Alkisah di negeri antah berantah, seorang bocah laki-laki bengal usia 11 tahun 9 bulan 10 hari semut Botswana bernama Kagami Taiga. Sejak negara api menyerang, ia tinggal bersama keluarga Himuro, tanpa tahu alasan nama keluarganya beda sendiri, masa bodoh dengan kepala merahnya yang kelihatan terlalu mencolok kalau dibandingkan dengan surai hitam khas keluarga Himuro. Nggak lupa alis belahnya yang (katanya) ghoib.

.

Rantai Rambut Harimau

Kuroko no Basuke by Fujimaki Tadatoshi

Kokoro no Ditusuke-/Edisi Baper Sabtu Malam

Yang jelas ff penuh sempak bertebaran ini untuk celeng #SempakDisney /pake sempak di pala/

Warning : Banyak Homo erectus /lirik Pep/, EYD (Ejaan Yang Diamburegulkan), humor level cacing besar alaska, typo dan gaje yang bikin kadas kurap.

Note : Judul bukan dari Authorcchi sendiri. Terimakasih pada klinik Tong Fang.

.

Bukannya nggak mau nyari keberadaan orangtua kandungnya, Taiga udah kapok karena pernah dikasih alamat palsu. Mending Taiga beberes kamarnya yang entah kenapa selalu penuh sempak beragam warna bertebaran, daripada bersusah hati tepuk tangan mencari orangtua aslinya. Toh dia bahagia dengan keluarga Himuro yang super ramah, juga putra mereka—cowok cantik berponi baday dengan tahi lalat di bawah mata kiri yang eksotis bombastis—yang dianggapnya abang sendiri. Hidup Taiga begitu sempurna, sampai tembok pelindung kotanya diruntuhkan raksasa pemakan manusia—/SALAH

Ulangi. Hidupnya sempurna, sampai emaknya Tatsuya—nama putra keluarga Himuro—mengasah sebuah alat penjagal mahkota Taiga.

.

.

Seriusan. Anak lelaki bertampang sangar nan gahar ini takut setengah mati sama benda yang namanya gunting. Konon, bocah ini hampir kena tusuk gunting oleh seseorang yang Taiga sendiri nggak ingat siapa-kapan-dimana. Bocah berhati helo kiti ini selalu ngabur setiap gunting emaknya Tatsuya selesai diasah, diarahkan pada rambutnya yang panjang sepunggung, diikat ekor kuda.

"Taiggaaaaa! Sini kamuuuuu!"

"NGGAK MAU NYAAAAKKKK! TAIGA TAKUT GUNTIINGGG!" Pintu depan dijebol Taiga dengan kaki beralas sandal swallow.

"APAAA?! TAIGA BUNTING?! SEJAK KAPAN TAIGA BUNTING?! SIAPA BAPAKNYA?!" Tatsuya ikut menjebol pintu kamarnya. Poni emang nutupin mata, tapi malah telinga yang bolot. Aneh tapi nyata.

"GUNTING BANG! TAIGA NGGAK BISA BUNTING!" sempet-sempetnya bocah itu menjawab abangnya si poni alay sambil terus berlari menjauhi kediaman keluarga Himuro.

.

Kejar-kejaran ibu-anak itu terus berlanjut diselingi teriakan khas emak-emak yang memanggil nama bocah bersurai merah gelap polos tersebut. Jangan lupakan jeritan nista cempreng bak tikus kejepit pintu dari mulut seorang bocah yang belum puber. Taiga udah nggak urusan soal benda apapun yang menghalangi jalannya. Kandang ayam, gerobak buah, sumur, kolam, gedung pencakar langit, semua dilompatinya. Lompatan legendaris yang di mata orang normal menganggap bocah itu malaikat tak bersayap. Untung nggak jatoh dari surga. EAAAAKK

.

"TAIGAAAA!" bukan cuma suara emaknya lagi yang memanggil. Tetangga yang barangnya disepak bebas kaki Taiga juga ikutan ngamuk. Tanpa pikir panjang, bocah itu berbelok ke lorong diantara dua rusun yang biasa dipakai buat jemur sempak, kancut, cede, beha, kutang, dan sebangsa daleman lainnya.

