The Half Demon

Kuroko no basuke © Tadatoshi fujimaki

Penulis tidak mendapatkan keuntungan materil bahkan komersil apapun dari pembuatan fanfiksi ini.

Pairing : Akashi Seijuuro X Kuroko Tetsuya

Genre : Romance/ fantasy / Drama

Rate : (mungkin) M :D

Warning : Yaoi/ kuro!kids / di usahakan g akashi!pedof kok/ OOC/ banyak TYPO/AU

Summary : Ketika anomali dunia semakin meluas. Penciptaan makhluk spritual sebagai bentuk kudeta manusia terhadap tampuk kekuasan pemimpin. Demon—suatu makhluk spritual yang tercipta karena reaksi kimia bersamaaan dengan terjadinya distorsi ruang dan waktu. Kemunculannya di dunia manusia tidak lain karena kesalahan uji coba seorang profesor terkemuka di jepang bernama Suzumiya Kidou.


PARTNER

Ketika anomali dunia semakin meluas. Penciptaan makhluk spritual sebagai bentuk kudeta manusia terhadap tampuk kekuasan pemimpin. Demon—suatu makhluk spritual yang tercipta karena reaksi kimia bersamaaan dengan terjadinya distorsi ruang dan waktu. Kemunculannya di dunia manusia tidak lain karena kesalahan uji coba seorang profesor terkemuka di jepang bernama Suzumiya Kidou. Akibat kemunculan demon, banyak warga sipil yang terbunuh bahkan beberapa kota terpaksa harus dikosongkan karena diduga telah tercipta suatu sinyal yang terus mnejadikan para demon bermunculan, sebut saja sebagai jendela kemunculan demon.

Bentok demon sendiri tidak menentu, beberapa diantaranya berwujud raksasa berwarna ungu, cenderung memiliki warna mata hitam pekat, kekuatannya tak selalu sama antara demon satu dengan demon lain. Hanya saja, terdapat beberapa pemetaan bentuk serta kemampuan para demon. Demon protipe A, merupakan demon dengan tubuh raksasa. Kemampuannya adalah penghancur dengan fisiknya, hampir tidak ada senjata yang dapat membunuhnya kecuali dengan material combo yang disebut dengan rubble. Demon protipe b, merupakan demon dengan bentuk yang selalu berubah-ubah. Karakteristiknya adalah dia memiliki sayap serta serbuk jely yang mampu membunuh mangsanya. Penghancuran prototipe ini hampir sesuatu yang mustahil. Karena kemampuan terbangnya sangat menggangu pertempuran darat. Jangkauan kecepatan terbangnya pun tidak dapat disetarai oleh jet tempur milik pemerintah pertahanan negara. Hingga kini, menembakkan cairan asam yang biasa disebut dengan tamarind, efeknya hanya untuk melumpuhkan sementara selanjutnya dengan rubble, manusia bisa langsung menyayat demon tersebut. Tipe lainnya adalah prototipe c, secara fisik ini adalah demon yang berbentuk seperti hewan rongrong lain (landak, trenggiling), kecepatan dan ketepatan serangan adalah karakteristik prototipe ini. Cara melumpuhkan prototipe ini adalah dengan memberikan serangan angin. Selanjutnya adalah prototipe D, ini adalah prototipe dengan bentuk manusia, bentuk dan kemampuannya hampir sama dengan manusia hanya saja, kepekaan emosionalnya sedikit rendah dibandingkan dengan manusia. Namun kekuatannya mampu mengalahkan ketiga protipe. Terakhir adalah prototipe E, protoptie terkuat. Alih-alih disebut protipe, bentuk ini lebih sesuai disebut fase perkembangan. Karena pada dasarnya prototipe ini adalah prototipe hasil penggabungan minmal dua demon. Bentuknya tidak bisa diprediksi. Namun kekuatannya sangat mungin diprediksi sebagai sesuatu yang sangat hebat..


