Anime ; My Hero Academia.

Desclaimer ; Horikoshi Kouhei.

Summary ; Shouto membandingkan rasa es krim baru di toko mereka dengan rasa milik Izuku.

Genre ; Romance and Fluff.

Rated ; T (Nyerempet M).

Pairing ; TodoDeku (Todoroki Shoto x Midoriya Izuku).

Disini para murid-murid kelas 1-A bekerja menjadi karyawan toko.

Enjoy!

Midoriya Izuku sedang membungkus beberapa mentega yang telah selesai di timbangnya beberapa waktu lalu dengan tenang. Pemuda bersurai hijau itu menggunting setengah bagian plastik berukuran 2 liter yang tidak diperlukan untuk membungkus mentega, lalu membuangnya ke tong sampah yang berada tepat di belakangnya. Mentega berbentuk persegi panjang yang telah di bungkus di miringkan, bagian atas plastiknya dicubit dengan jari agar mentega yang dibungkus tidak kendor.

Tangannya lihai bergerak kearah selotip yang terletak disisi kanan, memutuskan beberapa selotip lalu merekatkannya hingga plastik yang membungkus mentega itu menjadi ketat.

Setelah menyamping, mentega itu dibuat berdiri. Izuku kembali memutuskan beberapa selotip lalu merekatkannya dibagian atas mentega itu. Begitu seterusnya hingga selesai. Tepat ketika dirinya hendak meraih mentega baru yang akan kembali di bungkusnya, Bakugou Katsuki selaku kepala gudang memanggil namanya.

"Woi, Deku-Teme! Cepat panggilkan si mata rakun kesini! Es Krim kali ini banyak yang masuk!" Titah pemuda ash-blonde itu tidak sabaran.

Izuku yang tak berani membantah perintah teman masa kecilnya itu lantas berdiri gelagapan. "A-Ashido-san?" Tanyanya minta kepastian.

"Tentu saja! Memangnya siapa lagi karyawan disini yang memiliki mata rakun?!! Dasar bodoh!!"

Izuku bukannya bodoh sampai tidak bisa mengerti siapa orang yang dicari oleh Bakugou, dirinya hanya tak terbiasa dengan penggilan kasar yang dengan seenaknya diberikan oleh Bakugou kepada setiap karyawan di toko mereka.

Sayangnya, tak ada yang berani membantah pemuda itu karena mereka tahu bahwa Bakugou sangat berpengaruh terhadap kelancaran penjualan barang-barang di toko mereka. Bos mereka sendiri, Todoroki Enji, telah memberikan seluruh kepercayaannya kepada Bakugou untuk mengelola barang yang keluar-masuk di toko itu.

Izuku berbalik masuk kedalam toko, karena tempat yang sebelumnya ia tempati tadi adalah gudang tempat keluar-masuknya barang. Langkahnya cepat kearah pajangan Es Krim dan bahan-bahan beku lainnya.

Izuku lantas memanggil gadis bersurai pink yang sedang sibuk memajang pasta gigi di seberang kulkas. "Ashido-san!"

Gadis yang merasa namanya dipanggil menoleh, "Ada apa Midoriya?" Tanyanya bingung saat melihat pemuda bersurai hijau yang berjalan cepat kearahnya seperti sedang melihat hantu.

Ya, Izuku baru saja melihat hantu, lebih tepatnya setan Bakugou.

"Kacchan memanggilmu. Banyak sekali Es Krim yang masuk saat ini." Ucap Izuku langsung.

Ashido menepuk kedua tangannya sendiri. "Yosh! Pas sekali kulkasku isinya sudah banyak yang kosong. Midoriya, bisa kau jaga pajanganku sebentar? Aku akan mengambilnya dulu." Pinta gadis itu sambil melangkah cepat, persis seperti saat Izuku berjalan menemuinya.

"Aku akan menunggu!" Seru Izuku kepada Ashido yang menjauh meninggalkan lorong pajangannya. Pemuda pendek itu menghela nafas, lalu mulai berjalan untuk melihat-lihat pajangan yang dipercayakan oleh bos mereka kepada Ashido dan Yaoyorozu, partner gadis itu.

