Casts : Wu Yifan – Huang Zitao – Sophia

Genre : Romance – Family – Humor – Drama

Rated : T

Warn : GenderSwitch – No Yaoi – Absurd

Bisakah kita berbaikan ? Melupakan segala rupa kejadian yang dulu pernah kita lakukan. Tetapi kau musuhku. Musuh yang aku cintai.

.

.

Mentari pagi menggelitiki sang pria bersurai hitam gelap. Untungnya pria itu segera terbangun dari mimpi indahnya. Dengan mata yang masih menyipit belum mengumpulkan arwahnya, ia berjalan ke kamar mandi untuk bersikat gigi dan mencuci wajah. Ini memang masih jam enam pagi. Sebenarnya pria yang menyandang sebagai pengacara itu berangkat kerja jam delapan pagi. Seharusnya pria berumur dua puluh tujuh tahun ini masih bisa tergeletak dan berguling-guling di kasurnya. Tetapi Yifan memilih untuk menyehatkan tubuh atletisnya dengan jogging keliling komplek.

Ia memakai pakaian training hitam bergaris merah dipadu kaos putih dan jaket yang di tutup rapat agar cepat berkeringat. Lalu ia keluar dari kamarnya. Melihat sang bunda tercintanya sedang membuat sarapan untuk dirinya ketika Yifan berjalan ke dapur untuk minum air mineral.

"Setelah kamu jogging, makanlah apa yang ada di meja. Mama akan berbelanja keperluan" ucap mamanya dengan tutur kata yang lembut. Yifan sangat menyayangi bundanya. Setelah sang ayah tercinta pergi meninggalkan mereka bertiga empat tahun yang lalu, Yifan sangat melindungi bunda dan adiknya.

Wu Sehun, adik Yifan berumur selisih enam tahun dengan Yifan yang sedang kuliah jurusan Hukum di sebuah Universitas yang letaknya di Korea Selatan. Untungnya disana ada sang bibi yang mau menampung bocah datar berkulit pucat itu. Sebelumnya Sehun ingin tinggal sendiri di apartement, tetapi Yifan menyarankan untuk tidak membuat bunda mereka selalu khawatir dan menaikkan tensinya.

Yifan menutup pintu ruangan dan melakukan pemanasan sebentar agar tidak cidera saat jogging nanti. Hanya memulihkan otot-ototnya yang tegang setelah bangun tidur. Selanjutnya ia berlari mengelilingi komplek perumahan yang luas.

Sejam kemudian, Yifan sudah mendapat tiga putaran. Ia berhenti di sebuah taman komplek untuk membeli air mineral atau minuman pengganti ion tubuhnya di minimarket. Setelah itu ia berjalan pulang kerumahnya yang tidak begitu jauh.

Diperjalanan tidak sedikit wanita yang melirik, tersenyum atau mengedipkan sebelah matanya untuk Yifan. Membuat Yifan merasa jijik tetapi Yifan orang yang ramah dibalaskan dengan senyuman mematikan untuk para wanita. Yifan sangat di gemari oleh para wanita. Tetapi sampai saat ini ia belum mendapatkan wanita yang membuat jantungnya berdegup kencang, darahnya berdesir, otaknya penuh dengan wanita tersebut dan hatinya selalu mengutamakan wanita itu. Padahal sejujurnya wanita yang mendekatinya selama ini tidak buruk. Ramah, baik, cantik, dan seksi apa yang kurang?

Sekitar sepuluh langkah lagi sampai di rumah, Yifan melihat bundanya sedang berbincang dengan seorang wanita dengan tinggi menjulang, badan ramping dan sintal. Ia yang melihatnya seperti tidak asing tetapi ia tidak pernah bertemu dengan wanita itu. Lalu wanita itu menoleh kearah Yifan yang terdiam melihat bunda dan wanita itu berbincang, wanita itu memberikan senyuman manis kepadanya. Yang entah mengapa tiba-tiba darahnya mengalir lebih cepat. Dan wajahnya yang memanas.

Setelah itu wanita tersebut masuk ke rumah yang sebenarnya sudah tiga bulan setelah wanita paruh baya pemilik itu meninggal, tidak ada tanda-tanda kehidupan tetapi masih dimiliki orang tersebut. Mungkin dia adalah saudara tetangganya.

"Yifan?" panggil bundanya yang terheran heran dengan sikap anaknya yang berdiri sendiri.

