Disclamer : Naruto milik Masashi Kishimoto
Cast : Nohara Rin, Haruno Sakura, Team Seven!
Setting : AU TEEENLIT! Yahaa, anggap baca novel aja yah jangan fanfic! XD
Warning : bender Team Seven All Generation! Umur mereka dicampur aduk. Kecuali Minato. Maaf kalau aneh, baru kali ini nekat bikin fic yang penempatannya dipaksa-paksa begini XD
Note : untuk tampilan RinSaku, rambutnya bisa diliat kayak avatar yang lagi kupake rambut mereka kan pendek tuh, dikuncir model anak sekolahan.
Ih, Gantengnya!
Nohara Rin menggenggam kedua tali ransel flat yang tersampir di masing-masing pundaknya dengan santai menapaki lorong sekolah. Ini adalah hari pertama baginya masuk ke SMA Konoha sebagai angkatan pertama alias junior. Rambut cokelatnya yang pendek dikuncir, menciptakan buntut rambut di belakang kepala yang bahkan lebih pendek dari poninya! Lihat saja poni belah tengahnya yang menggantung sampai ke dagu itu.
Mata hitamnya melirik ke mading sekolah, ada kertas-kertas ukuran A4 yang berjejer rapih berisikan tabel murid perkelas. Kebetulan! Rin riang sambil menyisir sebelah poni belah tengahnya yang gondrong sedagu. Memang masa orientase di hari pertama kemarin ia sudah jatuh pingsan karena kepanasan, lalu berakhir tepar di atas kasur rumah selama dua hari.
Di balik kejadiaan naas karena tubuhnya sedang gak fit, Rin juga cengar-cengir merasa lolos dari masa penyiksaan dan intimidasi para senior psycho yang gila hormat. Baru saja jarinya menelusuri setiap nama di tabel pertama, sebuah suara membuatnya menoleh.
"Hai, kamu!"
"Eh?" Rin menoleh dan langsung cemberut mendapati cewek berambut pink yang punya style mirip kayak dirinya sendiri. Persis deh, dandanan rambutnya, bodi kurusnya sampe ransel flat kotaknya! Yah, bedanya sih di poni. Kalau Rin poni belah tengahnya panjang mengerucut sedagu, klo cewek pink itu poninya cuma sampe ke tulang pipi.
"Iya, kamu, Nohara Rin!" cewek berambut pink itu melemparkan picingan mata sinis sambil berkacak pinggang. Rin melipat kedua tangannya di depan dada menanggapi cewek pink yang sedang mengangkat dagu dengan belagu itu.
"Ada perlu apa, Haruno Sakura?" tanya Rin dengan nada dan tatapan meremehkan.
"Lo, masuk kelas X-2 dan gue masuk X-3!" ungkap Sakura, "Kita nggak bisa saingan dalam kelas lagi deh! Eh, ngapain lo ngeliatin gue kayak gitu?" hardik Sakura mendekat, "Nantangin, hah?" Sakura melinting lengan seragam putihnya.
Rin melotot dan menipiskan bibirnya terlihat kesal, "Belagu amat lo, nggak ngaca tuh badan lo krempeng?!"
"Kok lo bawa-bawa body sih? Sorry aja yah, body gue langsing kayak super model Amerika."
"Terus, gue harus iri gitu sama cewek yang naksir seorang gay jutek yang model rambutnya nggak jelas?"
"Eh, kok lo bawa-bawa gebetan sih? Dari pada lo, naksir sama cowok yang selalu pake masker. Demi Tuhan, Riiiin. Bahkan gak ada orang yang pernah liat tampangnya dan lo udah tergila-gila sama dia?!"
"Psssssstttt!" terpaksa Rin nemplokin tangan di congor Sakura yang sekali ngomong bisa nerocos kayak kereta nggak bermasinis. Nggak liat sikon! Nggak ngecilin volume lagi.
"Kampret," Rin mendelik sambil lirik kanan-kiri, "Ember bocor banget sih lo!"
Cewek berambut pink itu nyengir sambil merangkul pundak Rin, "Baru aja gue mau jenguk lo hari ini. Lo gak apa-apa kan?" tanyanya khawatir sambil menghadapkan Rin ke arahnya dengan memegang kedua pundaknya, "Udah sembuh kan? Gila, kemarin gue takut banget lo kenapa-kenapa!"
Rin memutar bola matanya, "Sejak kapan seorang Haruno Sakura mengkhawatirkan Nohara Rin yang malang ini?"
"Yah, kok gitu sih lo ngomongnya," Sakura berlagak sedih, "Jahat deh. Kita kan sahabatan dari masih ngompol sampe segede gini…"
"Gede apanya? Lo nggak inget, 'tag' permanen kita sebagai cewek kurang gizi satu SMP?" seru Rin pura-pura sakit hati. Sakura tertawa kecil, "Ya elah, masih diinget aja. Itu sih kerjaan pacar lo tuh, Obito, si anak mading yang rese gak ketulungan pake bikin polling cewek terkurus se-SMP Konoha lagi."
