"UnLucky?"
Pairing : Kyusung? Or...?
Genre : Fluff, smoothy romance, and drama
Rate : T
Warn : YAOI, BOYS LOVE , miss Typo(s), full of weirdness, bad Plot, bad Idea, Fail, No Feel and...
UN-OFFICIAL PAIR!
.
DON'T LIKE? DON'T READ AND DON'T BASH THE PAIRING INSIDE!
.
.
.
Pola dunia nyatanya begitu menjemukan
Itu-itu saja.. tak bervariasi—kurasa
Yang jahat terlalu di pojokan, Si baik dielukan pada akhir cerita..
Hei, katanya Dunia itu adil?
Aku tak baik.. namun, aku tak sepenuhnya menjadi si otokratis.
Kapilaritas sisi nalarku tak berfungsi dengan semestinya.
Aku hanya sedang tak beruntung, hiburku dalam remang.
.
.
.
.
.
.
Kyu. Kyuhyun. Cho Kyuhyun
Gelarnya sudah sangat tinggi..
Eits! Jangan dulu iri padanya. Dan menganggap semua artian itu denotasi.
Julukannya Iblis. Si Iblis tampan calon penghuni neraka tingkat delapan. Pertanyaanku; apa Tuhan sudah membangun satu lantai lagi untuk usaha menampung para makhluk-Nya yang tak tahu diri itu?
Sebalnya adalah, Seorang Cho 'Evil' Kyuhyun tak mau mencoba untuk sedikit peduli atau minimal mengeliminasi kefantastisan gelar yang disematkan terkhusus untuknya saja.
Pertanyaanku yang lain; belum mati saja ia sudah—hampir—pasti menduduki posisi teratas dari panglima makhluk tak tahu budi, apa jadinya jika dia sudah benar-benar mati?
Mulai dari saat ini, kurasa kalian sudah harus mempersiapkan gelar kehormatan yang lain untuk penyambungan dari nama terakhirnya. Cho-Kyuhyun-... terserah! Itu bebas.
Kyuhyun tipikal individu pecinta kebebasan. benci ketidakberdayaan. Apalagi sebuah pemasungan hak.
Jika suka, apa guna usaha pelariannya dari 'neraka' waktu itu?
.
.
.
Konsep yang melatarbelakangi prinsip kebebasan yang dijunjung tinggi oleh seorang Cho Kyuhyun adalah sebuah kondisi yang menurutnya begitu kusut. Tak dapat terurai di neuron otak jeniusnya.
Terlahir dari keluarga ningrat, berstrata jauh lebih tinggi dari yang lain, serta di hormati dan di agungkan oleh semua pihak tak lantas membuatnya berbangga hati apalagi menikmatinya.
Hidupnya tak bebas. Ini itu diatur. Mau apa harus terlebih dahulu melalui proses acceptasi dari yang punya kuasa—disini konteksnya adalah sang ayah yang pada faktanya begitu mencintainya. Hanya mungkin kepekaan Kyuhyun belum sepenuhnya bekerja selaras dengan kejeniusan yang menjadi poin keseimbangannya.
Tak bisa ini, tak boleh itu. intinya, jadilah anak penurut sepanjang hayat selama kau masih bernafas. kedua adalah; selama kau masih menginginkan namamu tertera dalam kartu keluarga—penikmat resmi dari harta warisan kelak yang ditinggalkan.
Dan sekali lagi, Cho Kyuhyun itu pecinta kebebasan.
Tepat enam bulan yang lalu, ia memilih merealisasikan prinsip hidupnya tersebut.
Hal yang paling pertama dilakukannya adalah; kabur dari rumah dengan sebelumnya menguras habis tak bersisa rekening atas nama sang ayah yang kebetulan ia tahu percis nominal isinya. Karena apa, ayahnya sangat berbangga pada dirinya yang menyandang label putra satu-satunya.
Bebas menurut versi dari seorang Cho Kyuhyun, berarti; bebas berperilaku, bebas bergaul, bebas mengencani siapa saja, bebas meniduri tubuh manapun, dan terakhir, bebas menumpas segala macam bentuk yang dapat membahayakan keselamatannya.