Jeder.

Dengan klise-nya, Taiga menemui jalan buntu.

'JALAN BUNTU KOK MUNCULNYA SELALU DI SAAT BEGINIAN SIH?!' batin Taiga menjerit najong.

.

Berbekal kemampuan parkournya, Taiga mencoba melompati dinding bata yang menghalangi jalannya.

Bruuukk!

Taiga jatuh.

'Teganya,' tangis hati Taiga.

Taiga pantang pulang sebelum padam. Coba lagi.

Bruukkk!

Sama.

Taiga berasa Peterpan dicampur Meggi Z. Teganya teganya teganya dan terjatuh lagi.

Ini ketiga kalinya Taiga mencoba menembus batas. Dari posisi seperti di jamban ia lalu melompat setinggi-tingginya, dua belah tangannya diangkat tinggi-tinggi sampai keteknya yang (masih) mulus itu kelihatan. Harapannya sih tangannya nyangkut di tali jemuran dan Taiga nggak jatoh lagi. Taiga bosen dihempaskan dari ketinggian dengan energi potensial tambah energi kinetik yang bikin sakitnya dobel-dobel.

Whupp!

Taiga melompat.

Tangannya dengan sukses nyangkut di tali jemuran. Taiga nggak jatoh. Ya tapi cuma 5 detik.

.

Karena setelah waktu terbang ayam terlewat, tali jemuran putus nggak kuat menahan coretbebanPHPcoret berat tubuh Taiga.

Tali putus berbarengan dengan mentalnya beragam daleman berbagai warna, ukuran, dan model yang akhirnya jatuh mengubur tubuh bocah 11 tahun itu.

"TAIGA!" emaknya Tatsuya dan gerombolan pemarah bersenjata garpu rumput dan ketapel beramunisi sempak anak kos yang belom dicuci dua bulan coretterseponacoret terkaget-kaget melihat anak itu mandi sempak.

"KECIL-KECIL CABUL KAMU YA!"

Jeder.

Cap bertuliskan kata 'CABUL' di capslock pake warna merah menempel di sekujur tubuh Taiga.

Yah.

Anak super polos yang bahkan nggak tahu fungsi beha itu buat apa bisa-bisanya di cap cabul. Tapi apa mau dikata, Taiga hanya sendirian, melawan cercaan massa yang menimbulkan kesenjangan pendapat... Bagi mereka, Taiga bak binatang jalang. Hilang, dari kawanannya terbuang.

.

LET'S STOP SEBELUM AUTHORCCHI KERASUKAN CHAIRIL ANWAR KARENA NISTAIN PUISINYA DI FIC ABAL INI.

.

Alhasil, akibat hal 'cabul' itu, keluarga Himuro harus merelakan salah satu putra mereka (yha) dikurung di menara, terpencil di tepi hutan yang agak sedikit (?) jauh dari tempat tinggal mereka.

Ini rahasia—tapi sebenernya emaknya Tatsuya seneng-seneng aja sih. Duit belanja yang tadinya buat beli makanan si perut karet beralis belah itu dikebiri setelah perginya Taiga. Berbeda dengan Tatsuya yang nangis kejer 40 hari 40 malem karena kehilangan adek kesayangannya. Relakanlah, bang. Yakinlah abang masih bisa mengunjungi bocah anak tukang roti di desa sebelah yang lebih hobi makanin dagangan bokapnya ketimbang bantuin jualan. Paling nggak bocah blasteran titan itu masih bisa menghibur lara di hatimu bang.

.

.

.

Lanjut!

Waktu sudah berlalu cukup lama, sekitar lima tahun sejak kejadian hujan sempak aib itu. Taiga masih di menaranya. Melewatkan tahun demi tahun sendirian kadang membuat Taiga kesepian. Menjelang ulang tahunnya yang ke-17, hanya satu pintanya pada langit biru di atas atap menara yang menaungi kepalanya. Seorang teman—atau tepatnya, tambatan hati. Taiga lelah hidup sendiri. Okesip.