Malam di kota Tokyo dipenuhi dengan gemerlap lampu berlomba-lomba dengan kerlip bintang yang terhitung tak abadi. Sejak pukul tujuh, alarm tanda bahaya telah berbunyi. Menandakan bahwa seekor demon telah berhasil muncul dan mencapai perkotaan. Tidak membutuhkan waktu yang lama, sekelompok pemuda dengan rambut berwarna-warni datang membawa beberapa perlengkapan tempur, pistol revolver yang berbahan peluru rubble, meriam tangan yang tidak memerlukan roda, serta sebuah mobil tempur dengan fasilitas senjata tambahan untuk medan pertempuran. Merekalah anggota agen pemburu demon yang biasa disebut Kiseki no sedai.

Beberapa menit yang lalu, seorang berambut kuning mengawaki sebuah helikoter untuk memancing demon prototipe A dengan tinggi delapan meter menuju pinggiran kota yang telah disiapkan pemerintah sebagai area pemusnahan demon biasa disebut territory. Territory ini bentuknya tidak berbeda jauh dengan stadion olahrata pada umumnya. Terdiri dari sebuah tanah lapang yang dipinggirnya dipasang tembok berbahan baja, bercampur dengan rubble sehingga sangat tidak memungkinkan bagi demon untuk keluar dengan mudah.

Sebelum seekor demon memasuki territory, territory hanya akan tampak seperti tanah lapang yang sangat luas. Dengan lantai berbahan baja yang bercampur dengan biji rubble. Karena dinding-dinding yang juga kokoh diturunkan agar mangsa dapat masuk dengan mudah.

Sebuah helikopter masih terbang dengan anggun untuk memancing seekor demon berbentuk raksasa berkulit ungu. Ada tanduk pada kepalanya. Sudah pasti demon prototipe A. Belum diketahui bagaimana demon satu ini bisa mencapai kota. Tidak ada tanda-tanda pergerakan dari daerah lain. Dapat dikatakan bahwa demon ini hadir secara spontan.

Seorang pemuda berambut merah ruby berlari di depan demon. Sesekali menembakan senapan berpeluru rubble untuk memancing demon menuju kearahnya. Sebuah mata heterokrom tampak menyala ditengah malam yang masih sunyi, karena jam malam yang tiba-tiba diberlakukan.

Pemuda merah itu masih berlarian menghindari serangan berupa bola api dari demon. Selain itu pohon-pohon dalam hutan menuju territory adalah masalah lain lagi. Matanya masih awas. Sesekali terdengar komunikasi antara si pemuda merah dengan pengendali helikopter yang sesekali pula tampak melayangkan serangan dengan cairan tamarind yang mencipakan efek leleh pada kulit permukaan demon. Namun segera saja kulit itu mengalami regenerasi—pemulihan yang menakjubkan. Tiba di territory yang telah disepakati. Demon menginjakan kakinya pada padang territory. Terdengar komando pemuda merah melalui handsfree yang terpasang di telinga kanannya.

"shintaro! Sekarang!",

Delapan lantai di setiap pinggir secara cepat terangkat hingga saling menyentuh lalu menutupi setiap sisi lapangan. Jadilah ruangan besar dengan tinggi tembok lebih dari sepuluh meter dan dengan luas yang cukup digunakan untuk memasukkan dua ekor demon prototipe A.

Tampak cahaya memancar dari salah satu sisi tembok, beberapa peluru rubble berhasil lolos dan menancap mata salah satu mata demon. Menjadikan demon semakin mengamuk dengan memukul salah satu tembok—percuma. Tak ada retakkan maupun goresan pada tembok tersebut.

"Daiki, giliranmu!"

Seorang pemuda berkulit tan dengan rambut dark blue tampak muncul dipinggir area pertempuran.

"okay!" jawab pemuda tersebut.

Pemuda dark blue tersebut tampak meloncat lincah, dengan sebuah cambuk tali bening tampak di sebarkannya untuk mengikat damon.

