I'm With You
.
.
[Songfic-Twoshot]
.
Vkook / TaeKook
Tae!Top Kook!Sub
.
.
Story by ttaekook's
Disclaimer : All cast hanya milik Tuhan, orangtua, dan BigHit Ent. plot cerita milik saya sendiri.
Terinspirasi oleh lagu Avril Lavigne – I'm With You.
DLDR!
DON'T BE A SILENT READER!
.
.
Happy Reading!
.
.
Jungkook yang patah hati. Taehyung yang maniak melihat profile wanita single di status online pencari jodoh. "Jadi, maukah kau kembali denganku?" melihat Jungkook menatapnya bingung ia kembali melanjutkan, "Maksudku, kembali bersamaku ke apartementku," Jungkook membawa tangannya untuk menggenggam tangan Taehyung, seraya tersenyum manis ia menjawab, "I'm with you, hyung"
.
.
I'm standing on the bridge
I'm waiting in the dark
I thought that you'd be here
by now
There's nothing but the rain
No footsteps on the ground
I'm listening
but there's no sound
.
Jeon Jungkook, namja itu berjalan gontai di tengah derasnya hujan di malam hari kota Seoul. Dengan bibir yang masih terisak kecil ia berhenti di tepian jembatan sungai Han. Yah, seharusnya pemandangan disana sangat indah bukan? Tapi tidak untuk seorang Jeon Jungkook, teringat olehnya akan kejadian beberapa jam yang lalu yang membuatnya menjadi seperti ini.
Flashback
Sore itu, Jeon Jungkook dengan riangnya melangkah menuju kantin kampus seseorang sambil bersenandung kecil. Ah, nampaknya dia sedang bahagia.
"Kook-ah, ada apa denganmu? Mengapa cara jalanmu menjadi seperti kelinci saja?" ucap namja bersurai hitam kelam setelah si manis itu duduk di kursi tempat mereka berkumpul.
Jungkook yang mendengarnya hanya terkekeh kecil. Suasana hatinya sedang sangat baik hari ini.
"Berkatalah sesukamu, Jin hyung. Aku tidak akan marah hari ini, karena nanti malam aku akan membuat kejutan untuk merayakan 1 tahun hubunganku dengan kekasihku." ucap namja bermarga Jeon tersebut.
Sontak Jin-namja bersurai kelam-yang mempunyai nama asli Seokjin melebarkan mulutnya. Yeah, dia sedang kaget saat ini.
"KAU PUNYA KEKASIH?! SEJAK KAPAN? KENAPA TIDAK MEMBERITAHUKU? YA! JEON JUNGKOOK! CEPAT JAWAB! MENGAPA HANYA DIAM, HAH? KAU TAK PUNYA MU-"
"Tenanglah Hyung, bagaimana aku bisa menjawab jika kau terus mengoceh seperti itu. Dan tolong kecilkan suaramu, aku tidak mau seluruh kantin mendengar ocehanmu itu. Aku mempunyai kekasih satu tahun yang lalu, tepatnya saat universitasmu mengadakan pensi. Aku bertemu dengannya secara tidak sengaja, uhh dia tampan sekali waktu itu" ucapnya dengan pipi merona samar saat mengucapkan kalimat terakhir, dan jangan lupakan usaha Jungkook untuk menyelamatkan telinganya dari suara membahana Seokjin.
"Baiklah, baiklah. Maafkan aku, aku hanya kaget. Lagipula, kau tidak pernah menceritakan tentang kekasihmu itu padaku. Dan apa tadi? Kalian bertemu saat acara pensi tahun lalu? Astaga anak ini," ucap Seokjin seraya mencomot kentang goreng milik Jungkook.
"Tentang mengapa aku tidak pernah memberitahumu itu karena kekasihku sendiri yang memintanya. Ia merahasiakan hubungan kami, katanya agar para penggemar wanita fanatiknya tidak menggangguku. Dan ya, kami memang bertemu saat acara pensi tahun lalu, memangnya kenapa, Hyung?" tanya Jungkook heran.
Seokjin menatap Jungkook cemas, ia hanya takut kalau orang yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri itu bertemu dengannya.
"Um, Kookie. Kalau aku boleh tau siapa nama kekasihmu?" tanyanya dengan harap-harap cemas.