Betewe, jangan tanya Taiga makannya gimana. Anggep aja ada kurir(?) yang nganterin makanan tiap hari, atau seenggaknya bahan makanan, dan Taiga masak sendiri. Dianggep aja gitu /YHA

.

Latar berpindah ke suatu kota di ujung coretlangitcoret kota, tempat yang dikenal sebagai pasar yang ramai sekaligus tempat usaha bagi para copet cilik untuk berak-si.

Seorang pemuda tampang mirip om-om pedofil yang warna kulitnya kelewat redup—sangat membantu untuk profesinya, yaitu maling corethatinyaauthorcchicoret—bolak-balik bak setrikaan di jalan-jalan pasar itu, mencari-cari barang yang biasanya ia maling.

"MAJALAH KORAN MAJALAH KORAN! HARIAN PAGI TERBIT SORE HARIAN SORE TERBIT PAGI KORAN KORAN MAJALAH KORAN!" seorang bapak-bapak beraksen Arab menjajakan dagangannya.

Deretan gigi putih pualam menyembul di balik evil smirk bibir seksi pemuda redup itu.

Ini dia si Jali-Jali~

Ini dia yang dicari-cari.

Lagunya enak merdu sekali~

Hitungan mili detik, Satu eksemplar majalah porno terbitan terbaru raib dari rak di tenda kecil tempat kios koran tersebut. Si pemuda juga sudah hilang dari tempatnya berdiri. Sudah lari ke pojokan gang tempatnya biasa mangkal sambil nunggu orang lewat buat dipalakin bareng temennya yang sama berandalnya, tapi beda warna kulit—Preman Pasar kelas teri berinisial HS.

"Daki!" panggil HS.

"Oi, Jaki!" balas pemuda itu sambil memasukkan majalah porno diantara selipan sempaknya.

"Jadi malingin kios buku yang deket istana gak?"

"Nggak lah, asupan udah cukup. Lagian kan gue nggak harus jauh-jauh sampe sekitar istana kayak elu. Elu kan mau ke sana buat ketemu penjaga yang lu bilang ganteng itu, kan? Siapa itu namanya? Suudzon?"

"SHUUZOU!" seru Jaki nggak kira-kira. "Dan gue nggak pernah bilang dia ganteng. Gue cuma mau bales dendam gegara kemaren gue disepak pas di selangkangan. Gue mau minta pertanggungjawaban, sempak gue satu-satunya sobek gegara kena tendangan naga[kakak] si monyong itu!" Jaki langkah tegap maju jalan meninggalkan Daki dalam sunyi. Mungkin nggak sudi pujaan hatinya dinistain mulut nista temen seprofesinya yang tetiba akrab di fic ini.

.

Aomine Daiki. Nama asli Daki. Preman kelas lele kuning ngambang yang terkenal karena suka maling majalah porno dan sempak gelantungan. Tapi karena wajahnya yang menurut cewek-cewek kelewat ganteng, direlain aja sempak itu dicolong Daki. Padahal ga jelas banget tujuannya nyolong sempak buat apa. Mungkin buat dijadiin sesajen mau ngepet. Lumayan, siapa tau dapet cewek buat mengusir jomblo. Meskipun mungkin cewek hasil ngepet itu cewek ghoib...

Bisa ya, ngepet dapet cewe? Who knows, Authorcchi ga pernah ngepet *emot pinguin*

Tengah-tengah asyiknya baca majalah ghoib favoritnya, tiba-tiba Aomine berasa aura dingin membunuh menguar di balik punggungnya. Aomine meneguk ludah. Nafasnya tercekat. Rasanya seperti hidup ini sudah hampir kandas sampai di ujungnya. Aomine berkedip-karena matanya kering dan nggak ada obat tetes mata.

Swish!

Tepat ketika Aomine selesai berkedip, bau khas logam dan kilau dari bilah besi sudah tepat di depan hidungnya.

"Daiki."

"A..ha-ha..." si dekil ketawa seikhlasnya.