Izuku bergerak ketempat kulkas yang menjadi tempat Ashido biasa memajang es krimnya. Sesuai yang dikatakan oleh Ashido, isi kulkasnya sudah banyak yang kosong. Bisa gawat kalau sampai Bos muda mereka melihat isi kulkas itu benar-benar kosong. Berbeda dengan bos besar mereka yang suka marah-marah, bos muda mereka suka sekali mempermainkan karyawannya sampai trauma jika melihat sedikit saja kesalahan. Hampir semua karyawan di toko itu pernah menjadi korban sang bos muda, tak terkecuali Izuku yang notabene adalah anak yang selalu berusaha semampunya dalam mengerjakan sesuatu. Hal sekecil apapun bisa menjadi besar jika bos muda mereka menyinggungnya.

Itulah hal paling menyebalkan dari bos mereka yang membuat banyak karyawan kesal dengannya. Namun, Izuku tak bisa kesal padanya karena bos muda mereka itu adalah pacarnya sendiri. Pacarnya.

Berbalik, Izuku memutuskan untuk melihat kesebelah kanan kulkas khusus es krim; Kulkas khusus makanan beku. Disitu terdapat banyak sekali sosis, daging, dan beberapa makanan beku yang tersusun rapi. Sepertinya isi kulkasnya masih cukup penuh, pikir Izuku.

Masih dengan pengamatan kecilnya, suara troli yang didorong mendekat kearah tempatnya berdiri mengundang perhatiannya. Izuku menoleh, menemukan Ashido Mina yang mendorong troli barang dengan bertumpuk-tumpuk kardus es krim di atasnya.

"Apa kau membawa semua es krimnya ke pajangan, Ashido-san?" Tanya Izuku penasaran karena melihat Ashido membawa cukup banyak.

"Tidak. Beberapa kardus kusimpan untuk jadi stok di dalam kulkas gudang, " Gadis itu mulai menurunkan beberapa kardus es krimnya ke lantai sambil melanjutkan ucapan, " Aku membawa cukup banyak karena kita punya es krim baru di sini."

Izuku menjadi antusias. "Es krim baru? Ada berapa jenis, Ashido-san?" Tanyanya ingin tahu. Ia segera berjongkok untuk membaca nama jenis es krim yang membuatnya penasaran itu.

"Hmm... Kurang tahu juga sih..."

Izuku mencoba melihat gambar-gambar yang ada pada kardus es krim itu. Dicarinya mana yang gambarnya belum pernah ia lihat, beberapa sudah sering dilihatnya seperti; Strawberry Crispy, Vanilla Corn, serta Watermelon. Mata hijaunya yang selalu berkilau langsung tertuju pada beberapa kardus terakhir yang diletakkan oleh Ashido.

Ia membacanya satu persatu; "Mochi, Orange tongue, dan Original Mango."

Ashido mulai membuka beberapa kardus es krim baru itu lalu mengambil satu untuk melihat rupa es krim itu.

"Wahh!! Bentuknya seperti mochi sungguhan! Lihat Midoriya!" Serunya sambil menunjukkannya kepada Izuku. Gadis serba pink itu menyerahkan es krim itu pada Izuku, lalu mulai membukakan kulkas.

Izuku memandang es krim mochi di tangannya itu dengan lekat, memijitnya sedikit. Matanya berbinar takjub.

"Benar-benar seperti mochi sungguhan... " katanya kemudian.

"Benar kan?" Ashido mulai memajang es krim itu dengan cepat agar es krim - es krim itu tidak cepat mencair. "Aku harus mencoba es krim ini nanti, " tambahnya.

Akibat dari tingkah laku Izuku dan Ashido yang menggelitik keingintahuan, beberapa karyawan lain mulai iseng bertanya penasaran tentang apa yang mereka peributkan.

Tokoyami yang tempat berjaganya paling dekat dengan pajangan milik Ashido menjadi orang pertama yang mengawali rasa ingin tahu mereka. "Ada apa?" Tanyanya ingin tahu.

"Ada es krim baru!" Jawab Ashido sambil terus melanjutkan pekerjaannya memajang es krim.

"Es Krim baru?"

Jirou dan Mineta mulai ikut nimbrung. Jirou ikut membantu membuka kardus berisi es krim baru lainnya dan Mineta membantu Ashido menyusun es krim itu dalam kulkas.

Tokoyami bergumam, "Ada tiga rasa baru. Mereka kreatif sekali ya... Aku jadi ingin membeli satu." Iapun ikut membantu memajang es krim yang baru saja dibuka oleh Jirou.

"Aku juga ingin membelinya!"

"Aku juga! Akan kucoba ketiga-tiganya!" Sahut Mineta berapi-api.

Izuku yang telah puas mengamati es krim mochi itu lantas segera meletakkannya ke dalam kulkas. Ia tidak bisa berlama-lama di sini karena masih memiliki pekerjaan yang belum terselesaikan. Ingat, masih ada beberapa mentega yang belum dibungkusnya di gudang sana.

