Ini Fic pertama aku, setelah hanya berhasil membaca dan membaca karya kalian semua, akhirnya saya memberanikan diri membuat fic juga. ini tentang Regulus Black, tokoh favorit saya, dan saya dedikasikan pada penggemar RAB yang lain. Ceritanya masih panjang, tapi saya ga akan ngelanjutin kalau tampaknya tidak ada yang tertarik V.V soalnya saya masih kurang percaya diri, jadi saya mohon reviewnya ya, tolong kritik saya. makasih, selamat membaca :)

Disclaimer : JK Rowling, bukan aku, sayang sekali, kalau aja aku :P


1971

Anak laki-laki berambut hitam itu melongok dari celah pintu ke sebuah kamar mewah dengan dinding berlapis kertas dinding keperakan, mengintip kakaknya yang sedang mengepak beberapa jubah, kuali dan barang-barang lain ke sebuah koper besar. Anak laki-laki yang di dalam kamar menyadari adiknya yang mengintip di pintu dan menoleh sambil tersenyum lebar. Si adik nyengir lebar ketika ketahuan dan si kakak melambaikan tangannya menyuruh si adik masuk.

"Aku ingin ikut kau, Sirius," kata anak laki-laki itu sambil duduk di tempat tidur, di samping koper yang setengah penuh.

"Kau akan berangkat tahun depan, Regulus. Kau harus bersabar satu tahun lagi," kata Sirius pada Regulus sambil terus membereskan kopernya.

"Huh, setahun itu lama," kata Regulus sambil meraih kotak panjang tipis berisi tongkat sihir yang tergeletak di sampingnya. "Aku ingin punya ini…"

"Jangan sampai jatuh!" teriak Sirius sambil menatap kotak tongkatnya yang baru dibeli dua hari yang lalu. Regulus tertawa kecil melihat kekhawatiran kakaknya dan meletakkan lagi tongkat itu.

"Apa yang harus aku lakukan tahun ini, Sirius? Siapa yang bisa aku ajak bermain?" protes Regulus lagi saat Sirius kembali mengalihkan perhatiannya pada koper Hogwartsnya. "Aku sendirian, menyebalkan," katanya lagi.

Sirius tersenyum jahil melihat adiknya yang bersungut-sungut. Setelah mengacak rambut Regulus yang identik dengan rambutnya, panjang hampir sebahu, Sirius mendorong Regulus ke tempat tidur dan mereka saling bergulat dengan tawa keras dari masing-masing, dan tidak berhenti sampai mereka kehabisan napas dan terjatuh di tempat tidur besar itu.

"Bagaimana kalau kau pergi tahun depan saja?"

"Bodoh! Mana mungkin, kan!" Sirius kembali mengacak-acak rambut adiknya. "Tenang saja, aku akan kirim burung hantu tiap hari," kata Sirius.

"Benar?"

"Tentu saja. Hogwarts pasti sangat luar biasa, banyak yang akan bisa aku ceritakan padamu, Reg," kata Sirius sambil menatap langit-langit kamarnya. Regulus tersenyum dalam diam dan juga memandangi langit-langit kamar kakaknya. "Dan tahun depan kita pergi bersama. Kau dan aku. Kita akan bersama-sama pergi ke Hogwarts!" Sirius berseru sambil berdiri di tempat tidurnya dan berlagak seakan memandangi kastil yang hanya ada di bayangannya. Regulus tertawa dan ikut berdiri di tempat tidur.

"Sirius dan Regulus akan pergi ke Hogwarts tahun depan!" seru Regulus dan mereka berdua saling berteriak bersama lalu disambung dengan tawa yang hanya mereka sendiri yang tahu sebabnya.