"Baca majalah porno lagi... Bagus..."

"Jangan bakar majalahku, Akashi, kumohon."

"Ralatmu, Daiki." gunting dibuka dan ditutup dengan cepat, sedikit poni biru donker Daiki yang terpotong melayang.

"Sei-sama..." Aomine pasrah.

"Perbuatan terlarang apa yang sudah kamu perbuat, Daiki? Bukankah aku sudah memperingatkanmu?"

"J-Jangan membaca majalah porno. Tidak ada seorang pun selain Tuanku Sei-sama yang boleh kuperhatikan."

"Hukumanmu?"

"Mandi-cuci-kakus... Eh, cuci sempak suci pusaka Kerajaan Rakuzan, Sei-sama."

"Bagus."

Akashi ngeluyur begitu saja dengan santainya, jubah merah darah di bajunya berkibar ditiup angin. Sempaknya terlihat menyembul di pinggang bagian belakang yang awalnya tertutup jubah. Aomine menahan tawanya. Akashi berbalik, sebelah warna matanya sudah bukan merah terang.

"Ada apa, Daiki?"

Aomine sweatdrop. "B-Bukan apa-apa."

"Mau bedeesem komplit, Daiki?"

"Nggak, makasih."

Aomine mengekor Seijuuro-sama, sang Pangeran dari Kerajaan Rakuzan. Persis seperti peliharaan. Peliharaan yang tak terurus, tapi. Bisa diliat dari berapa dekilnya Daki, juga sempaknya yang nggak ganti-ganti.

.

.

.

Sebenernya siapa sih Aomine buat Akashi? Mungkin itu jadi pertanyaan penting sekarang. Oke. Jadi... Aomine Daiki adalah kekasih Akashi Seijuuro-sama.

Awal kejadiannya sederhana. Sempak, eh, gunting kesayangan sang Pangeran hilang. Sayembara untuk mencari gunting sang Pangeran dipublikasikan.

Dan ternyata, gunting itu jatuh ketika Seijuuro-sama berkuda, dan gunting itu dipungut Aomine, secara dia lagi butuh gunting buat motong foto seksi Mai-chan untuk ditempel di dinding lantai atas sebuah gedung yang sudah ditinggalkan, tempat yang dipakainya untuk tidur setiap malam.

Singkatnya, karena gunting Pangeran ditemukan, sayembara selesai. Dimenangkan oleh Daiki. Nggak nyangka ternyata hadiahnya jadi calonnya Pangeran. Tapi jujur aja sih.. Aomine agak illfeel gitu. Akashi bukan tipe Aomine. Cuma Aomine nggak berani nolak titah sang Pangeran.

Singkatnya...(2) Gitulah. Apa yang harus terjadi terjadilah.

.

.

.

Kembali ke Aomine, yang sekarang ini dengan asoynya ngucek sempak suci.

"Biaaaarrrr hujan turuuuunn lagiiii, di bawah payung hitaamm ku berlinduuuuunngg~" senandung si dekil nggak tau malu.

"Pulangkan sajaaaaaaa aku pada ibuku atau ayahkuuuuuuu~" Lagunya semakin ngawur.

"Masak, masak sendiri, makan, makan sendiri, cuci baju sendiri, tidur pun sendiri~~"

Bwesh.

Sempak yang dicuci Aomine mengeluarkan semacam asap warna ijo lumut. Gatau kenapa. Absurd abis. Gumpalan asap itu membentuk sebuah wujud, wujud manusia.

"Oi, dekil! Kau membangunkanku-nodayo! Mana suara sumbang begitu, nggak bisa nyanyi lagu yang mendingan, apa?" protes makhluk berkacamata yang dicurigai kosplei wortel itu. Secara surainya warna ijo cetar gitu, bajunya kayak jubah warna oranye.

"Oh, ya udah." Aomine sengak.

"Tanggung jawab-nodayo!"

"Siapa yang hamilin elu, minta tanggung jawabnya kok ke gue?!" kerutan di dahi Aomine yang membuatnya kelihatan 10 tahun lebih tua bertambah.