"Atsusi!"

"wakarimasta, nee", jawab pemuda itu malas. Dipukulnya kedua kaki demon untuk melumpuhkan pergerakan demon.

Pemuda merah tampak memicingkan kedua mata ruby yang sangat kontras dengan warna malam yang masih saja gelap. Mengeksekusi setiap titik tubuh demon.

"aku menemukannya!" kata si mata ruby seraya menyeringai pada demon yang yang masih saja berusaha meronta karena tidak dapat berdiri. Sesekali semburan api keluar dari mulut demon. Membuat hitam warna tembok yang tak juga menunjukan akan kehancuran. Digenggamnya pistol rubble dengan tangan kiri, tangan kanan memegang sebuah pedang. Akashi berlari menuju demon dari arah depan.

"aku melihat intinya!", ditembaknya bahu kiri raksasa yang masih saja meronta. Kubus hitam kecil di bahu raksasa adalah objek bidikan. Tampak lubang karena peluru rubble. Sebelum kembali beregenerasi, pemuda merah itu segera menebas dengan pedang ditangan kanan. Tebasan yang tak sampai putus. Meyisahkan sayatan dalam yang berhenti beregenerasi. Selang beberapa menit pasca kubus hitam itu dimusnahkan, perlahan demon tersebut leleh dan kemudian hancur. Tidak menyisahkan sisa apapun selain warna hitam karena semburan api pada salah satu sisi tembok territory.

"tch, seperti apa yang diharapkan dari keluarga Akashi", bisik pemuda blue dark yang sibuk mencabut cambuk angin yang sebelumnya telah berhasil menghentikan gerakan demon sebelum akhirnya ditebas oleh Akashi Seijuuro—si pemuda merah ruby.

"Akashicchi! Ada sinyal demon di sekitar territory!", teriak si surai blonde dari helikopter yang masih dikendalikannya.

"tunjukan arahnya?", tanya pemuda yang dipanggil Akashi.

"etto.. di titik 180, dekat kota?"

"baiklah. Kita akan kembali ke kota, Shintarou tetaplah disini. Ayo! ", teriak Akashi seraya beranjak meninggalkan territory.

"matte Akashicci! Sinyal demon menghilang. Berpindah pada titik 197, radius 5km!"

"sangat dekat dengan territory!", kata si surai hijau yang dipanggil Shintarou.

"Satsuki! buka territory!, lebih baik kita cepat selesaikan semuanya!", perintah Akashi pada pengendali sistem territory—Momoi Satsuki.

"oke!", tembok-tembok territory terbuka. Menampakkan malam yang semakin larut. Sebelum para anggota keluar dari territory, sebuah pemandangan mengejutkan terpampang di dekat salah satu pintu territory. Tepatnya di depan Akashi Seijuuro. Seekor demon prototipe C tergeletak dengan luka sayatan. Kemudian hancur seperti halnya demon prototipe A yang dikalahkan oleh Akashi Seijuuro dalam territory.

Seseorang selesai menebasnya, pikir Akashi. Tampak seorang bocah berdiri dibelakang demon berbentuk landak dengan dengan tinggi sekitar 5 meter. Lebih rendah daripada demon yang baru saja musnah di dalam territory. Bocah itu bertubuh kecil, cenderung memiliki ekspresi yang sangat datar. Seolah tak ada emosi yang dimiliki.

Seorang pemuda bersurai abu-abu muncul di belakang si bocah bermata datar. Seorang pemuda jangkung yang baru saja turun dari sebuah pohon di dekat tempat kejadian perkara.

"Ha-Lo, Akashi Seijuuro-sama!", sapa pemuda bersurai abu-abu dengan memberi penekanan. Tanda penghinaan. "terlalu lambat seperti biasanya yaa..", kekeh pemuda bersurai abu-abu seraya mennyilangkan kedua tangan, mensejajari pemuda berwajah datar.