Kini, detik ini, seorang Cho Kyuhyun tengah sedikit menyesali prinsip kebebasannya itu. rupanya, satu dekade lewat dari abad millenium, Karma masihlah berlaku.
"Cih, brengsek! Dasar banci! Pecundang!"
Mulut si gagah mengumpat. Menyerapahi. Tentu menambah lagi catatan dosa pada lembar buku sang Atit.
Wajahnya hampir-hampir tak berbentuk. Liquid kental sewarna delima merembes melalui pori-pori wajahnya. Darah segar dengan bebasnya menelisik keluar entah itu dari pelipis, hidung maupun sudut bibir tebalnya.
Acak-acakan!
Ketampanannya menguap entah kemana. Ditambah dengan juga lagi-lagi darah merangsek menyusuri pangkal lengannya.
Tak ada akibat jika tak ada sebab..
Tak ada reaksi jika tak ada aksi..
Kyuhyun—kembali beradu otot dengan manusia-manusia brandal seangkatannya. Serumpunnyapun.
Kronologinya adalah; ia pergi ke Pub, mencumbui wanita—tak tahu siapa— lalu ketika hampir ke taraf 'awas' yang juga merupakan sesi pamungkasnya , yaitu meniduri sang wanita, malapetaka mengganjal niat 'mulianya' itu.
Kekasih sang wanita tiba-tiba datang dengan belasan antek-anteknya. Tak tanggung-tanggung, semuanya membawa apapun yang berbau kriminalitas.
Kyuhyun jelas tak siap sedia, walaupun prinsipnya adalah Cho Kyuhyun haram dikalahkan.
Semuanya terjadi begitu cepat. Hingga pada akhirnya ia harus menderita-semenderita-ini.
Terpukul, tergores, tertendang, hampir tertusuk, dan paling tak beruntungnya adalah lengan kanannya tertembus oleh sebuah kaliber milik si banci—julukan untuk namja sok tampan kekasih dari wanita yang hampir dibuatnya menuju surga dunia.
Matanya mulai buram. Ia sudah kehilangan banyak darah dari semenjak usaha pelariannya dari tempat maha laknat itu.
Satu pukulan K.O kini tersemat dengan tinta hitam di cacatan muram milik si Iblis—yang biasanya—tampan itu.
"Akhh! Brengsek!"
Tangan kirinya ia tekan kuat-kuat pada pangkal lengannya yang terkena tembakan. Sakit. Panas. Perih pun.
Tak peduli apapun, ia coba maksimalkan kekuatan kakinya untuk terus menjauh. Menjauh dan menyingkir. Mana tahu para banci-banci itu masih bernafsu untuk merontokkannya hingga ke sumsum tulang dalamnya.
Bug
"AKHH-!"
Kyuhyun memekik begitu kakinya terasa amat kebas. Mati rasa. bagaimana bisa batu sebesar dan se agung itu terlewat oleh indera lihatnya?
Jatuh tersungkur entah di medium yang bagaimana. Rasanya basah. Becek. Dan uhh~ Bau!
"Biadab!"
Dalam kesakitan saja, pengumpatan tak telak mau dilewatinya. Cukup Cho, jangan membuat dirimu makin terlihat menyedihkan.
Inginnya bangkit, namun rasanya kakinya tiba-tiba mengalami gejala stroke. Oh.. bagaimana ini?
Menghembuskan nafasnya kasar juga jenuh, Kyuhyun mulai merasakan makna apa itu pesimistis.
'Ya Tuhan, pikirkan kembali masak-masak jika kau ingin mengkebiri sukmaku! Aku begitu buruk dan terkutuk. Aku tak pantas mati sekarang. sungguh.."
Sebelum proses negosiasinya dengan sang Khalik benar-benar dimulai, terlebih dahulu tubuhnya roboh dan ia tak bisa melakukan apapun. Gelap itu merambatinya.