Izuku pun berdiri. "Maaf, Ashido-san... Aku tidak bisa banyak membantumu, masih ada mentega yang perlu kubungkus di gudang. Kacchan akan marah padaku kalau aku terlalu lama di sini."

Ashido mengibaskan tangan sambil tersenyum lebar. "Tidak apa-apa kok, kau sudah cukup membantuku tadi. Terima kasih ya!"

Izuku mengangguk. "Iya. Kalau begitu aku kebelakang dulu." Ucapnya sambil melangkah pergi meninggalkan Ashido dan teman-teman lainnya.

Selepas kepergian Izuku, Ashido mulai berbicara kepada ketiga temannya. "Sebaiknya kalian segera ketempat kalian juga, bisa gawat kalau sampai si bos muda menemukan kita berkumpul di sini. Biar aku saja yang memajang semua es krim ini."

"Apa kau yakin tidak apa-apa?" Tanya Tokoyami. Ia tidak merasa terusir sama sekali, karena ia tahu; Ashido juga peduli pada mereka. Bisa sangat gawat jika sang bos muda, Todoroki Shoto, menemukan mereka tengah meninggalkan pajangan masing-masing. Bisa-bisa hukumannya adalah menjadi cleaning service.

Tokoyami jelas tidak ingin itu terjadi.

"Baiklah. Jirou, Mineta, ayo kembali ke pajangan kita..." Ajaknya. Ketiga orang itupun segera meninggalkan tempat Ashido untuk menuju tempat mereka yang seharusnya.

"Maaf tidak bisa banyak membantu... " Ucap Jirou sebelum benar-benar menjauh.

Ashido nyengir lebar tanpa beban. "Tenang saja! Aku bisa sendiri!"

Jirou dan Tokoyami tersenyum. Mereka memang tidak perlu mengkhawatirkan teman mereka yang satu ini.

Tangan Izuku dengan telaten membungkus mentega timbang untuk yang terakhir kali.

Dengan segera ia rapikan semua perlengkapan yang digunakannya untuk menimbang mentega tadi, lalu mulai menaruh semua mentega itu di dalam troli belanjaan. Ia pun berdiri, kemudian mendorong troli itu kedalam toko menuju pajangan milik Yaoyorozu.

"Yaoyorozu-san?! Aku sudah menimbangkan mentega yang kau minta!" seru Izuku sambil meletakkan troli itu tepat di depan rak khusus mentega.

"Terima kasih, Midoriya-san! Taruh saja disitu! Ah, ya? Apa ibu ingin saya mengambilkan sterofoam itu? Tolong tunggu sebentar..."

Izuku yang mendengar suara milik Yaoyorozu langsung saja mengerti. Sepertinya sang gadis tengah sibuk melayani seorang pembeli. Tak ingin mengganggu, Izuku lantas menjauh dari tempat milik Yaoyorozu.

Sebenarnya sejak tadi Izuku terus saja kepikiran akan es krim baru yang beberapa waktu lalu dilihatnya. Dan karena ia merasa sedang tidak punya pekerjaan saat ini, menurutnya lebih baik ia mencoba es krim baru itu. Lebih cepat lebih baik, pekerjaan tidak akan mau bertoleransi dengan Izuku yang tipikal mengutamakan pekerjaan dibanding waktu luang.

Izuku pun segera berjalan menuju pajangan milik Ashido dimana letak es krim baru itu berada. Ia sudah tidak sabar, kira-kira seperti apa ya rasanya? Apakah akan senikmat es krim Vanilla Corn yang pernah ia makan sebelumnya?

Izuku menatap tertarik es krim yang terpajang rapi di dalam kulkas itu. Tangannya yang putih bergerak menyentuh dinding kaca kulkas, seketika rasa dingin menjalar di telapak tangan kanannya.

"Hmm... Mana yang pertama kali harus kucoba?" Tanya Izuku pada dirinya sendiri. Es krim- Es krim itu terlihat sangat mengundang untuk Izuku cicipi, ia jadi bingung ingin memilih yang mana, sebab uang yang ada di kantungnya nampaknya hanya cukup untuk membeli satu buah es krim saja.

"Hei, Midoriya! Sedang apa kau disitu?!"

Sedang sibuk-sibuknya Izuku berpikir, seseorang memanggil dirinya, membuat pikiran Izuku kacau seketika.