"Bukan pacar gue!" Rin nyela nggak terima, "Berapa kali sih, harus gue kasih tahu kalo satu-satunya cowok di hati ini cuma…" Rin berbisik, "Kakashi-kun seorang…"
"Ihiy, nyatain dong neng Rin." Sakura mencolek dagu Rin, "Hati-hati. Cinta dalam diam bikin sakit hati."
"Apaan sih lo," Rin cemberut, "Gue kan cewek, masa harus gerak capcus? Dimana harga diri gue?"
"Duh, aduh… Berapa sih harga lo?" Obito, cowok berambut hitam jabrik dengan cengiran tengil, nyamperin Rin, "Gue beli deh…"
"Eloooo?" Rin menunjuk hidung mancung cowok tampan itu. Menatapnya tidak percaya, "Kok bisa lo masuk SMA ini?"
Obito berdecak membenahi sebelah gantungan ranselnya di pundak kiri, Rin hampir nganga kalau saja Sakura tidak buru-buru mendorong dagu Rin agar tertutup karena melihat Obito begitu berbeda dengan seragam putih abu-abu.
Kalau dulu Obito pakai putih-biru kayak bocah bandel yang hobi ngejar mobil terbuka buat tumpangan pulang sekolah, sekarang Obito pakai putih abu-abu kayak bad boy dengan baju yang nggak dimasukin sama sekali!
"Duh, jangan terpesona gitu dong. Jadi pengen pipis nih," dan suara Obito sukses bikin rusak acara terkesima Rin. Rin mendengus, "Ya udah ngompol aja sana," perintahnya melipat tangan kembali, "Nanti gue liatin dan gue ke-ta-wa-in!"
"Jangan jutek-jutek dong." Obito pura-pura lesu, "Seenggaknya kasih gue reward kek karena udah berusaha keras masuk SMA yang sama. Lo gak liat nih rambut gue sampe jabrik gak bisa lurus lagi karena kebanyakan belajar?"
Sakura tertawa, Obito tersenyum dan Rin malah cemberut. "Rambut lo dari brojol juga udah begitu. Nggak usah belagak pernah punya rambut kayak model shampoo deh."
"Oh, jadi gue ada tampang model ya? Hm, hm…" Obito mengangguk-angguk sok penting. Rin melepas lipatan tangannya dengan tangan gemas ingin menjambak rambut hitam teman SMP-nya itu.
KRIIIIINNGG!
"Oh mahadewa bel sekolah, kau selamatkan hidupkuuu…" Obito berseru sambil menjulurkan lidah ke belakang selagi berlari menghindar amukan Rin.
Sakura tertawa keras selagi Rin menggerutu tiada henti. "Kampret, ya. Sial banget hidup gue. Kenapa bisa, coba, anak petakilan kayak dia masuk sekolah ini?"
"Ih, nggak boleh gitu luh… dia manis juga mau ngejar-ngejar lo sampe sini."
"Kebayang deh berapa guru private yang bunuh diri saat frustasi bimbing dia biar masuk sekolah ini."
"Ah, jahat lo…"
"Bodo!"
"Hahaha."
"Jangan ketawa deh, gue sumpahin Naruto masuk kelas yang sama ama lo!"
"Nggak mungkin—"
"Sakura-chaaaan!"
JENG-JENG-JENG!
Sakura membeku. Sama dengan Rin. Bedanya kini, Rin tertawa sejadi-jadinya, berlari ke kelasnya meninggalkan Sakura sendiri terpaku di depan pintu kelas.
"Na-naruto?" Sakura menatap hopeless dan melirik ke arah kepergian Rin. Sial, Rin. Lo kalo nyumpahin nggak kira-kira! Manjur pula! Minum menyan berapa kendi lo?!
"Heheheee!" Naruto duduk di atas bangku tepat di depan meja guru, like a boss. "Gue udah booking posisi impian lo nih! Semua yang mau nempatin bangku ini, gue hajar!" jelasnya sambil meninju telapak tangan sendiri.
Sakura menaruh tasnya di sebelah Naruto. Memang benar bangku impiannya selalu tepat di depan guru. Tapi mana mungkin anak-anak pada rebutan bangku depan guru!
Sakura sempat terheran kenapa Naruto bisa ada di kelasnya, padahal sudah cek absensi kelas dan tidak ada yang namanya Uzumaki Naruto! Kalau Uchiha Sasuke sih ada. Yang dicari Sasuke, kok yang muncul Naruto?!