"Bukan itu, nodayo! Kau sudah membangunkanku, sekarang cepat buat aku tidur lagi! Atau kukutuk kau jadi tambah hitam-nodayo!" ancam si jin(?) absurd itu.

"Wegah," (read : wegah=males).

"Haaahh.. Bukannya aku kasian padamu, nanodayo. Aku tidak peduli. Tapi, aku akan berikan tiga permintaan kalau kau berhasil menemukan sempak teman sepermainan Sei-sama waktu kecil."

'Kenapa harus sempak?' Aomine mengernyit-agak jijik. "Kenapa harus sempak orang itu?"

"Karena... Emaknya di rumah nyuci daleman bukan pake detergent, nanodayo. Tapi pakai kloroform. Jadi ane langsung teler-nodayo."

Aomine cengo. Mimpi apa semalem dia ketemu jin mabok lumutan gini. Mana permintaannya belom dikibulin-eh, dikabulkan sebelum sempak teman sepermainan Akashi yang jin itu bahkan juga nggak mau kasih hint tentang namanya, ditemukan.

.

.

.

.

.

Alhasil si preman pasar yang punya affair sama Pangeran istana itu ngabur bersama sempak setengah kering yang tadinya lagi dicuci. Jin lumutan tadi udah raib, kembali masuk ke kantong(?) yang ada di bagian samping sempak. Aomine nggak tahu dia harus mulai mencari dari mana, mungkin nyolongin sempak orang satu-satu, untuk menemukan si pemilik sempak yang dimaksud kan oleh si jin.

Tapi ya yang namanya maling, apalagi maling pusaka kerajaan, pasti bakal cepet ketauan dan jadi buron. Sampai di sini bisa disimpulkan Akashi-sama dan pengawalnya, termasuk Mas Suudzon tadi, juga nyariin si maling dekil. Jaki merana sendiri ditinggalin terkasihnya.

.

.

.

Drap drap drap drap

"Hosh... Hosh..."

Sedikit rerumputan di sekitar kaki bersepatu lars yang menginjaknya tercabut sampai ke akar. Kaki yang menginjak rumput hijau itu tak menghentikan langkahnya. Lari. Lari terus dari apapun yang mengejarnya. Pangeran psikopat dan para pengawalnya, kemungkinan besar.

Daiki gagal paham.

Ya iyalah. Ngapain coba dia nyolong sempak yang bukan milik cewek bohay, meskipun sempak yang dicolongnya adalah sempak pusaka kerajaan. Kenapa juga dia harus menerima tawaran tiga permintaan untuk sebuah sempak yang nggak jelas siapa pemiliknya. Lagipula mau minta apa nanti Aomine juga nggak tau.

Aomine lari tanpa tahu arah. Salahnya, peta yang dia punya dipinjemin anak perempuan poni jamur dengan ransel ungu yang bawa-bawa monyet. Taunya itu peta ga dibalik-balikin. Kompas yang dicolongnya dari seorang kapten bajak laut yang setengah gila itu juga nggak fungsi. Nggak bisa nunjukin mana utara-selatan. Katanya sih bisanya nunjukin arah ke hal yang paling dipengenin seseorang.

Mungkin nggak ada salahnya nyoba.

Andai fokus dan konsentrasi lebih gampang buat cowok coretbegocoret dekil yang satu ini.

Jarum kompas arahnya nggak jelas. Ya dominan menunjuk ke sebelah kanan dari tempat Aomine berdiri, sih. Aomine berjalan mengikuti arah yang ditujukan kompas tersebut. Suara-suara derap kaki kuda di belakangnya nyaris tak terdengar. Hutan di pinggiran kota itu sunyi senyap, hanya terdengar sedikit pekik burung yang mengudara.

Agak horor juga. Pohon-pohon yang dahannya tumbuh dengan begitu liarnya boleh jadi tersangka.

Berbekal nyali yang sebenernya diragukan juga—karena Aomine takut hantu—Aomine berjalan menyusuri arah yang ditunjukkan kompas. Yah, yang dia pikirkan sekarang ini cuma soal sempak yang dimaksud si jin.

