When A Man Fallin In Love

Intro :

Hey, Readers, sebelumnya ff ini merupakan ff kolaborasi yang udah kami post beberapa hari lalu di wattpad dengan judul yang sama, writer yang sama, terima kasih pada teman saya Winter_Gyu. Karenanya FF ini dapat kami buat tanpa banyak kendala.

.

.

.

Disclaimer :

FF ini murni milik kami berdua mohon maaf apabila ada kesamaan dari cast maupun jalannya cerita, cast yang kami gunakan milik tuhan, mereka, keluarga mereka dan fans mereka itu sendiri.

.

.

.

and so, happy reading people~~

.

.

.

.

.

Flashback

02 November 1999

Seorang remaja tanggung yang sebentar lagi menginjak usia 18 tahun itu terlihat bagai model yang tengah berjalan di atas catwalk. Wajahnya yang tampan dengan rahang yang nampak sangat tegas, mata setajam elang, hidung bangir juga bibir tebalnya yang sangat sexy untuk remaja seusianya. Kini ia tengah berjalan kesebuah rumah besar tak jauh dari rumahnya. Rumah tersebut merupakan kediaman dari keluarga Park. Remaja satu ini sangatlah tidak sabaran dengan sesuatu yang sudah ia tunggu - tunggu sejak lama.

' ting tong ' suara bel dari pagar rumah tersebut setelah di tekan tombolnya oleh remaja tanggung tadi. Kemudian layar kotak diatas speaker bel menyala, memperlihatkan seorang pria paruh baya, yaitu .

"Halo? Yifan?" Tanya pria paruh baya tersebut.

"Annyeong Ahjussi. Iya, ini Yifan" Ia tersenyum kecil, bahkan mungkin senyumannya tidak terlalu terlihat. "ah Yifan! Silahkan masuk nak" Setelah kalimat tersebut di ucapkan, terbukalah pintu gerbang besar nan mewah itu. Menampakkan sebuah rumah layaknya istana.

Remaja tanggung tadi bernama Wu Yifan. Yifan pun melangkahkan kedua tungkainya melewati kedua belah pagar besar itu, menyusuri jalan beraspal yang dihiasi dengan tanaman-tanaman hias yang langka nan indah di sepanjang jalannya. Yifan terlihat biasa saja dengan semua kemewahan ini , karena ia sudah terbiasa mengunjungi rumah dari sahabat ayah dan ibunya sejak ia masih berusia 6 tahun.

sudah menanti kehadiran Yifan di depan pintu masuk rumahnya. Yifan melangkah mendekati dan membungkuk. "Lama tak berjumpa ahjussi" ujar Yifan tatkala ia kembali menegakkan tubuhnya lagi dan tersenyum tipis pada .

"Ya ya tak perlu se formal itu, aku sudah menganggapmu sebagai anakku sendiri" jawab Mr Park dengan senyum ramahnya. "Terima kasih, ahjussi" Yifan terkekeh pelan dan terlihat sangat penasaran akan sesuatu.

"Ahjussi, dimana bayi anda?" Tanyanya langsung pada intinya. "itukah yang membuatmu datang kemari?" Tanyanya sang pria paruh baya dan membuat Yifan mengusap tengkuknya yang tak gatal dan tersenyum tidak enak.

"ya begitulah ahjussi" Jawab Yifan seadanya. "Hahaha santai saja nak, bayi nya masih belum lahir, kemungkinan di akhir bulan, itu yang dikatakan Dokter Zhang" jelas pada Yifan, Yifan pun mengangguk. "ah.. begitu rupanya" jawab Yifan seadanya dan terkesan menggantung. "-Ahjussi boleh aku melihat ?"

Tanpa pikir panjang, mempersilahkannya untuk memasuki kamar Beliau yang terletak di lantai 2 nomor 3 dari tangga di sisi kiri dengan pintu putih gading yang bersih dan besar.

"Ahjumma, annyeong" sapa Yifan pada dengan sopan, ia tersenyum tipis dan mendapati balasan dari , senyuman yang begitu menyejukkan bagi siapapun yang melihatnya.

"wah Yifan~ lama sekali ya tidak bertemu, apa kabarmu nak?" Tanya pada Yifan.