"Haizaki Shugou, itu kah partner baru mu?", tanya Seijuuro dari balik partikel demon yang mulai musnah.

"partner? Ah, kau masih saja lembut seperti orang itu yaa... gakki! Ini gakki! Bukan partner", jawab pemuda berambut abu-abu dengan mata culas seraya menyentuh dagu bocah bersurai biru yang masih mematung. Seolah-olah dia adalah boneka yang sah-sah saja jika majikannya ingin melakukan apapun. Wajah Haizaki semakin mendekat pada dagu kemudian bibir. Seakan akan mencium bocah tersebut.

Belum sempat sentuhan intimitu menempel pada kulit mulus si surai biru, tiba-tiba muncul sinar kemerahan karena sebuah peluru rubble berhasil melewati atara hidung Haizaki dengan pipi bocah berwajah datar. Ada ekspresi geram di sudut bibir Haizaki. Belumsempat Haizaki memalingkan wajah kepada sosok yang berani membuat jeda pada aktifitasnya, sebuah suara menginterupsi.

"Kuroko-cchi!"

Semua mata tertuju pada bocah bersurai kuning yang entah sejak kapan telah turun dari helikopter yang dikendalikannya dan kini sedang sibuk duduk di atas bahu si pemuda berkulit tan. Ada binar dimatanya menatap si bocah bersurai biru yang masih mematung.

"Kise, kau mengenalnya, nanodayo?",tanya si surai hijau—shintaro.

"ehm.. dia temanku di rumah penelitian distrik 34, Kurokocchi! Bagaimana kabarmu?", teriak bocah bersurai kuning yang dipanggil—Kise Ryota—dengan bangga.

"jangan berisik!", kata si kulit tan menegur bocah kuning di atasnya.

"apakah Kurokocchi tidak mendengarku?", kata Kise dengan sedikit kecewa.

"sepertinya dia sungguh tidak ingin mendengar suara mu Ryota", kata si surai merah dengan tetap memandang pada bocah biru langit yang sedang mencoba menyembunyikan ekspresi terkejut atau takut?

"hah? Kenapa? Apakah dia masih marah karena aku meninggalkannya terlebih dahulu?", ada bulir air mata yang mulai merebak pada mata hazel milik si bocah biru. Pemuda bersurai biru tua yang memanggulnya menghentikan niatnya untuk membentak Kise karena telah berisik di atas pundaknya, beralih untuk memgang tangan bocahnya yang berada di atas rambut dark blue nya.

"tch, berisik sekali. Habisi gakki berisik yang memanggilmu tadi!", perintah Haizaki dengan lantang. Sesaat tidak ada tanda-tanda bahwa si bocah biru langit akan menyerang. Diseberang sana, Aomine Daiki, Midorima Shintarou, sama-sama menunjukan kewaspadaan pada bocah mungil biru langit. Bukan suatu yang enteng mengingat bocah itu telah mengalahkan seekor daemon tanpa di dalam territory.

"apa yang kau tunggu?", bentak Haizaki.

"gomennasai, master. Aku sudah mencapai batas."

"HAH?! Jangan bercanda! Kau hanya menghabisi 20 demon keparat selama sehari ini! Dan kau bilang sudah mencapai batas?", tangan kasar Hazaki menolehkan kepala bocah biru muda untuk menghadap kepadanya dengan kasar. Mempertemukan manik abu-abu milik Haizaki dengan manik biru langit yang kosong.

"kau ingat hukumannya jika kau menolak?", ancam Haizaki seraya merogoh sesuatu dari dalam saku blazer hitam yang dikenakannya.

Ada firasat buruk dari pemuda bermata heterokom di sebereng yang masih setia mengikuti pertunjukan dari saingan abadinya.

"Haizaki-Kaichou! Itu akan melumpuhkannya dalam beberapa jam. bukannya kau masih ingin berburu?', sebuah suara dari arah belakang Haizaki menginterupsi. Sosok dengan tingggi mencapai 3 meter. Seorang yang berada di garis pertahanan—Papa Mbaye Shiki.