"Jimin, Hyung. Kekasihku bernama Park Jimin" ucapnya malu-malu.
Detik itu juga Seokjin melebarkan matanya, mungkin sebentar lagi bola matanya akan keluar dari rongganya.
"Tu-tunggu, siapa yang tadi kau maksud? Jimin? Park Jimin dari universitas Hansang Seoul maksudmu?"
"Iya, Hyung. Apa kau mengenalnya? Bukankah dia sangat tampan?" ucapnya dengan rona samar di pipinya –lagi-
"Ti-tidak, aku tidak mengenalnya" ucapnya dengan melihat kearah lain asalkan tidak ke adiknya itu.
"Sial, sungguh sial. Inilah yang aku takutkan. Tapi hubungan mereka sudah menjelang satu tahun, bukankah itu artinya hubungan mereka baik-baik saja. Yah, kuharap begitu," itu suara pikirannya seorang Seokjin.
Pukul 8 malam, Jeon Jungkook sudah bersiap untuk mendatangi apartemen kekasihnya untuk memberikan kejutan untuk hari jadi mereka ke satu tahun. Yah, bukan kejutan yang mewah tentunya. Mungkin hanya membawakan makanan kesukaan kekasihmu yang telah ia buat sehabis mengobrol dengan Seokjin tadi.
"Kau selalu terlihat tampan Jeon Jungkook," ucapnya sembari membenarkan rambutnya, yeah sifat narsisnya sedang keluar, "Ah, sial. Perban ini sungguh mengganggu penampilanku," ujarnya seraya melihat pantulan jarinya yang terbalut perban. Akibat memasak sore tadi.
"Sudah jam 8, sial aku hampir terlambat," sekali lagi ia membenarkan rambutnya dan membawa makanan yang telah disiapkannya untuk sang kekasih.
"Saatnya menuju apartemen kekasihmu, Park Jimin dan menikmati makan malam romantis" ucapnya seraya terkekeh kecil.
20 menit berlalu dan Jeon Jungkook telah sampai di depan pintu apartemen Park Jimin.
Tarik nafas
Buang
Ia sedang gugup saat ini. Setelah 5 menit hanya melakukan itu saja akhirnya Jungkook memberanikan diri untuk memencet tombol password.
"Baiklah, Jungkook. Ini saatnya" ia lalu memasukkan password kamar apartemen sang kekasih. Setelah berbunyi 'Klik' lelaki itu pun masuk ke dalam apartemen sang kekasih.
"Kenapa disini gelap sekali? Apakah ia juga sedang menyiapkan kejutan untukku?" gumamnya pelan.
Ia pun menaruh makanannya diatas meja dekat dapur dan mulai berjalan untuk ke kamar kekasihnya. Mungkin saja ia sedang mandi atau lebih parah ia sedang tidur. Untuk opsi terakhir Jungkook lebih berharap itu tidak terjadi
Sedikit lagi namja itu mendekati kamar sang kekasih, namun mengapa kamar sang kekasih dibiarkan terbuka walaupun cuma sedikit, karena setahunya pintu kamar tak pernah dibiarkan terbuka oleh Jimin-
"Ahhh~ Jiminiehh.. Disitu nghh~"
-tunggu, suara siapa itu? Jungkook lalu mendekat kearah pintu yang terbuka sedikit itu. Dibekapnya mulutnya sendiri agar isakan itu tidak terdengar, karena di dalam, kekasihnya sedang bercumbu dengan namja lain. Namja yang sama, saat Jimin pertama kali melakukan pengkhianatan kepadanya. Namja yang memiliki kulit seputih gula dan Jungkook akui bahwa namja itu mempunyai senyum yang manis.
Flahsback end
Dan disinilah Jungkook sekarang, berdiri di dekat jembatan sungai Han. Sudah hampir 1 jam ia berada disana dan hujan turun semakin deras, bajunya yang dikenakan telah basah seluruhnya, tubuhnya yang menggigil dan suara giginya yang bergemeletuk menandakan bahwa namja itu sudah sangat kedinginan, namun ia enggan pergi untuk sekedar berteduh.
"Hiks, kenapa tangisan sialan ini tidak mau berhenti?" ujarnya seraya menghapus kasar kedua air matanya. Walaupun air hujan telah menyamarkan air matanya namun tetap saja ia merasa terganggu oleh tangisan ini.