"Lo duduk sini?" tanya Sakura dengan tatapan heran dan sedikit geli. Naruto mengangguk mantap dengan ekspresi manis yang dibuat-buat. Ah, ya… Sakura lupa kalo Naruto ini anaknya Namikaze Minato, kepala yayasan Sekolah Konoha. Baik itu SD Konoha, SMP Konoha mau pun SMA Konoha.
"Yakin? Ini depan guru, loh, Nar. Lo kan suka berisik dan lebih suka duduk paling belakang."
"Demi lo dan hubungan kita, apa pun gue lakuin," Naruto sok bijak.
Sakura mendengus, "Sejak kapan, ya, kita jadian?"
"Sejak dahulu kala, adam dan hawa berjumpa…" sahut Naruto nggak nyambung sama sekali.
Sakura mengasamkan wajah, ia sedikit menggaruk-garuk rambut di belakang telinganya dengan satu jari. "Tapi, thanks deh," gumam Sakura, "Kalo nggak ada lo mungkin gue udah dapet duduk di belakang. Kesiangan sih…"
"Apa pun buat lo, Ra… Apa pun…"
"Iya, udah. Nggak usah drama!" Sakura jadi judes lagi gara-gara Naru nggak berhenti berekspresi berasa ganteng. Tapi tampang angker Sakura jadi bersahaja saat menoleh ke arah pintu ruang kelas. Masuklah seorang cowok super ganteng like hell yang bikin Sakura mendadak butuh udara.
"Pagi."
"Pagi, Senpaiii."
"Nama saya, Yamanaka Ino dan ini teman saya, Tenten. Kami dari OSIS akan membagikan jadwal dan denah sekolah. Juga memberitahu beberapa intruksi… oh ya, ada siswa yang telat nih. Namanya Uchiha Sasuke."
Dan Sakura tanpa sadar pasang wajah nista dibingkai kedua telapak tangannya sendiri. Ia hampir putus asa mencari sosok Sasuke di sekolah ini tadi, tapi ternyata Sasuke telat. Benar-benar lega deh rasanya sampai-sampai nyengir begitu lebarnya. Membuat cowok pirang di sebelahnya cemberut menatap sengit senpai berambut spike khas emo itu.
"Jadi, enaknya yang telat ini diapain ya?" tanya Tenten dengan nada main-main, melirik murid berwajah datar di sebelahnya.
"Ih, gantengnya!" gumam Sakura pelan, pelan sekali.
"Di suruh joget aja, senpaii!" seru Naruto tanpa ragu.
Di kelas Rin.
Rin tertawa puas atas celetukannya. Baru sekali ucap, abracadabra!, Naruto di depan mata! Hahaha. Tapi tawa Rin lenyap saat ia melangkah masuk, dan menemukan Obito melipat tangan bersandar di depan pintu kelas sementara isi kelas sudah penuh.
"Lama banget sih lo," gerutu Obito, "Kelas udah penuh tuh. Kita dapet bangku di pojokan, belakang. Seneng, kan, lo? Kita jadi bebas pacaran."
Rin garuk-garuk pelipisnya, meringis. Bangke. "Kok lo bisa ada di sini? Bukannya tadi lo itu ke… ke arah sana ya, kelas yang di ujung?" tanya Rin tunjuk-tunjuk arah belakang tanpa memutuskan pandangan herannya ke Obito.
Obito nyengir, "Tadi gue ke toilet dulu. Kan udah gue bilang tadi kalo mau pipis."
Rin masih diam, Oh Galiiiih Oh Ratnaaa, kenapa Obito bisa sampai ke kelasnya juga?
"Sini, sebagai gantle man, gue akan bawain tas lo." Obito secara paksa merebut tas ransel kotak yang flat itu dari pundak Rin. "Mulai sekarang, jangan ragu-ragu minta tolong sama gue. Gue tau gue sibuk dan banyak cewek-cewek yang caper minta tolong sama gue. Tapi tenang, kalo lo butuh bantuan, lo numeru uno kok! Nomor satu gitu deh…"
Rin menyeringai keanehan, "Heh, i-iya, deh. Suka-suka lo. Selama itu nguntungin gue. Jangan pernah marah suatu hari sama tindakan gue, ya? Lo duluan yang nyamperin gue buat jual diri begini…."
"Siap, Tuan Putri!"
Cengiran Obito pudar seketika saat seorang murid berambut perak dengan masker baru saja lewat membelah jalan yang ditutupi Rin dan Obito.
"Sorry, gue mau lewat," gumamnya telat karena udah nyelonong duluan.
Rin tanpa sadar pipi bertato ungunya memerah. "Ih, gantengnya…" bisiknya tidak kuasa menahan senyum! KYAA! GILA! KAKASHI TERNYATA DI KELAS GUE JUGA! Batin Rin menjerit melangkah dengan riang ke dalam.
