata Chikako menawarkan isotonic botolan. Gadis itu terlihat gugup karena tatapan tajam Hinata.

Hinata menampik tangan Chikako, "Aku mau cappuccino! Mana baju hangatku? Kau mengertikan kalau aku kedinginan memakai baju ini!" teriaknya angkuh.

Chikako berlari ke dalam mobil lalu mengambil baju hangat kesayangan Hinata, kemudian hendak memakaikannya di tubuh gadis itu. Hinata yang kesal, segera menarik baju tersebut dan memakainya sendiri sambil membelalak pada Chikako.

"Dasar lambat," ia mendesis. "Kau mau kupecat, hah?"

Gadis bernama Chikako itu hampir menangis karena suara keras Hinata.

"Syukurlah shooting terakhir ini berjalan cepat," kata Takeru sambil menghampiri Hinata. Memberi isyarat agar Chikako minggir. Chikako bergeser ke belakang sambil mengusap matanya. Hal ini tidak luput dari penglihatan Hinata. Ia mendecih melihatnya.

"Sutradara bilang, mereka akan mengedit sisanya dan rencananya bulan Desember film ini bisa diputar di bioskop."

Hinata hanya memutar matanya untuk merespon penjelasan Takeru. Pria itu memahami bahwa Hinata menginginkan kelanjutan.

"Em, pukul sepuluh pagi besok Hinata-san harus menghadiri wawancara di TV Tokyo, " Takeru mengingatkan dan dibalas oleh suara pelan tak jelas dari Hinata.

Takeru menutup buku catatan tentang jadwal Hinata yang selalu dibawanya. Gadis Hyuuga ini sepertinya sedang dalam mood yang tidak baik. Tapi ia harus mengkonfirmasi Hinata tentang rencana kerja mereka selanjutnya.

"Ma-maaf, Hinata-san, sudah membaca naskah yang kemarin kuberikan?" tanya Takeru, jelas terlihat takut.

"Belum," Hinata menyandarkan punggungnya, "Ceritakan saja padaku," ia seolah tak tertarik. Lebih memilih mengecek akun jejaring sosial di ponselnya.

Takeru terlihat ragu. Dahinya berkeringat berusaha mengingat-ingat sinopsis naskah yang diberikan Sutradara Minomiya padanya.

Hinata sangat selektif memilih film atau dorama yang akan ia mainkan. Sehingga, Takeru harus memutar otaknya agar cerita yang disampaikan menarik perhatian Hinata. Bisa gawat kalau Hinata menolak. Sutradara Monimiya adalah teman akrab Mr. Osamu yang merupakan CEO agensi mereka. Takeru tidak ingin karirnya berakhir dengan cepat.

"Em.. Hinata-san akan berpasangan dengan L Lawliet, sebagai polisi juga sebagai sepasang kekasih. Lalu– "

"Kau bahkan sudah tahu siapa pasanganku? Wah!" Hinata menunjukkan wajah kagum meremehkan.

"Eto.. iya. Ceritanya, sebagai sepasang kekasih dan polisi kalian– "

"Kami akan menghadapi suatu kasus sulit, yang membuat hubungan sebagai sepasang kekasih terancam. Di tengah kekacauan itu keduanya menyadari bahwa ikatan diantara mereka tidak terlalu kuat. Lalu pada akhirnya, kami memutuskan untuk memulai semua dari awal, kembali mengenal dari awal. Begitu?" kata Hinata memandang sinis Takeru.

"Hi-Hinata-san sudah baca sinopsisnya?" Takeru tercengang. Hinata sudah tahu jalan cerita film itu.

Hinata memandang bosan, " Aku hanya mengarang. Bilang pada Sutradara, aku menolak!" perintah gadis itu pada sang Manager.

"Aku tidak mau bermain film yang biasa seperti itu,"

"Ta-tapi Hinata," cicit Takeru.

"Tidak ada tapi-tapian. Aku tidak bermain film karena popularitas ataupun kepentingan publik yang menginginkan gosip," katanya menambahkan.

"T-Tapi kau terlihat cocok dengan L, Hinata, " bujuk Takeru.

"Tidak ada penolakan!" seru Hinata membuat Takeru terdiam seketika.

to be continued...

-Thanks for reading-