"Ki-kirishima-kun? Ada apa?" Tanya Izuku panik, efek karena dipanggil secara tiba-tiba.

Kirishima terlihat tengah tergesa-gesa. "Tuan muda Todoroki memanggilmu ke ruangannya di lantai atas, Sebaiknya kau segera kesana!"

Izuku berkedip bingung, untuk apa si bos muda memanggil dirinya? Apa ada hal penting yang ia ingin bicarakan sampai-sampai harus memanggilnya ke ruang pribadi di lantai atas rumahnya?

Perlu di ketahui, lantai atas toko mereka juga merangkap rumah milik sang Todoroki muda. Rumah khusus tentunya. Jadi pasti ada hal kelewat pribadi yang ingin di sampaikan orang itu kepada Izuku.

Seketika saja Izuku mengerti.

Dasar si bos mudanya itu, memanfaatkan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi. Izuku jelas tahu modus sang bos yang merangkap sebagai kekasihnya itu tanpa perlu berpikir lebih dalam lagi.

Menghela nafas ringan sambil memaklumi tingkah bosnya, iapun mengangguk. "Baiklah. Aku ke lantai atas dulu, Kirishima-kun." Ucapnya dan dibalas anggukkan oleh Kirishima.

Izuku berjalan menuju gudang diekori oleh Kirishima, dengan tujuan mereka masing-masing tentunya.

Izuku menggerutu dalam hati. Gagal sudah rencananya, sepertinya ia terpaksa harus menunda dulu keinginannya untuk menikmati es krim baru itu.

Izuku mengetuk pintu di hadapannya dengan pelan, sengaja memberi sinyal kepada penghuni ruangan itu akan kehadirannya.

"Permisi, tuan muda Todoroki."

"Masuk."

Setelah mendapatkan izin dari sang tuan muda, barulah Izuku membuka pintu itu. Bunyi derit pintu terdengar mengisi kekosongan yang nyata.

Mata hijau bening mengintip sedikit melalui sela pintu, sebelum sang empunya benar-benar masuk kedalam ruang kerja privat sang bos yang minim akan pencahayaan itu.

Sambil menundukkan kepala, Izuku berdehem, "Ada yang bisa saya bantu tuan muda?" tanyanya.

Melalui ekor matanya yang menatap sedikit ke atas, pemuda bersurai hijau gelap itu dapat melihat sebuah rasa puas dari raut wajah pria dihadapannya yang tengah duduk angkuh di kursi nyamannya.

Todoroki Shouto tersenyum menahan sesuatu, seperti yang Izuku duga.

Pria itu pasti tersenyum puas karena telah membuatnya datang kemari.

"Tentu saja ada, Midoriya. Kau pikir apa alasanku memintamu datang kemari, hmm...?"

Kreekk...

Shouto bangkit berdiri dari kursinya. Pria bersurai setengah merah putih itu melangkah perlahan kearah Izuku dengan kedua tangan dibelakang tubuhnya, sengaja memberi tekanan kepada pemuda yang lebih pendek di depannya.

Semakin sang pria berhelai merah putih mendekat kearahnya, semakin Izuku menundukkan kepala, dan mulailah wajah pemuda pendek itu dirambati sulur merah muda hingga Izuku tak berani membuka mata.

Tepat ketika mereka saling berdiri berhadapan, Izuku dikejutkan akan hawa dingin yang menyentuh hidungnya hingga membuatnya membuka mata.

Ada sebungkus es krim berwarna orange yang mengacung di bawah hidung bangirnya.

Itu Orange Tongue, es krim baru yang sangat ingin Izuku cicipi.

Izuku tak mengerti, mengapa sang bos muda menunjukkan es krim baru (yang sayangnya, belum dicicipinya) itu di depannya? Ia lantas mendongak menatap wajah tampan pria di depannya.

"Untuk apa ini, Todoroki-sama?" tanyanya bingung.

"Untuk apa lagi kalau bukan untuk dimakan, Midoriya?" Bosnya itu tersenyum lebar, "Pemilik produk es krim ini memberikanku beberapa es krim keluaran terbarunya sebagai tester, jadi kupikir akan menyenangkan kalau memakannya bersama denganmu di sini."

Wajah Izuku merona. Sang bos yang merangkap kekasihnya itu kadang tindakannya terlalu aneh namun selalu mampu membuat hati Izuku menghangat, bahkan untuk tindakan sekecil apapun.

"Ta-Tapi kenapa harus memakannya disini?" Tanya Izuku sangsi. Habisnya sang bos muda mengajaknya makan di ruangan pribadi dan hanya mereka berdua saja di dalamnya.