Kira-kira 15 menit berjalan, masih belum terlihat ujung dari hutan ini. Yang terlihat di balik dahan terakhir yang disibakkan Aomine, malah menara menjulang tinggi, tanaman sulur menghiasi permukaan tembok batu yang kokoh.

Tempat persembunyian yang sempurna. Aomine masih mau tubuhnya utuh dari bilah gunting Akashi-sama.

Sayang menara itu agaknya mustahil dimasuki. Tanaman sulur itu tak bisa menahan berat tubuh Aomine. Jendela di bagian atas menara jadi satu-satunya jalan masuk.

Tiba-tiba ada suara dari surga yang mendendangkan sebuah lagu.

"Apa yang terjadi pada dirimu~?"

Suara yang di-Melayu-Melayu-kan, nyanyinya diseret-seret di setiap akhir kalimat. Aomine tersentak.

"Apa yang terjadi pada hatimu~?"

Aomine setengah kejang. Lagunya malah diterusin. Sebelum kejang makin parah, batu di dekat kalinya dilempar ke arah jendela sambil berteriak, "YANG DI DALEM BEGOK! BERISIK TAUK!"

Tuk

Ada suara batu membenturkan sesuatu. Aomine cukup yakin lemparannya kena sasaran meskipun dia nggak liat targetnya.

Hening lima detik.

"SEBENERNYA YANG BEGO SIAPA SIH?! NYANYI GAK NYANYI TERSERAH ORANG DONG!" Seorang pemuda bersurai merah gelap menjulurkan kepala dari jendela.

Aomine tersepona untuk sepersekian detik. Mas-mas bersurai merah itu manis. Sayang ia dan mas-mas itu dipisahkan jarak sekitar 40 meter-an. Andai hanya lima langkah dari rumah, pasti mas-masnya sudah dipinang Aomine.

Pemuda itu di mata Aomine seperti diberi border bunga-bunga warna merah muda, kelopaknya berguguran dengan dramatis. Jangan lupakan bling-bling yang menambah eksotis. Jangan ditelanjangi, nanti jadinya erotis.

Cut!

Lamunan Aomine dipotong suara derap kuda yang semakin mendekat. Indera keenam Aomine sudah terlalu peka untuk tahu posisi orang-orang yang mengejarnya.

"Woi! Ini naiknya ke atas gimana?" seru Aomine pada pemuda itu.

"Ck! Pake ini aja deh!" Pemuda itu balik kanan.

"Ngapa-huuuummppffftt!" Aomine ketiban helaian merah gelap yang entah bagaimana sangat halus dan nyaman.

"Oi! Kalo mau lempar tali liat-liat!"

"Itu bukan tali."

"Terus?"

"Itu rambut gue, bego."

"SERIUS LU? BWAHAHAHAHAHAHAHAH"

Tawa nista Aomine meledak. Pemuda yang di atas menara keliatannya ngambek.

"Gamau? Yaudah."

"EEEHHHH JANGAN JANGAN KAU MENOLAK CINTAKU"

Salah.

/brb nyari naskah yang bener/

Ah, ga ketemu. Anggep aja yang di atas tadi bener.

.

"Bisa manjat, kan?" tanya pemuda itu.

"Cepil!" Aomine menyentil upil di itu mungkin nggak tahu kalo sebenernya Aomine blasteran manusia dan lutung kasarung. Terbukti dari warna kulitnya yang mirip rengginang hangus dan kemampuan berpikirnya yang selevel lutung.

Tangan Aomine menggenggam helaian rambut merah tua. Kakinya berpijak pada tembok menara, berusaha naik.

"UWAAAAAAAAA!"

Brugh

Jatoh deh.

Tapi Aomine nggak jatuh sendiri. Pemuda di atas juga ikut jatuh. Padahal tubuh pemuda itu nggak jauh beda dengan postur Aomine. Tapi kok ya jatuh. Ini masih misteri.