.
.
Isn't anyone trying to find me?
Won't somebody come take me home
.
"Ya! Kim Taehyung! Sampai kapan kau akan mencari kekasih dari situs online pencari jodoh seperti itu?" ucap Namjoon kesal.
"Sampai aku menemukan jodohku mungkin Hyung?" ujar Taehyung dengan kekehan kecil
"Dasar gila, cepat belikan aku makanan di kedai dekat sungai Han. Kau sudah berjanji padaku untuk membelikannya, kan?"
Taehyung mendesah malas, "Baiklah, baiklah 'Yang Mulia Namjoon' saya akan segera membelikannya," ujarnya lalu bangkit dari acara mari-kita-mencari-jodoh-memakai-situs-online.
Namjoon yang mendengarnya hanya memutar bola mata malas, "Dasar anak itu"
Taehyung menyusuri lorong apartemen dengan malas, yang benar saja, ini sudah hampir jam 9 malam dan dia harus membelikan beruang itu makanan? Ayolah, seharusnya ia sekarang masih menikmati waktu bersantainya dengan melihati profile wanita-wanita cantik yang mungkin akan ia kencani dari situs online tersebut. Yeah, salahmu sendiri karena telah berjanji untuk membelikan Namjoon makanan.
20 menit kemudian ia sampai di kedai yang Namjoon maksud, untunglah jarak kedai ini dari apartementnya tidak terlalu jauh. Ia lalu memesan makanan untuk sahabatnya itu.
10 menit kemudian pesanan Taehyung pun siap. Saat ingin berjalan menuju apartementnya kembali, tanpa diduga hujan turun dengan deras. Ia tidak mungkin hujan-hujanan kan? Oh, itu bukan stylenya sama sekali. Terlebih untuk makanan 'terkutuk' pesanan Namjoon ini. Taehyung memutuskan untuk pergi ke halte terdekat untuk berteduh, yang berjarak hanya 100 meter dari kedai tersebut.
Namja itu lalu berlari untuk menembus derasnya hujan. Tidak style hujan-hujanan, eh? Sesampainya disana, halte terlihat lumayan ramai setidaknya ia masih bisa berteduh dari serangan air yang turun dari langit itu.
"Sial, rambut dan bajuku jadi basah gini," ia lalu membenarkan tatanan rambutnya menjadi seperti semula. Yah, walaupun tidak terlalu berhasil setidaknya sudah ia rapikan dan ia tetap terlihat tampan, begitu pikirnya.
"Hei, kenapa lelaki itu tidak ikut berteduh? Apa yang sedang ia lakukan?" gumamnya seraya melihat ke pinggir jembatan, "Entahlah, aku tidak peduli" ucapnya mengendikkan bahu acuh.
Hujan turun semakin deras dan namja bermarga Kim itu masih terjebak di tengah banyaknya orang yang berteduh di halte. Sesekali matanya melihat ke arah namja yang berdiri di dekat jembatan sungai Han tersebut, "Apa ia gila berdiri di tengah derasnya hujan seperti itu?" pikirnya.
30 menit berlalu dan hujan sudah mulai mereda, beberapa orang sudah mulai keluar dari halte untuk cepat-cepat pulang ke rumahnya masing-masing, termasuk Taehyung. Namun ada yang mengganggu pikirannya saat ini, mengapa namja di dekat jembatan itu tidak juga pergi? Setelah berkutat dengan pikirannya, akhirnya ia memilih untuk menghampiri namja tersebut. Mungkin mengobrol sedikit dengannya tidak masalah.
.
.
It's a damn cold night
Trying to figure out this life
Won't you take me by the hand
Take me somewhere new
I don't know who you are
But I...
I'm with you...
I'm with you..
.
Jeon Jungkook masih disana, berdiri di samping jembatan dengan mata memperhatikan sekitar dan baju yang seluruhnya basah akibat hujan. Tak sengaja matanya menangkap seorang namja sedang menatap dan berjalan kearahnya-tunggu, apa? Menatap dan berjalan kearahnya? Ku ulangi, seorang namja sedang menatap dan berjalan kearahnya. Dengan casplock oke. Mau apa namja itu? Begitulah kira-kira pemikiran seorang Jeon Jungkook.