Apa ini kencan? Memangnya apa boleh melakukan itu di saat jam kerja? Apa tidak akan ada yang memergoki mereka?

Ehh? Memangnya apa yang akan mereka lakukan selain makan es krim?

Banyak pemikiran-pemikiran tak penting yang berputar di benak Izuku, dan semua itu melayang pergi saat sebuah tangan kokoh memeluk pinggangnya posesif. Izuku tak sempat menarik nafas. Wajah sang bos berhadapan dengannya dalam jarak satu senti, hanya dengan sebuah pergerakan maju yang kecil dan mereka akan langsung berciuman.

"To-Todoroki-sama?!!" Nafas Izuku tertahan.

Kekeh pelan terdengar dari si helai merah putih saat merasakan tubuh di pelukannya menegang. Kepalanya bergerak maju membisikkan sesuatu tepat di telinga kanan Izuku.

"Santai saja Izuku, bersikaplah seperti biasa. Jangan memanggil nama keluargaku di saat kita hanya berdua saja, panggil aku Shouto... " Bisiknya seduktif, mampu untuk membuat Izuku merinding tiba-tiba.

"Uhh... Baik, Shouto-kun... " Izuku mengangguk malu-malu dalam dekapan sang kekasih. Ia selalu saja lupa dengan hal itu.

Shouto menyerahkan es krim itu kepada Izuku, memintanya untuk membuka es krim itu.

Izuku lantas menuruti permintaan sang kekasih. Dibukanya kemasan yang membungkus es krim itu dengan tenang, lalu menarik stik es krim didalamnya. Seketika hawa dingin dan aroma asam manis jeruk menggelitik penciumannya. Izuku merasa saliva dalam mulutnya berkumpul menjadi satu.

Mata hijau bening menatap lurus. Es krim Orange Tongue, sesuai namanya; yang berarti lidah jeruk. Bentuknya benar-benar mirip replika lidah manusia dengan warna jeruk yang cerah, hanya saja ukurannya sedikit lebih besar.

Izuku mendongak untuk menatap Shouto ketika menyadari sesuatu. Yang di tatap lantas mengangkat kedua alisnya.

"Apa?"

"Shouto-kun tidak ikut makan? kenapa hanya bawa satu?" Tanya Izuku bingun ketika sadar bahwa sejak awal Shouto hanya memperlihatkan padanya satu buah es krim saja.

Shouto terkekeh, tersenyum miring. "Aku hanya bawa satu untuk berdua. Izuku makan lebih dulu, kemudian baru aku, " Jawabnya sambil mengusap lembut surai hijau gelap milik sang kekasih mungilnya. Jika Shouto perhatikan lagi, kekasihnya ini memang cukup mungil meski tidak terlalu pendek, sangat pas untuk masuk ke dalam dekapannya.

"U-Umm... Baik..." Angguk Izuku paham, kembali ia tatap es krim di dalam genggamannya itu. Saat Izuku menggerakkan stiknya, ujung es krim itu langsung bergoyang-goyang kecil, persis seperti lidah asli yang lentur meski sedikit kaku.

Wajahnya merona saat ia membayangkan sedang memakan es krim lidah itu. Pasti akan terlihat aneh kalau ia menjilatnya, kesannya seolah-olah ia sedang menjilati lidah seseorang.

Izuku mendengus kuat sebagai ganti menggeleng, sebab Shouto pasti akan kebinggungan saat melihatnya menggeleng tiba-tiba.

Mengabaikan pikiran negatifnya yang sempat terlintas di dalam otak, Izuku segera memasukkan es krim lidah itu ke dalam mulutnya.

Seketika rasa asam dan manis jeruk yang segar langsung memenuhi rongga mulut Izuku, membuat salivanya berkumpul dengan banyak. Izuku memejamkan mata demi meresapi rasa nikmat yang memanjakan lidahnya.

Wajah Izuku kembali merona saat memikirkan jika es krim yang sedang di jilatnya ini adalah lidah Shouto. Jelas lidah kekasihnya itu tidak berasa jeruk, namun sensasi dari memakan es krim itu membuatnya berpikiran yang tidak-tidak.

Shouto yang melihat sang kekasih memakan es krim itu dengan penuh penghayatan, perlahan menyunggingkan seringai tipis saat melihat wajah sang kekasih merona merah.

"Bagaimana rasanya, Izuku?" Tanya Shouto penasaran, sengaja memancing kekasihnya itu.