"ya, berapa lama aku tidak kesini haha. Baik ahjumma" seru Yifan dengan diselingi tawa ringannya.

"Ah panggil saja aku Eommonim, lagi pula aku dan akan menjodohkanmu dengan anak kami, kau mau kan?" terlihat berharap pada Yifan.

"Tentu, Eommonim" jawab Yifan tanpa ragu.

Present

25 November 2016

Kris's PoV

"dan ya... Itu semua berawal dari sana" ujarku pada sahabat karibku semenjak SMA dulu, Suho.

"Jadi itu sebabnya kau melajang sampai usia mu yang sekiranya sudah berusia tiga puluh lima tahun ?" Tanya Suho pada ku yang nampak memelas. Kasihan sekali CEO satu ini, pikir Suho.

"Benar sekali" jawab ku seadanya. "Kau sampai menolak banyak wanita bahkan pria cantik diluar sana hanya demi bocah ingusan itu" ujar Suho lagi.

Aku hanya terkekeh pelan mendengar celotehan sahabatku satu ini. "Well, aku harus apa? Aku sudah lama juga mencintainya, kau tahu itu kawan" jelas ku pada Suho dengan senyum cerah berbeda dengan wajah suram ku tadi.

"Hahaha benar juga, semangat kawan" Suho mencoba menyemangati ku dengan menepuk bahu tegapku menggunakan tangan mungilnya itu."Oh ya, soal jatuh cinta itu, aku heran kenapa kau bisa jatuh cinta pada bayi? Apakah dia begitu menawan? Hal itu membuatku benar-benar penasaran padanya. Ingin aku melihatnya langsung. "Lanjut Suho

"Entahlah, mungkin ini yang dinamakan jodoh. Hatiku sudah terikat padanya sejak dia belum lahir jadi aku tak tahu hal apa yang membuatku jatuh cinta padanya." Jawabku membayangkan wajah manisnya saat bayi.

"Dan asal kau tahu Ho,cinta itu tidak harus beralasan. Saat hatimu berkata dia kau tidak akan bisa seperti aku ini!" Lanjutku terkekeh pelan.

"Kau keren Kris, beruntungnya dia dicintaimu." Salut suho dengan mengangkat dua jempol padaku.

"Yah, mungkin terdengar aneh karna aku menyukai seorang bayi tapi bagiku ketika orang tuanya memintaku untuk menjadi jodohnya dengan teguh aku mengatakan iya dan aku rasa tak pernah menyesal ,selama apapun aku menunggunya dewasa." Ocehku lagi

"Tapi jika kalian bertemu lalu dia tak menyukaimu bagaimana?" pertanyaan suho yang terakhir ini menghantam keras hatiku.

Suho benar,jika itu terjadi apa yang akan aku lakukan? Aku harus berusaha membuatnya suka atau justru menyerah? Pertanyaan suho hanya aku jawab denga senyuman mautku lalu pergi meninggalkannya .

Author's PoV

"Chanyeol-ah, aku harap kau mengetahui perasaanku yang sesungguhnya ini"_. pikir Kris dengan senyum tipis yang terukir begitu saja setelah memutar kursi nya untuk menghadap ke arah jendela yang tepat berada di belakang tubuh tegapnya, menampakkan indah nya Kota Seoul pada siang hari di musim dingin.

Tanpa ia sadari mungkin musim itu adalah awal pertemuan dan awal kisah cintanya.

Berbicara mengenai musim yang bersangkutan dengan bulan, atensi Kris teralihkan pada sebuah kalender yang terpasang disisi kanan ruang kerjanya.

"25 November" gumamnya pelan. "Hn" ia menggedikkan bahunya masa bodo, namun, detik berikutnya ia kembali menoleh ke arah kalender tersebut.

"dua hari lagi Chanyeol berulang tahun!" Serunya panik.

"Aku harus mempersiapkan sesuatu untuknya" lanjutnya yang mulai berlari panik meninggalkan tempat kerjanya.

Yah, mari kita biarkan ia seperti itu untuk saat ini, karena itulah seorang Pria mapan seperti Kris ketika dirinya sedang dilanda kepanikkan demi seorang remaja tanggung seperti Chanyeol.