"Permisi, apa kau tidak apa-apa? Apakah kau tidak kedinginan dengan bajumu yang basah itu?" tanya namja bersurai light brown di hadapannya tersebut.
Reflek, Jungkook menoleh untuk melihat siapa yang mengajaknya berbicara.
1 detik
2 detik
3 detik
"Halo? Apa aku setampan itu sampai kau terpana?" ujar namja itu lagi setelah dilihat lawan bicaranya hanya terdiam dengan mata yang betah melihat dirinya
Jungkook tersentak kecil dan tersadar, ini kan namja yang dilihatnya tadi. Kenapa dia sok akrab begitu? Segala bilang dia tampan lagi, cih. Dan jangan lupakan suaranya yang mirip dengan ahjussi-ahjussi penyewa jal*ng di bar yang sering dikunjungi salah satu temannya itu. Baju dan rambutnya pun sedikit basah, mungkin dia sempat kehujanan. Entahlah, Jungkook tidak peduli.
"Kau tampan? Yang benar saja. Semua orang juga tau bahwa aku lebih tampan darimu, Tuan" balasnya dengan tatapan remeh, "Dan kau bertanya padaku 'apakah aku kedinginan?' lalu bagaimana denganmu sendiri?" tanyanya seraya mengangkat sebelah alisnya
"Ow-ow, oke terserahmu saja. Aku? Tentu saja tidak, lagipula dibandingkan denganku, bajumu terlihat lebih parah dariku," ujarnya menilai, lalu ia melanjutkan "Daritadi aku melihatmu dari halte sana dan kau sama sekali tidak beranjak padahal hujan turun dengan sangat deras," ucapnya dengan tangan yang menunjuk halte di seberang mereka. Uh kenapa dia jadi bawel gini? Padahal sebelumnya jika dengan orang asing ia tidak pernah berbicara panjang lebar. Ada apa dengan dirinya?
Jungkook mengikuti arah yang ditunjukkan oleh namja asing tersebut, lalu ia menjawab "Itu bukan urusanmu, Tuan. Maaf aku tidak bisa memberitahumu," ujarnya seraya mengalihkan pemandangan dari namja dihadapannya tersebut.
Taehyung terdiam, namja dihadapannya benar. Itu bukan urusannya, ck ada apa dengannya sekarang?
"Baiklah, itu memang bukan urusanku. Dan aku hanya ingin memberi saran, jangan lupa pulang dan mengganti bajumu, hari sudah malam," setelah berkata seperti itu Taehyung pergi meninggalkan namja tersebut. Namun sebelum benar-benar pergi Taehyung kembali berujar, "Bukankah memberi saran itu baik? Dan tidak ada salahnya untuk kau mengikuti saranku,"
Baru 5 langkah Taehyung berjalan, ucapan namja itu membuat langkah Taehyung berhenti.
"Tu-tunggu, bolehkah aku ikut denganmu?" tanya namja tersebut dengan menggigit bibir
Secepat kilat Taehyung berbalik, "A-apa? Kau bilang apa tadi?" tanyanya memastikan
"Aku bilang, bolehkah aku ikut denganmu?" tanyanya berharap
"Kenapa?" ucap Taehyung pelan yang masih bisa didengar namja tersebut
"A-aku tidak ada tempat untuk dituju" ucapnya menunduk
Taehyung berpikir, haruskah? Haruskah ia membawa namja asing ini bersamanya? Setelah berperang dengan pikirannya, akhirnya ia memutuskan untuk membawa namja tersebut bersamanya
"Baiklah, ikutlah denganku-"
"Jeon Jungkook, itu namaku" ucapnya dengan memamerkan senyum manisnya
Untuk beberapa detik Taehyung terpana oleh senyum namja bernama Jungkook itu. Setelah menetralkan suaranya, ia melanjutkan kalimat yang sempat terpotong tersebut, "Baiklah, ikutlah denganku, Jungkook" ucapnya dengan rectangle smile andalannya.
.
.
I'm looking for a place
I'm searching for a face
Is anybody here I know?
.
"Astaga Taehyung! Kau membawa siapa?" sembur Namjoon saat ia baru saja sampai ke apartemen mereka.