'hanya ingatkan aku untuk selalu bersemboyan, aku hanya kembali sedang tak beruntung!'
Idiot!
.
.
.
Hal paling awal masuk ke indera dengarnya adalah sebuah suara lembut pelantun lagu yang demi apapun begitu digilainya. Well, Cho Kyuhyun sedikit melankolis nyatanya.
'and i will try...to fix you..'
Caramelnya menjadi asimetris begitu mendapati cahaya masuk melalui kisi-kisi jendela.
Tunggu! Apa ini surga?
Hahahaa.. berhenti berlaku idiot, Cho! Kau itu iblis, ingat?
"Akhh!"
Erangnya begitu ia mencoba bangun dan memaksa lengannya ikut tertarik. Ia bahkan melupakan hasil karya para banci-banci itu pada sekujur tubuhnya.
BRAK
"hah.. apa yang terjadi?! Gwaenchana?"
Sebentar, sedikit terlihat wajar memang jika tiba-tiba Kyuhyun bertransformasi menjadi makhluk terbelakang mental dengan mulut juga mata berlomba untuk saling adu melebar.
Seorang disana. Berdiri dengan tubuh dibalut apron sewarna abalon. oh, jangan lupakan, tangannya tengah mengacungkan sebuah penggorengan anti lengket bentuknya bundar sedikit pipih yang terlihat masih terdapat minyak menempel.
Kyuhyun masih menatapi silau si sosok ajaib, aneh, namun begitu manis itu. hingga..
PRANG
"em.. maaf, a-aku sedang memasak."
Kyuhyun memejamkan matanya sekejap begitu dengan refleks yang sungguh buruk, sosok itu begitu saja menjatuhkan penggorengan dari tangannya hingga menimbulkan suara yang begitu memekakan. Astaga!
"Kau ingin membuatku tuli, eoh?!"
Sembur Kyuhyun sengit yang membuat sosok yang baru di sadari Kyuhyun memiliki mata oriental itu terbelalak.
"Ah.. A-ani.. Jinjja Aniya!" sangkalnya sambil mengibaskan kedua tangan mungilnya.
"Kau yang menolongku?" nada suara Kyuhyun masihlah dingin. Namun sedikit banyak ia bersyukur, masih ada yang sudi 'memungutnya' dari Liang kubur—hah, itu hiberbolis.
Sosok itu mengangguk lamat-lamat, mulai mendekati ranjang yang ditempati Kyuhyun.
"mau apa?!"
Eh
"Aku? Hanya ingin mengecek keadaan lenganmu dan kakimu saja." balasnya polos.
Kyuhyun diam sejenak. Diam-diam ia tengah mencoba mengestimasi kelengkapan tubuhnya kini. Ah, ini sudah jauh lebih baik. wajahnya juga terasa tak begitu sakit. Dan kesadarannya penuh ketika ia melihat sebuah perban melingkari lengannya.
"Aku tak apa-apa."
Balasnya kembali dingin. Entah mengapa, walaupun kenyataannya ia sangat ingin mengucap terimakasih, namun rupanya gengsi masih bertengger di puncak hatinya.
Sebelum benar-benar menghampiri Kyuhyun, terlebih dahulu sosok itu mengelap-elapkan tangannya yang mungkin dikiranya terkena kotor ke apron secara asal.
"Cha! Tanganku sudah bersih! Sekarang biarkan aku memastikannya sendiri." Kedua tangannya diangkat. Percis seperti murid Tk dengan euforia total setelah berhasil mencuci tangannya sebelum ritual makan siang di mulai.
"YAH! Hei, apa yang kau lakukan?!"
Seru Kyuhyun garang ketika dirasa lengannya kembali berdenyut nyeri. Sebabnya adalah sosok bak pahlawan itu menekan kuat lukanya.
"katanya sudah tidak apa-apa? Kenapa masih kesakitan saat kutekan?"
Rasanya Kyuhyun ingin menelan pipi chubby sosok itu bulat-bulat dan sekarang juga untuk melampiaskan rasa sebalnya.