1 September 1971

Hari ini Sirius pergi ke Hogwarts. Aku dan ibu mengantarnya ke peron 9¾. Kereta api Hogwarts sangat keren, aku juga ingin sekali naik ke atasnya. Tapi Sirius benar, aku juga akan menaiki kereta itu tahun depan bersamanya. Dan Sirius sudah berjanji akan mengirim surat tiap hari, aku seharusnya tidak boleh sedih. Tapi aku kesal, sekarang aku sendirian, agak aneh mendengar kamar sebelah itu sunyi, tanpa suara Sirius.

Tadi dari jendela kereta Sirius melambai padaku, aku hampir menangis, tapi aku tidak menangis, aku tidak mau Sirius mengejekku kalau aku menangis. Dia duduk dengan seorang anak laki-laki berkacamata bundar, anak itu tampak agak angkuh, aku berharap Sirius tidak lupa menulis padaku karena terlalu asik bermain dengan anak itu. Tapi aku senang dia dapat teman baru, mungkin tahun depan aku bisa bermain bersama mereka di Hogwarts.

2 September 1971

Ibu benar-benar marah. Sirius masuk ke asrama Gryffindor. Ibu menasihatiku sepanjang hari, berkata aku tidak boleh masuk asrama lain selain Slyterin, apalagi Gryffindor. Ibu bilang itu adalah hal paling memalukan yang pernah terjadi di keluarga kami. Aku agak takut melihat ibu marah seperti itu dan ayah juga ikut-ikutan bertampang kesal seharian. Ibu mengancamku jika aku mengikuti jejak Sirius dia tidak akan menganggap aku anaknya lagi. Kenapa jadi aku yang dimarahi?

Lagipula, apa yang dipikirkan Sirius sampai dia bisa masuk ke asrama Kelahiran-Muggle itu? Tapi di suratnya untukku (yang telah aku sembunyikan dari ibu) dia sepertinya senang-senang saja, bahkan bangga. Aku tidak mengerti, seharusnya Sirius malu. Dia juga bercerita tentang seseorang bernama James Potter, dia bilang anak itu sangat keren dan aku harus berkenalan dengannya.

Aku hanya berharap tahun depan aku tidak masuk Gryffindor, aku tidak mau mengulang kesalahan yang sama dengan Sirius. Aku tidak mau membuat ibu dan ayah marah seperti itu lagi.

7 Oktober 1971

Surat Sirius luar biasa. Dia menceritakan semua hal yang dia lakukan bersama teman barunya, si Potter. Surat itu benar-benar menghibur. Aku tidak percaya mereka mengurung seorang anak, yang dia sebut Snivelly, di menara astronomi. Dia mendapat detensi, tapi Sirius tidak terdengar menyesal. Dia benar-benar tidak pernah berubah.

Tapi semua surat Sirius harus aku sembunyikan dari ibu. Di suratnya terakhir, dia bahkan menyuruh aku untuk masuk asrama Gryffindor jika aku ke Hogwarts nanti. Dia bilang Gryffindor sangat keren dan Slyterin benar-benar payah. Aku memperingatkannya tadi, dia sebaiknya tidak berkata hal seperti itu. Apalagi jika sampai ketahuan ibu, dia bisa dibunuh. Semoga Sirius mendengarkan peringatanku, walaupun aku tidak yakin.

25 Desember 1971

Natal kali ini menyebalkan. Sekali lagi ibu marah besar, pada Sirius. Kenapa juga Sirius harus menceritakan tentang teman-temannya di Gryffindor saat makan malam tadi. Atau dia sengaja ingin membuat ibu dan ayah marah, tampaknya seperti itu. Tapi wajar saja jika Sirius ingin menceritakan pengalamannya di Hogwarts pada kami kan? Satu-satunya yang salah adalah asrama Gryffindor.

Aku bersumpah aku akan masuk Slyterin nanti. Aku tidak mau hal ini juga terjadi padaku, apapun yang Sirius katakan tentang Gryffindor.

..TO BE CONTINUED..


di cerita ini memang belum ada romancenya, hehe, mungkin di judul berikutnya...

jujur, saya berusaha sebaik mungkin, tolong beri komentar ya ^^