Izuku yang ditanyai seketika tersentak, ia segera melepaskan es krim itu dari mulutnya dengan wajah merah padam.

"E-Enak!!!" Jawab Izuku salah tingkah.

Shouto terkekeh, "Benarkah?" tanyanya tertarik.

Izuku mengangguk-angguk cepat, "I-Iya! enak sekali, Shouto-kun!"

"Hmm... Kalau begitu sekarang giliranku... "

Izuku tak sempat bereaksi saat tangan kiri Shouto menarik pinggangnya untuk mendekat dan tangan kanannya mengangkat dagu Izuku untuk mendongak, lalu dengan cepat melahap rakus bibir Izuku.

"Umpph!!"

Izuku sempat kaget dengan tindakan tiba-tiba Shouto yang mencium bibirnya, namun seiring melembutnya ciuman itu, perlahan dirinya ikut terbuai dengan ciuman sang kekasih.

Es krim Orange Tongue yang terkulai lemas di tangan kanan Izuku perlahan mulai mencair sebab terabaikan. Yang kemudian meluncur jatuh karena genggaman pemuda bersurai hijau itu melemah.

Bibir bawah Izuku mulai di gigit-gigit oleh pria merah putih itu dengan gemas. Lidah Shouto menekan bibir Izuku lembut, meminta izin untuk masuk. Izuku yang menerima dengan perlahan membuka mulutnya, menyambut lidah Shouto yang menerobos masuk dengan menggunakan lidahnya.

Tangan kanan Shouto berpindah ke bagian belakang kepala Izuku, meremasnya pelan.

"Nghh!!" Izuku melenguh saat Shouto dengan jahilnya menghisap lidah Izuku kuat seolah ingin menariknya keluar.

Kegiatan itu berlangsung cukup lama dengan Izuku yang setia meladeni permainan lidah Shouto.

Ketika Izuku merasa bahwa dirinya mulai kehabisan nafas, tangan kirinya yang kosong secara refleks meremas jas bagian belakang Shouto untuk meminta di dilepaskan.

Shouto yang sadar akan peringatan yang Izuku berikan, dengan keberatan mulai melepaskan tautan bibir mereka.

"-Pwuahh!!" Izuku dengan rakus meraup oksigen sebanyak mungkin begitu ciuman mereka terlepas. Wajahnya memerah hebat, tak di pedulikannya saliva yang kini telah mengalir keluar dan menggantung di sudut bibir.

Shouto menghirup nafas dalam, kemudian menyeringai senang ketika melihat Izuku yang wajahnya kini terlihat menggoda dengan wajah memerah, pandangan sayu, dan bibir membengkak. Lidahnya menjilati sudut bibirnya yang basah.

"Ternyata kalau dibedakan, rasa mulut Izuku memang lebih enak daripada rasa es krim baru itu, " Komentar Shouto langsung.

BLUSSHH...

Izuku yang mendengar kata-kata itu langsung saja meledak. Ini pertama kalinya bagi Izuku dipuji secara vulgar oleh kekasih merah putihnya itu, karena selama ini Izuku tak pernah mendengar Shouto mengatakan komentar vulgar tentang dirinya.

"Ja-Jangan menggodaku!" Protes Izuku kesal dengan rupa semerah keliting rebus.

"Aku hanya berkata jujur... " Ucap Shouto seadanya. "Daripada itu. Bagaimana kalau kita lanjutkan lagi ne, Izuku... " Desisnya.

Izuku meriding mendengar namanya di panggil dengan nada suara seperti itu. Jika Shouto telah menyebut namanya dengan nada berat seperti itu, maka Izuku sudah tahu apa yang selanjutnya akan terjadi. Belum lagi mengingat bahwa hanya ada mereka berdua di lantai dua ini.

Izuku merasakan firasat buruk begitu sadar akan kenyataan bahwa ia telah masuk ke dalam rencana licik Shouto.

Mari berdoa agar Izuku tak merasakan nyeri pada bagian pinggulnya saat turun dari lantai dua nanti.

END...

Akhirnya selesai juga (Lap keringat).

Jujur sempat frustasi gegara cerita ini tiap kali pengen saya edit sebelum ingin di publish selalu saja ada bagian yang kehapus, padahal sudah selesai di tulis seminggu yang lalu, jadilah di tulis lagi (-, -)

Oh ya, cerita ini saya buat untuk @Chieko_Kamui. Makasih ya ceritanya, saya tunggu lanjutannya...

Oke, sekian... Jangan lupa komentarnya ya!