"Lupakan!"
Sosok itu tersenyum lucu. Menampilkan semburat peach samar dikedua sisi pipi tembamnya. Secara gentle Kyuhyun memang harus mengaku, jika sosok disampingnya itu begitu manis. Cute pun. Ah.. indah juga. tapi lagi-lagi Kyuhyun hanya akan menyampaikan melalui kalbunya saja.
"Siapa namamu, Tuan? Aku Yesung. Choi Yesung." tangan mungilnya terjulur niatnya bersalaman dengan Kyuhyun. namun Kyuhyun tetap mempertahankan egonya untuk bersikap Cool.
"Kyuhyun. Cho Kyuhyun." Kyuhyun berucap cuek. Ditanggapi meriah oleh yang katanya bernama Choi Yesung itu.
Yesung bergumam pelan, lalu dengan tak terduga ia meraih lengan Kyuhyun yang terluka. Meniupnya perlahan. Dan oleh karenanya, Kyuhyun bergetar begitu merasakan nafas harum Yesung menerpa lengannya yang sedikit banyak juga meyentuh wajahnya.
"Huh...Huh.. sakit-sakit pergilah, jangan ganggu Cho Kyuhyun lagi. Dia anak baik. anak baik tak pantas untuk sakit.. Huft..huft.. sembuh-sembuh.. cepat sembuh.. Cho Kyuhyun anak baik.."
Cup
Eh?
Kini kembali ingatkan Kyuhyun untuk terus menjaga jantungnya agar selalu berdetak normal. Ini gila! Jantungnya rasanya akan melompat berpindah ke bagian ginjalnya.
Rasanya begitu—Ugh, Tak mengerti! Begitu ia masih bisa merasa sesuatu yang lembut itu mendarat dilengannya. Walaupun tertutup dengan perban, hangat itu masih tinggal. Terasa sampai dalam.
Lukanya dicium oleh Yesung. Oh-My-God!
"Cha! Kujamin sebentar lagi pasti sembuh!.. aku sudah melantunkan mantra terbaikku."
Bodoh ataupun polos nyatanya tak beda jauh. dan Kyuhyun tengah bingung ingin memasukkan Yesung ini ke Kelas yang mana. Bodoh.. polos.. ah tidak! Kata hatinya, Yesung itu menggemaskan!
"Cih! Kekanakan!"
Jauh membelok dari kenyataan, Kyuhyun memilih terus mempertahankan sikap sok dinginnya. walaupun setengah mati ia tengah berusaha untuk tidak melakukan hal-hal yang kemungkinan berakhir pada sebuah erangan nikmat bersama si bodoh-em- menggemaskan itu.
"aku lanjutkan masakku dulu, tunggulah sebentar. Kau pasti lapar."
Ucapnya lembut sambil memungut penggorengannya yang 'bersimbah peluh' di dinginnya marmer. Kyuhyun setia mengawasi dalam diam.
Yesung berbalik pada Kyuhyun, "Tunggu. Dan ingat, jangan kemana-mana, ne. Aku takkan lama!"
Setelah berucap, sosok mungil itu pergi. Menghilang dari pintu dan melewatkan sebuah senyuman tulus dari pemilik wajah—yang sudah kembali— tampan itu.
"fufufu.. si panglima iblis tengah tersesat di surga ternyata.."
.
.
.
Cho Kyuhyun. si terampil yang begitu lihai untuk urusan memanfaatkan kesempitan untuk dibentuknya menjadi suatu keadaan yang menguntungkan.
Mulutnya sibuk mengunyah. Hanya itu. tanpa bersusah-susah sedikit beraktifitas untuk menggerakkan tangan atau anggota tubuh yang lain.
Cukup membuka mulut, dan makanan lezat cepat-cepat akan memenuhi liang mulut hingga berakhir di perutnya.
Yesung dengan telaten menyuapi Kyuhyun.
Hei, di mana sisi normalnya jika begini? Begitu tak tau diri si Iblis rupawan itu.