"Tenanglah, Hyung. Dia temanku dan jangan membuatnya takut" ucapnya setelah melihat Jungkook yang ketakutan
"Terserahmu saja, jika ada apa-apa aku tidak ikut tanggung jawab. Mana makananku?"
"Yeah, aku sendiri yang akan bertanggung jawab dan makananmu ada di meja depan, Hyung" ucapnya dengan menarik tangan Jungkook ke kamar
Sesampainya di kamar, Taehyung menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya yang basah akibat hujan tadi
"Jika kau ingin ganti baju pakai saja bajuku yang ada di dalam lemari coklat tersebut, mungkin akan sedikit kebesaran jika dipakai olehmu. Dan maafkan lelaki beruang yang tadi kita temui, dia adalah sahabat sekaligus hyungku, dan mungkin kau sudah tau namaku kan?"
Jungkook hanya mengangguk mendengarnya, tanda bahwa ia mengerti apa yang dibicarakan Taehyung walaupun ia yakin Taehyung tidak melihatnya sama sekali.
"Orang bernama Taehyung itu cerewet sekali dan..sedikit menarik juga," gumamnya dan tak lama ia terkekeh dengan ucapannya sendiri. Sepertinya ia telah melupakan sosok yang membuatnya patah hati.
10 menit dan Jungkook baru keluar dari kamar mandi, perutnya lapar sekarang. Dan namja bernama Taehyung itu tidak ada di kamar, mungkin ia sedang bersama namja beruang itu? Maka Jungkook memutuskan untuk keluar kamar dan benar saja Taehyung sedang mengobrol dengan namja tersebut.
"Kau bertemu dengan pemuda itu dimana, Tae?" tanya Namjoon, sepertinya ia habis selesai makan terlihat dari piring yang masih terdapat di sebelahnya
"Di dekat jembatan sungai Han hyung, sepertinya ia sedang ada masalah"
"Ya ya, terserah. Karena hari sudah malam, aku pulang dulu dan terimakasih makanannya. Jaga namja itu baik-baik, Tae"
Taehyung memutar bola matanya malas, "Ne, Namjoon hyung"
Lalu Namjoon meninggalkan Taehyung dan juga Jungkook yang mencuri dengar percakapan mereka.
"Tae, umm.. aku lapar" ucap Jungkook setelah memastikan namja bernama Namjoon-ia mendengar saat Taehyung mengucapkan namanya-itu pergi dari apartemen Taehyung
"Astaga, mengapa kau baru bilang sekarang, Kook-ah. Tetapi aku hanya mempunyai ramen di apartemenku, tak apa?"
"Tak apa, hyung. Lagipula aku sudah meminta dibawa kesini tidak mungkin kan aku meminta aneh-aneh darimu?" ujarnya.
Mendengarnya, Taehyung hanya bisa terkekeh, "Kau benar," ujarnya kalem. "Baiklah, kau tunggu disini, aku akan memasakannya untukmu" ujarnya seraya meninggalkan Jungkook
"Nde, terimakasih Taehyung" ucapnya senang
-15 menit kemudian-
"Jungkook-ah, kemarilah. Ramenmu sudah siap," panggil Taehyung dari arah dapur
"Nee" Jungkook menjawab cepat. Acara menonton tvnya pun ia sudahi, yah walaupun dia hanya mengubah-ubah channel saja sih. Intinya ia sempat menonton kan? Ia lalu meninggalkan ruang tengah dan pergi untuk menghampiri namja yang telah mau menampungnya tersebut. Mengapa ia terdengar seperti kucing sekarang.
"Tidak terlalu lama kan?" ucap Taehyung setelah Jungkook duduk di kursi makan
"Tidak kok," ujarnya.
Jungkook lalu mengalihkan pandangannya dari wajah uhuk-tampan-uhuk Taehyung ke makanan yang telah disiapkan oleh Taehyung. Oh, lihatlah matanya itu. Apakah dia sangat kelaparan? Hati-hati liurmu menetes hanya karena semangkok ramen, Jeon Jungkook.
"Hei, santai saja tatapanmu itu, Kook. Aku tidak akan merebutnya darimu," ledeknya setelah bagaimana ia melihat Jungkook menatap lapar ramen tersebut
Tersentak kecil lalu tak lama rona merah samar mulai muncul dikedua pipi gembil namja bermarga Jeon tersebut. Sial, mau taruh dimana muka tampannya ini? sungutnya.
