Disclaimer : Orang kejam yang membuat Naruto belum memberikan kepastian pada Hinata *lirik Masashi Kishimoto* *digetok*

Didedikasikan untuk hari HTNH/ NHTD

Summary :

Siulet seorang wanita bergaun putih nampak menjadi objek pandang seorang pemuda. Nampak jelas dari raut wajah sang pemuda akan keterpesonaannya pada sang gadis.

Hanya satu gadis yang mampu membuat seorang Naruto terpanah. Gadis bernama Hyuuga Hinata…

Naruto POV

Hari yang cerah…

Kukembangkan senyum andalanku. Hari ini bukan hanya sekedar cerah, tapi hari ini merupakan hari terpenting dalam hidup wanita yang paling ku sayang selain ibuku, Hyuuga Hinata. Ini merupakan hari pernikahannya.

Kurapikan lagi tuxedo hitam yang sedang kukenakan, tak lupa kusematkan bunga melati palsu di dada kananku, sesuai permintaan Hinata. Rasanya seperti kemarin ketika kami masih kanak-kanak…

Flash Back

"Hueee…." isakan si anak perempuan membuatku panik. Dengan terburu-buru, aku langsung mengembalikan bunga melati yang ku rebut dari Hinata. Namun sepertinya itu tidak cukup untuk meredakan tangisnya.

"Kenapa sih? Aku sudah mengembalikan bunganya kan? Berhenti menangis!" gara-gara panik tanpa sadar aku malah membentaknya. Membuat dia memperkeras volume tangisnya.

"Ke- kenapa –hiks- Nalu-kun malah? –hiks- Be- berarti yang meleka –hiks- katakan benar…" ujar Hinata disela-sela tangisnya.

Kali ini aku tak habis pikir, apa sih yang diinginkan anak-anak perempuan itu? Kenapa mereka terus mengganggu Hinata? Bahkan bunga melati palsu -pemberian ibu guru TK mereka- mereka buat jadi bahan untuk mengerjai Hinata.

"Memang apa yang mereka katakan padamu?"

"Me- mereka bilang kalau bunga melati itu ru- rusak, aku gak bakal disukai cowok. Na-nanti aku gak bakal bisa jadi pengantin…"

"Aku yakin kau pasti akan menjadi pengantin! Kalau tidak ada yang mau, aku mau kok jadi pengantinmu." Argh! Wajahku terbakar. Kenapa aku harus langsung blak-blakkan seperti ini!

"Benarkah? Kalau begitu…" diraihnya bunga palsu itu. "Ambillah. Saat nanti aku jadi pengantin kau halus memakainya. Kalau Nalu, aku yakin bisa menjaga bunga itu." Jika dengan melakukan hal memalukan seperti tadi bisa menghasilkan senyum semenawan ini, mungkin…. Aku tak keberatan menjadi konyol.

End Flash Back

Hump…

Aku selalu merasa geli kalau mengingat kejadian itu. Kata orang, senyumanku itu secerah mentari. Tapi hanya satu senyuman yang dapat menerangi hidupku. Berlebihan? Mungkin. Tapi senyuman itulah yang membuatku menjadi seperti sekarang. Mampu melupakan masa lalu pahit ditinggal orang tua dan menjadi pemuda tegar seperti sekarang.

"Naruto! Cepatlah, kau harus masuk sekarang bukan bukan?" seru Sakura kesal. Sembari melemparkan senyuman minta maaf, aku bergegas memasuki gereja.

Inilah saat yang palling kutunggu-tunggu, masuknya sang mempelai wanita. Fokusku menajam. Membuat segala hal disekitar objekku mengabur. Salahkan saja objek itu, objek bernama Hinata.

Kulitnya yang putih bersih, rambut hitamnya, dipadukan dengan gaun putih yang indah. Benar-benar sempurna. Tak bosan ku pandangi tiap detail dirinya, hanya untuk semakin menyadari rasa cintaku semakin besar.

Perlahan tapi pasti, dia menuju ke arahku. Menaiki altar, berdiri disampingku.

Senyumanku semakin lebar, meski ku tau bahwa luka hatiku semakin besar pula. Aku puas seperti ini, berdiri disampingnya saat dia akan mengucapkan janji suci. Meskipun…

"Aku bersedia."

Kata itu tak ditunjukan padaku.

End Naruto POV

OMAKE

Hari mulai beranjak, malam semakin larut. Satu per satu tamu mulai pulang, ingin memberi privasi bagi pengantin baru. Begitupula dengan pemuda blonde kita.

"Aku duluan ya… 'Dia' pasti sudah tiba di rumah." kata Naruto sambil menjabat tangan sepasang sejoli itu. Dikulumnya senyuman, berharap tak akan ada yang sadar rasa sesak sedang melandanya.

Mereka kompak mengangguk. "Naruto, terima kasih sudah mau menjadi pendamping pria dan juga…" senyuman itu kembali muncul. "Untuk terus menjaga bunga melati itu." Meski sakit, ia tahu kalau ia telah berhasi menjaga senyuman itu.

"Naruto…"

Siulet seseorang nampak berdiri di depan Naruto, terus memandangi sang pemuda yang terlihat hancur.

Bruk…

Tepat waktu. Orang itu berhasil menangkap tubuh sang pemuda, terduduk, mendekapnya lembut. Diam, hanya itu yang mereka lakukan. Sampai…

"Ku mohon, malam ini biarkan aku seperti ini. Aku berjanji setelah ini…" mata shapphire itu nampak memelas. "Aku akan menjadi milikmu seutuhnya, tubuh dan jiwa."

Isak tangis mulai mengalun. Tanpa Naruto sadari, sebuah seringai penuh kemenangan menghiasi wajah orang itu.

Sayang…

Meski raga dan jiwa ini harus ku jual

Kan ku berikan hanya untuk menjaga senyumanmu

TAMAT

Hueee….

Ide gila ini muncul begitu saja, mengalir bagai tsunami, berguncang bagai gempa, memanas bagai lava…. *digeplak, sok puitis*

Bagaimana? Kurang angst? Gak jelas? Give your comment please 0_0 V