"benar ini masakanmu?" retoris Kyuhyun disela kunyahannya. Alibi yang sukses membuatnya mendapatkan 'service' memuaskan seperti ini adalah dengan sedikit berakting Kyuhyun berkata dingin,
'tanganku masih sakit di gerakkan. Suapi aku atau kau ingin melihat aku mati kelaparan!'
Permintaan yang lebih pantas disebut sebagai pemaksaan. Yesung yang memang entah polos ataupun menggemaskan—hilangkan kosakata bodoh mulai sekarang— dengan senyuman tulus memulai ritualnya menjadi seorang layaknya benar-benar dewa penolong dengan segala macam konsekuensinya.
Yesung menerjap lugu, "tentu saja aku yang memasak. Memang siapa lagi?"
Kyuhyun mengendikkan bahunya acuh, memilih kembali mengunyahi makanan dalam mulutnya.
"—Ah! Apa masakanku tak enak?"
Sendok itu mengambang diudara dengan mulut Kyuhyun yang sudah terlanjur menganga lebar. Memilih untuk terus terlihat perfect tanpa cela, Kyuhyun menarik sendok penuh nasi itu dengan tak sabar untuk menutupi mulutnya yang mulanya hampa.
"aku lapar! Seabstrak apapun yang kau berikan, karena aku membutuhkan banyak asupan, maka aku bertoleransi untuk saat ini."
Sebuah kebohongan besar kembali menambah catatan dosa untuk si Cho itu. bagaimana mungkin masakan begitu nikmat dan lezat itu dikatai abstrak? Hahaa.. idiommu kampungan, Cho!
"Ah! Arraya~ mulai besok aku harus lebih rajin berguru kepada Song Ahjumma! Ya.. harus!"
Tak merasa tersinggung. Terlihat begitu kebal. Yesung malah bergumam sendiri. Meninggalkan Kyuhyun yang sedikit banyak terhibur oleh tingkah fantastis si Yesung itu.
"aku ingin bertanya sesuatu." Ucapan dingin Kyuhyun membuat Yesung berhenti merapalkan nama Ahjumma yang kemungkinan besar adalah orang yang berjasa menulurkan keterampilan memasaknya pada Yesung—itu asumsi dari otak jenius si Cho.
"Ya, katakan saja." Yesung membalasnya riang. Setelah sebelumnya berhasil menyuapkan satu sendok terakhir dan seorang Cho Kyuhyun benar-benar 'terpuaskan' akan hal ini. makan-perut terisi-plus disuapi oleh si Manis. Sempurnanya~
"kenapa kau menolongku? Yang bahkan orang yang hampir buta saja tahu jika aku tak terlihat seperti orang baik. apalagi dengan luka disekujur tubuhku, ditambah lenganku yang kau tahu pasti itu tertembus peluru. Kenapa kau masih mau menolongku?"
Sejenak Yesung menaruh piring kosong itu ke arah tengah nakas. Mengingat kini keduanya masih berada di Kamar Yesung, yang sejak semalam ditempati oleh penghuni barunya—Cho Kyuhyun.
"Jika memang berniat menolong. Ya hanya menolong saja. tak perlu memikirkan baik-buruknya orang yang kau tolong. Hanya seberapa besar keinginan untuk menyelamatkan satu lagi hidup dari komunitasmu Bagaimanapun, kebaikan dan keburukan makhluk, Tuhan yang menimbang. Aku sama sekali tak permasalahkan kau itu seperti apa. Seperti kataku, jika berniat menolong.. Ya Tolonglah dengan sepenuh hati."
Kyuhyun tercengang. Bukan karena jawaban Yesung yang lebih menyerupai sebuah naskah pidato itu, namun pada kesungguhan dari deretan kalimat yang terucap oleh pemilik bibir yang dalam diam diakui Kyuhyun begitu menggodanya.
Benar, sungguh.. berada di surga mungkin tak semenyenangkan seperti yang ia rasakan sekarang.
'bahkan aku sangsi malaikat bisa sesempurna dirimu..'