"Hei, apa pipimu memerah?" ledek namja bermarga Kim itu lagi
"..."
"Hei, Jungkook?"
"..."
"Kookie?"
"...diamlah, Taehyung"
Ah, sedang malu dia rupanya.
"Makanlah ramennya sebelum dingin," ujarnya setelah 3 menit hanya diam memandangi muka memerah namja di depannya ini
"Kau yang membuatnya hampir dingin, sialan" gumamnya
"Apa kau bilang sesuatu, Jungkook?" tanya Taehyung memastikan
"Ti-tidak"
Taehyung hanya mengendikkan bahunya acuh, karena dia yakin sekali bahwa namja di depannya ini mengatakan sesuatu tadi. Entahlah.
.
.
Cause nothings going right
And everythings a mess
And no one likes to be alone
.
"Dilihat dari wajahmu sepertinya kau lebih muda dariku, Jungkook. Boleh ku tau sedikit tentangmu? Karena yeah kau tau kan setidaknya aku tau beberapa hal tentang orang yang sedang menginap di apartementku ini,"
Ini bahkan baru 5 menit Jungkook bisa memakan ramennya secara tenang, tetapi salahkan mulut sialannya ini karena sungguh, Taehyung itu tidak tahan sekali berada disuasana kelewat hening ini. Seperti hanya dia saja yang tinggal di apartementnya, walaupun biasanya dia memang selalu tinggal sendiri kecuali hari tertentu karena ada saatnya sahabat beruangnya-Namjoon-itu menginap di apartementnya.
Jungkook menaruh sumpitnya pelan, "Yah, kau benar," ia menegakkan punggungnya dan membalas tatapan penuh harap dari namja bersurai light brown tersebut, "Namaku Jeon Jungkook, aku sudah memberitahukannya tadi saat kita pertama bertemu dan aku adalah siswa tingkat akhir di SOPA SHS, bagaimana denganmu?"
"Ekhem.. Aku Kim Taehyung, aku adalah mahasiswa semester 4 di universitas Hansang Seoul di jurusan manajemen dan bisnis, dan aku lebih tua 2 tahun darimu jadi kau harus memanggilku hyung mulai saat ini, oke?"
"Oke, Tae Hyung" ujarnya kalem
Keadaan kembali hening dan Jungkook telah melanjutkan memakan ramennya yang tadi sempat terhenti oleh obrolan singkat dirinya dengan Taehyung. Sedangkan Taehyung, namja itu sesekali mencuri pandang kepada Jungkook yang menurutnya sangat lucu ketika makan. Oh lihatlah bagaimana bibir itu mengunyah ramennya, membuat Taehyung ingin menci-
"Sial, apa yang sedang ku pikirkan, bodoh" gumamnya seraya sesekali menggelengkan kepalanya kecil
Dan Jungkook yang melihatnya mau tak mau bertanya kepada namja itu, "Kau kenapa, Hyung?"
Tersentak kecil Taehyung menjawab, "Ti-tidak, aku tidak apa"
Jungkook yang mendengarnya hanya mendengus, bagaimana aku ingin makan dengan tenang jika ia selalu menggangguku, pikirnya.
Tak sengaja Taehyung melihat ke arah jari-jari Jungkook yang terbalut perban, apa anak ini mempunyai kebiasaan aneh melukai dirinya sendiri?, pikirnya, tak lama Taehyung bergidik dengan pikirannya sendiri. Bodoh, tidak mungkin dia seperti itu, pikirnya lagi.
"Jarimu kenapa, Kook-ah?" tanya Taehyung dengan mata yang terus memperhatikan jari-jari Jungkook yang terbalut perban
Mata Jungkook mengikuti arah pandangan Taehyung. Tau apa yang Taehyung maksud, ia sama sekali tidak berusaha menutupinya, mungkin ia berpikir tidak ada salahnya untuk Taehyung tau. Mendadak Jungkook teringat kembali alasan mengapa ia mendapat luka di jarinya dan juga...hatinya, detik berikutnya Jungkook memandang sendu balutan perban-perban tersebut.