"Ngapain kamu disitu? Ayo masuk. Kau tidak berangkat kerja?" lanjut bundanya membuat Yifan merespon untuk bergerak pulang kerumah.

Yifan masih menaikkan alis kanannya, berfikir siapa wanita yang tadi berbicara dengan bundanya. Dari wajahnya ia pernah mengenal wanita tersebut tetapi ia seperti tidak pernah melihatnya bertahun-tahun. Yifan mengenyampingkan fikirannya itu dan duduk di meja makan. Melahap roti yang ia selaikan kacang.

Setelahnya ia bergegas untuk mandi dan bersiap berangkat kerja.

.

Akhir pekan ini Yifan sama sekali tidak ada jadwal. Jadi ia bisa berolahraga lebih lama atau pergi ke suatu tempat yang membuatnya tenang. Pagi ini Yifan bangun setengah jam lebih telat dari biasanya. Setelahnya seperti biasa Yifan buru-buru bersiap-siap untuk olahraga

Ketika Yifan keluar dari pagar rumah, ia melihat seorang wanita yang kemarin berbincang dengan bundanya sedang menyiramkan tanaman di halaman rumahnya bersama seorang anak perempuan cantik bersurai panjang kecoklatan. Mereka tampak bahagia dengan menampilkan senyuman dan canda tawa mereka.

Wanita dewasa itu sesekali mengarahkan semprotan air dari selang itu ke anak perempuan. "Bunda, jangan menyiramiku terus. Bajuku basah tau" ujar anak cantik tersebut dengan nada bicara kesal tetapi mimik wajah senang . Sang wanita dewasa itu hanya tertawa melihat perempuan kecil itu.

"Sophia 'kan belum mandi. Jadi bunda siram saja. Hitung-hitung balas dendam bunda padamu karena kemarin kamu menjahili bunda" balas wanita dewasa itu masih terlihat senang mengerjai anak perempuan cantik.

Yifan mendengar pembicaraan wanita dewasa dan anak perempuan tersebut berfikir bahwa mereka adalah bunda dan anak. Wanita itu tampak manis dengan tertawa lepas bersama anaknya. Dan anaknya itu sangat cantik dengan wajah lebih ke Barat daripada Asia. Setelah mengetahui mereka sepasang Ibu dan anak, tubuhnya terasa lemas seketika. Ternyata wanita yang mempunyai senyuman membuat darahnya berdesir cepat itu sudah mempunyai seorang putri.

Yifan melirik jam tangannya yang menunjukan jam tujuh kurang lima belas menit yang berarti sudah menandakan sudah siang untuk ber olahraga. Tetapi Yifan tetap ingin jogging untuk kebutuhan kesehatan tubuhnya.

.

"Bunda"

"Iya sayang?"

"Mengapa paman yang tinggal di depan rumah kita tadi melihati kita terus ya?" Tanya anak perempuan cantik itu yang berumur empat tahun.

Wanita yang di panggil 'Bunda' itu menatap pria yang sedang berlari menjauh dari rumahnya. Setelah itu wanita tersebut tersenyum menatap anak tunggalnya.

"Hm, mungkin paman itu ingin berkenalan dengan kita tetapi ia ingin berolahraga dulu. Pasti nanti kamu akan berkenalan kok, sayang" ujar wanita itu mengelus surai halus anaknya. Anak itu hanya mengangguk dengan kedipan mata yang jenaka.

"Yasudah kamu masuk kedalam dulu untuk sarapan. Bunda akan siap-siap berangkat kerja. Nanti jangan nakal di rumah nenek Wu ya, Sophia" perintah bunda manis dari sang perempuan kecil yang di panggil Sophia.

Sophia mendongakkan wajahnya menatap wajah sang bunda yang tinggi menjulang "Iya bunda Zitao"

Setelahnya, Sophia berlari memasuki ruangan rumah dengan semangat. Huang Zitao, wanita dewasa beranak satu itu menatap rumah mewah yang tepat di depan rumahnya.

"Yifan, apa kau masih mengingatku?"

Continue

Yang mau ff ini di lanjut, cuman ada tiga syarat : Riview, Favo dan Follow. Saya akan usahakan lanjut.

Kalopun ada yg mau ff ini kgak dilanjut ato delet, tdk usah Riview. Apalagi klo nge favo ato follow doang. Saya males lanjut'a.