"Kau tak ingin mendengar ceritaku tentang bagaimana kronologi hingga kau bisa terbangun di kamarku?"
"Tida—!"
"—begini. Semalam, ketika aku baru kembali dari supermarket membeli beberapa kebutuhan. Tiba saat aku melewati sebuah jalan yang temaram minim penerangan, aku melihat sesosok tubuh tak bergerak. ah, awalnya aku sungguh takut. Aku kira kau itu hantu kalau tidak, kau itu korban pembunuhan dengan modus kriminalitas."
Kyuhyun mencoba sabar dahulu. Ada nilai lebihnya memang. Melihat Yesung bercerita menggebu dengan seribu ekspresi di wajahnya disetiap katanya, bagi Kyuhyun itu manis dan cukup menghiburnya.
"Lalu, awalnya aku ingin lari sekencang mungkin tapi ketika aku tepat berada di sampingmu, tiba-tiba kau mencekal kakiku. Kuat sekali. Aku sungguh ingin teriak sekencangnya.."
Kyuhyun terkekeh samar, namun Yesung tak menyadarinya, ia masih sibuk menerawang jauh entah kemana
"..kau dengan tersendat berkata 't-tolong.. to-tolong aku..' sekejap aku sadar, kalau kau masih hidup. Dengan gemetar, aku mulai mencoba mengangkat tubuhmu. Tapi ketika aku sudah ingin memapahmu, kau jatuh begitu saja dan pingsan.
Aku bingung. Sangat bingung. Aku mencoba menggendongmu. Tapi Ugh! Kau begitu berat. Aku tak kuat, hingga aku berpapasan dengan Ahjussi tetangga depan rumah, aku meminta pertolongannya. Dia yang akhirnya menggendongmu hingga sampai di rumahku."
"sudah?" Tanya Kyuhyun kalem sedikit jenuh. Tidak sepenuhnya benar memang. Tapi berkat uraian kata-kata serta ekspresi yang lucu dan variatif dari Yesung, berefek besar pada pencerahan mood-nya.
Yesung mengangguk tak yakin, "sudah.. tapi sebenarnya belum benar-benar lengkap ceritanya."
"Cukup. Aku tau kelanjutannya bahkan sampai titik terakhir kalimatnya. Dan pidatomu tadi sungguh heroik, Choi Yesung. membuatku ingin tidur saja."
Jawaban Kyuhyun membuat Yesung bungkam dengan refleks membungkam mulutnya sendiri dengan satu tangannya. Entah apa maksudnya.
"Ah baiklah! Istirahatlah. Aku takkan bercerita apalagi mengganggumu lagi. Sementara itu, aku ingin pergi sebentar."
Kyuhyun yang tadinya sudah hampir terlelap, langsung terjaga begitu saja. tak jadi niatannya ingin tidur. Sedikit banyak inginnya Kyuhyun itu Yesung di sisinya. Menemaninya hingga ia tertidur. Jika perlu sebelumnya dia menyanyikan Lullaby agar tidur Kyuhyun lebih terlihat sempurna.
"mau kemana kau?"
Yesung berbalik sebelum ia berhasil melangkah.
"aku ingin menemui suamiku dahulu.."
Bintang!
Kunang-Kunang!
Terakhir, Burung hantu!
Viola~!
Ahh.. kenapa tiba-tiba begitu runyam isi kepalanya. Pening!
"K-kau sudah bersuami?"
"Ya, Choi Yesung. Choi untuk nama marga suamiku. Choi Siwon."
.
.
Hah! sepertinya aku kembali menjumpai ketidakberuntunganku namun pada tahap yang lebih memprihatinkan.
Sungguh.. panglima iblis patah hati!
Tapi..Hei! Kubilang, aku hanya lagi-lagi sedang tak beruntung. Catat itu!
.
.
.
It's just a simple mutli chapter with a little sweet(?) trouble
Hmm.. NEXT OR NEVER?
Decision is yours~
.
.
.
KYUYEWON JJANG! :3