"aku sudah tidak nafsu untuk malam ini", kata Haizaki yang masih menginflasi dagu si bocah datar. Memberikan seringai mematikan yang tidak membawa perasaan nyaman.

"ini hukumanmu bocah Tetsuya!"

Mata semakin menajam, ada nafas yang tercekat. Seolah waktu menjadi boomerang yang ingin dihentikan. Tak siapapun yang bergerak karena memang tak ada satupun praduga atas tindakan yang akan dilakukan Haizaki Shougo—pemuda yang juga merajai sebagai tokoh utama dalam dunia hunter demon.

DOORR!

Suara pelatuk ditarik. Sebutir peluru lolos melubangi dahi si bocah bersurai biru yang tidak sempat mengatakan apapun. Dari segar mengalir melalui wajah yang masih saja datar. Tubuh itu ambruk tanpa sempat seseorang pun menangkapnya.

"KUROKOCCHII!" teriak Kise dengan sangat keras. Gerakkannya dihentikan oleh pemuda bersurai dark blue yang masih setia memanggul si surai emas.

"yare yare, ini akan merepotkan lagi.",kata Shiki seraya berjalan mendekati tubuh bocah yang dipanggil—Kuroko Tetsuya.

"hey! Katakan padabocah cengeng itu, temannya tidak akan mati.", hanya nada tenang yang muncul pada tuturan si hitam yang kelewat tinggi.

Akashi hanya menatap dan menganggukan kepala. Sedikit paham dengan situasi mengejutkan dari kelompok hunter demon,yang abadi menjadi saingannya.

Masih terdengan raungan Kise dari pundak si pemuda berkulit tan. Tangan si surai hijau tampak menyentuh belakang kepala Kise. Beberapa menit kemudian bocah demon itu tak sadarkan diri dengan masih memegangi surai biru tua milik sang majikan.

"dasar bocah menyusahkan.", runtuk Aomine Daiki si pemuda berkulit tan dengan rambutt blue dark yang mulai memposisikan si bocah emas pada punggung untuk digendongnya.

"nee, dia tidak akan mati." Seloroh bocah ungu yang masih sibuk mencomoti potato chips di tangannya.

"apa maksudmu, Atsusi?", tanya midorima seraya membenahi kacamata yang tidak bermasalah menariknya untuk kembali bergantung pada pangkal hidung.

"itu bukan rubble, itu hanya semacam peluru manusia pada umumnya. Biasa digunakan di dalam kampung penelitian untuk menjinakkan kami", terangnya dengan nada malas tanpa celah.

"Satsuki! Laporkan situasi kota sekarang. Dan kami akan kembali ke rumah. Bereskan sisanya. Daiki, Shintaro bawa Atsusi dan Ryota kembali ke rumah, rawat segala yang perlu", perintah Akashi si pemimin kelompok hunter Kiseki no sedai.

"aku penasaran dengannya." Guman Akashi tanpa tahu ditujukan kepada siapa.

To Be Continue...

hallo minna! saya fujos baru, sebut saja newbie (*_*) ini cerita saya yang kedua, sebenarnya cerita yang satunya juga belum kelar. tapi otak lagi lagi butuh yang baru :D. came back to foot note, saya mohon review dari para readers yang berbahagia. jujur, saya ini ingin bikin cerita yang runtut kagak bengkok-bengkok dan yang terpenting selesai sampai ending :D . dan saya mohon bantuannya (/\)

ngomong-ngomong mungkin ide cerita fict ini adalah dari salah satu anime berjudul Black Bullet dan juga god eater (*_*) jadi jangan aneh kalo mungkin ada yang sedikit nyerempet ke kedua anime tsb. tapi kalo ada yang sebaliknya bilang, "hah? nggak ada mirip-miripnya kok?" yaa berarti anggap saja imajinasi saya belum nyampek ke kedua anime tsb. :'( hahaha