"Ada sebuah insiden, yang tak ingin ku ingat," suaranya bergetar, matanya masih setia memandangi perban tersebut. Terdiam cukup lama dan Taehyung masih setia menunggu namja itu untuk melanjutkan kalimatnya, namja bermarga Jeon itu menghembuskan napas berat dan mulai menetralkan suaranya, "Umm, Hyung?" ia mengalihkan seluruh atensinya kepada Taehyung, dengan suara serak ia melanjutkan, "Maukah kau membantuku untuk melupakan insiden itu?"
Taehyung tertegun dengan permintaan aneh namja di depannya ini. Ia melihat semuanya tentu saja, bagaimana sorot sedih dan suara yang bergetar itu. Taehyung tau, namja di depannya ini membutuhkan seseorang untuk dijadikan sandaran dan seseorang yang selalu ada untuknya. Taehyung tidak bodoh, ia tau itu, karena ia juga pernah mengalami hal yang sama seperti yang dialami namja Jeon itu sekarang. Maka dengan itu, ia menatap teduh manik yang masih setia memandanginya itu dan tersenyum hangat, tak lama ia mengangguk
"Baiklah, aku akan membantumu melupakan insiden tersebut, Jeon" ucapnya yakin
Sesaat Jungkook merasakan kehangatan yang Taehyung berikan kepadanya dan tak lama ia pun membalas senyuman hangat milik namja tersebut, tanpa tau bahwa Taehyung sempat melihat sorot penuh harap darinya.
.
.
Isn't anyone trying to find me?
Won't somebody come take me home
.
Sudah 3 bulan semenjak kejadian Taehyung mengiyakan permintaan aneh Jungkook, mulai saat itu hubungan mereka menjadi lebih baik dan sudah 3 bulan pula Jungkook tinggal di apartement Taehyung. Lalu selama 2 bulan terakhir mantan kekasihnya-Jimin-tidak pernah menghubunginya lagi. Lagipula ia tidak peduli, yeah setidaknya begitu.
"Hyung, cepatlah. Jika menunggumu terus seperti ini bisa-bisa aku akan telat, kau tau kan ini hari pertama aku sebagai mahasiswa jika aku telat mau taruh dimana muka tampanku ini, Hyuuung" ujar namja Jeon tersebut dengan rengekan diakhir kalimat seraya memandang tajam pintu kamar Taehyung
"Iya iya, Jeon. Sebentar lagi," teriaknya
Jungkook yang mendengarnya hanya mendesah kasar dan kembali memainkan ponselnya
"Hei, Jungkook, apa kau melihat almamaterku?"
Jungkook memutar kepalanya untuk melihat Taehyung, namja itu sedang menyembulkan kepalanya di pintu kamar. Ia berdiri malas dan berjalan menghampiri Taehyung, sepertinya ia tidak berniat menjawab pertanyaan Taehyung sama sekali.
Melihat Jungkook berjalan kearahnya dengan pandangan tajam seperti itu, Taehyung mundur 3 langkah dari pintu kamar, ia tau pasti sesuatu yang buruk akan terjadi. Dan benar saja, tak lama pintu kamar terbuka secara kasar, sepertinya kita tau siapa pelakunya-
"BUKANKAH ALMAMATERMU SUDAH KAU PAKAI KIM-IDIOT-TAEHYUNG?!" teriak Jungkook setelah sesaat memandang Taehyung. Oh, sial. Lama-lama ia bisa darah tinggi jika terus-terusan bersama si idiot ini.
-Benar, dialah Jeon Jungkook.
Berjengit Taehyung mendengarnya, sial suara 3 oktaf milik namja Jeon itu lagi, mungkin sudah menjadi hobby baru bagi Jungkook untuk meneriaki Taehyung, takut-takut ia melirik ke arah seragam miliknya sendiri. Dan benar saja ternyata almamater sialan yang sudah hampir 15 menit ia cari sudah dia kenakan sejak tadi. "Bagaimana aku bisa lupa?" rutuknya dalam hati
Dan hanya cengiran bodohlah yang bisa Taehyung berikan kepada namja bersurai honey blond didepannya ini
Tak butuh waktu lama kepala Kim-bodoh-Taehyung itu sudah mendapat jitakan sayang dari yah kalian tau siapa pelakunya.