Istirahat. Di kantin.
"INI BENCANA!" Obito menggeram kesal masuk ke stand ramen. "Mang, Teuchi, Ramennya atu yak… porsi gede!"
"Siap, bos!"
Obito langsung ambil tempat duduk paling tengah dan paling deket sama kompor deh. Cowok itu menggerutu berkali-kali. Perasaan dia sudah cek di daftar absensi kelas kalau Hatake Kakashi itu TIDAK ADA DI KELAS X-2, kelasnya bersama Rin. Tapi ternyata, Kakashi masuk begitu saja karena kesalahan pihak TU alias Tata Usaha.
Obito membuka mulut untuk bersiap mengumpat,
"WEDUSH!"
Namun suara orang di sebelahnya membuatnya urung dan malah menengok. Didapatinya Uzumaki Naruto mengamuk melahap satu porsi besar ramen dengan dua mangkuk kotor yang sudah habis isinya di sebelahnya.
"Si… hal… padwahal guwue udwah suswah paywah maswuk swene. Ketemwu lagwi sama kwunyuk—UHUK-UHUK!"
"Nak Naruto, gak apa-apa Nak?" tanya Mamang Teuchi yang langsung menyodorkan segelas air putih.
"OHOK-OHOK… nggak apa-apa,huk, mang…"
"Muka lo kenapa, Nar? Kusut amat kayak taplak meja nggak disetrika…" tanya Obito nggak sadar kalo mukanya sendiri juga sama kusutnya kayak sarung dilipet amburadul.
"Hah. Bwete nih gweh," Naruto masih belum rela nyetop nyedot mie ramennya kalo belum habis lima mangkok, "Apwa sweh bagwusnya Uchwihwa Swasukwe?"
"Hah? Kunciran Sule?"
"Uchihwa Sawsukwe!"
"Ukiran kue cakwe?" Obito mulai miringin kepala. Naruto emosi, "UCHIHWA SASWUKUHUK-UHUKK!"
"Yah," Obito membanting punggungnya di sandaran meja kayu kantin ini karena malas Naruto ngomong nggak jelas-jelas. Sementara beberapa murid laki-laki bersorak sorai menyaksikan Naruto sambil beryel-yel "MATI, MATI, MATI!"
Waduh, gaswat emang junior angkatan baru. Jangan dicontoh ya…
Ramen pesanan Obito pun datang dan dia nggak tanggung-tanggung melahap dengan ganas.
Sukses membuat warga kantin berpikir kalau Obito dan Naruto sedang lomba makan kayak tujuh belasan. Tergambar dari wajah frustasi keduanya yang seperti sedang tidak ingin terkalahkan.
"Hwu, hwuhu. Gwue prustwasiw cwewek idwaman gwe, Win, swuka samwa Kakaswie."
"Gwe jugwa swebel Sakwuwaw swuka Sawuke."
"Baguswan jugwa gwue lwebih macwho. Twampang gwue jugwa jelaws tanpwa ditwutuwp mwaskew!"
"Machwoan juwa guwe, dawi padwa muka mahwo kayaw Sawuke! Apwa bwagusnyaw Uchiwaw Sawuke!"
"Yaw bwaguw lha, orang dwia Uchiwa! Uchihwa tuwh tampwan elghwan menawan." Obito berkata masih menggebu melahap ramennya.
Naruto berenti sebentar, sekitar mulutnya sudah dilapisi kuah ramen. "Somplak lo ya, To! Kita ini lagi sehati, To…" Naruto bergumam lemah. "SEHATI, TO! SEHATI!" mendadak heboh dan menghentakkan mangkuk ramen kosongnya. "Ah, bete gue. Jadi nggak mood makan lagi kan gara-gara lo!"
Obito pun memandangi Naruto yang pergi melengos, dengan tampang kelewat polos. "Sehati? Dikira gue maho apa?"
"Naruto! KAMU TEH BELUM BAYAR TIGA MANGKOK RAMENNYA!" teriak teteh Ayame, anaknya mamang Teuchi.
"Nggak bisa liat orang galau apa? Obito tuh yang bayar! Karena dia bikin gue kesel!" sahut Naruto dari kejauhan.
"Wedus!" umpat Obito mendengarnya.
.
.
Tamat atau bersambung ya? XD sebenernya mau ketik oneshoot dan beraliran teenlit remaja. Tapi entah kenapa makin ke sini makin nista dan melenceng ==" untuk amannya aku kasih tanda complete dulu. Tapi lain kali kalau ada kesempatan aku pasti lanjutkan. Niatnya juga nggak bikin fic lawak tapi malah koplak begini jadinya aduduwwwhhh. Keluh kesah kritik dan saran, aku siap tampung! #hormat!