Jatuhnya Aomine dan si pemuda asing bersurai lebih dari 40 meter itu bagai durian runtuh buat Aomine. Secara posisi jatuhnya aduhay. Wajah pemuda asing itu hanya berjarak 2 senti dari wajah Aomine. Tubuh mereka tumpuk-tumpukan. Yang bagian bawah tubuh tolong jangan ditanya. Ya Aomine cuma berharap semoga celana satu-satunya itu nggak sobek akibat kesempitan di daerah tertentu.

Manik crimson bertemu manik biru malam. Alis yang unik nyaris bertemu di tengah kening. Semburat merah bersemu di pipi. Manis sekali. Mungkin kalau bibir ranum itu boleh Aomine cicipi-

"Daiki. Akhirnya ketemu juga."

"MODYAR." (read: Modyar=Mampus)

Buru-buru Aomine bangkit berdiri sambil menggendong pemuda dari menara itu bridal style. Kaki-kakinya dilangkahkan secepat ia bisa. Meskipun pemuda tampang macho tapi manis itu berusaha berontak dalam pelukan Aomine, rasanya detak jantung Aomine yang berdebar terlalu keras akibat ditemukan pangeran psikopat saat hampir mengecup seseorang membuat pemuda bermanik crimson itu tak berdaya. Nafas menderu Aomine membuatnya terpaku. Peluh yang menetes dari dagu pemuda berkulit remang itu membasahi punggung tangan pemuda alis belah itu. Erotis.

Run, baby. Run.

Perjalanan absurd ini baru saja dimulai.

.

.

.

YAH. KARENA BELOM END YA TO BE CONTINUED AJA.

.

.

Ordinary's Note

HALO HALO coretBANDUNGcoret

AKHIRNYAAAAAAAAAA NGEPOST.

Serius. Ini udah bulan ketiga atau keempat semenjak saia terakhir ngepost. Terlalu sibuk sekola. YAAAHAHAHAHAHAHAHAH CAL UDAH ESEMA SEKARANG. TJIE TJIE TJIE-/sthap

Ya doain aja fic yang lain ga diskon. Yang review, ayo dong. Sekalian polling. Fic mana yang kudu apdet duluan? Fic mana yang discontinue? (Readers : DISKON AJA SEMUA DISKON!) UHYEAH.

List fic yang (mungkin) masih lanjut meskipun daftar masih bisa berubah sesuai keinginan readers:

Di Balik Cermin (pairing Touou!Aomine x Teikou!Aomine)

Cheater (pairing Male!OC x Kagami, Aomine x Kagami)

Theory of Happiness (pairing mostly Aomine x Kagami, tapi dihiasi pairing lain yang bertebaran :v)

last but not least, fic ini. Rantai Rambut Harimau.

MANA YANG HARUS APDET DULUAN? CAL BINGUNG BUKAN KEPALANG.

.

Ehem. Soal fic ini. Bingung sendiri kenapa fic baru bagian pertama, bahkan pairingnya yang (katanya) AoKaga cuma kesebut sedikit disini. Apa-apaan, bahkan mereka baru ketemu dan belom saling kenal. Hint masih kosongan begini. Gaada manis-manisnya. Author minta dilemparin sempak ternyata. Huft. Mungkin Author lelah.

Fakta kedua : Katanya sih parodinya Tangled. Tapi kalo diteliti ada gabungan dari film Disney yang lain. Ada yang bisa nebak? :v

.

Cuap cuap asal Cal sampai di sini saja.

Buat yang kangen (yha) bisa ngontak Cal ke pm. Kalo beruntung bisa dapet nomer hape. /APA BANGET INI PEHLIS/

-Sampai ketemu di apdetan selanjutnya!-

Special thanks buat mbak Jes yang nggak bosen ngingeting buat nulis fic celeng sempak ini. Buat yang nungguin fic ini, atau fic Cal yang lain. Yang setia me-review dan mem-follow atau fav fic dan akun ini. Cal cinta kalian semua. Nggak lupa buat SiDer. Aku tanpamu, helaian sempak belum dicuci.