"Sial, makin hari makin sakit saja pukulannya itu. Untung ia mempunyai wajah manis, kalau tidak sudah ku sumpal bibirnya dengan bibir seksiku ini agar tidak teriak-teriak lagi dan hanya mendesahkan namaku saja," yah terkutuklah kau dan otak mesummu itu, Kim.
"HYUNG CEPATLAH! KAU INI SEPERTI KEONG SAJA!"
Nah kan, sudah ku bilang. Hobby baru seorang Jeon Jungkook itu meneriaki Taehyung.
.
.
Disinilah mereka sekarang, di depan kampus dengan Jungkook yang berstatus sebagai mahasiswa baru disana.
"Kookie, kau siap kan?" tanya Taehyung
"Ne, Hyung"
Dan Taehyung menautkan kedua tangan mereka berdua seraya membawa Jungkook memasuki kampusnya, oh maksudku kampus mereka berdua. Semakin erat genggaman tangan Taehyung, semakin banyak rona merah yang dikeluarkan oleh pipi gembil Jungkook.
"Jja, sudah ya kau aku tinggal disini. Karena kita berbeda fakultas jadi tidak mungkin kan kau ikut denganku,"
"Hm-mm, lagipula fakultas kita bersebalahan. Baiklah, aku pergi,"
Dengan berat hati Taehyung melepaskan genggamannya dari tangan Jungkook. Netranya masih terus mengawasi punggung namja bersurai honey blond tersebut, hingga tubuhnya menghilang diujung jalan. Ia membawa netranya untuk melihat tangannya yang tadi menggenggam erat tangan Jungkook, dan ia berjanji pada diri sendiri bahwa tangan namja Jeon itu hanya dia seorang yang boleh menggenggamnya.
Jeon Jungkook, namja itu merasakan hal yang aneh setelah sebulan kedekatannya dengan namja bermarga Kim tersebut. Ia merasa seperti ada jutaan kupu-kupu yang melayang di perutnya saat Taehyung menatapnya lembut ataupun tersenyum padanya, oh jangan lupakan saat tangannya tiba-tiba digenggam dengan erat oleh namja bersurai dark brown tersebut. Membayangkannya saja sudah membuat namja Jeon ini bersemu. Apakah ini seperti ia mempunyai perasaan khusus kepada Taehyung? Entahlah, Jungkook masih belum bisa menyebutnya seperti itu. Biarkan saja waktu yang menjawab semuanya.
3 jam berlalu dan untungnya Taehyung sudah selesai dengan mata kuliah yang membosankan itu, dan sekarang kakinya sedang melangkah kearah kantin kampus untuk mengisi perutnya yang kosong dan menemui sahabatnya yang bisa dibilang pendek itu
"Yo! Kim Taehyung, aku sangat merindukanmu~" ucap seorang namja bersurai merah muda
"Kau menjijikan, Jimin. Dimana kekasih gulamu itu? Tumben sekali kalian tidak bersama, biasanya selalu lengket seperti upil dan ingus" ujarnya setelah mendudukkan dirinya di kursi yang kosong
"Jaga ucapanmu, Taehyung, atau dapat ku pastikan bagian selatan tubuhmu tidak akan berfungsi lagi," nah kalimat pedas ini sudah tentu pasti-
"Eh, Yoongi hyung hehe, sejak kapan kau ada disana?" ucap Taehyung dengan cengiran bodohnya
-Yoongi, namja sadis dengan mulut ularnya yang hanya akan lemah dengan gombalan tak bermutu seorang Park Jimin dan urusan ranjang tentunya.
"Sejak kau dan mulut kurang ajarmu itu menyebutku dan Jimin bagaikan upil dan ingus, menjijikan." maklum kan saja dengan mulut berbisa Yoongi itu
"Yoongi-ku, kekasihku yang setiap hari makin manis," yeah ini suara laknat seorang Jimin
"Berisik," ujar Yoongi ketus dan tak lama rona samar mulai menjalar di pipi putih namja itu
"Menjijikan, lama-lama aku akan muntah jika terus-terusan melihat drama picisan seperti ini," gumam Taehyung dan dia pun pergi meninggalkan kedua pasangan tersebut
.
.
It's a damn cold night
Trying to figure out this life
Won't you take me by the hand
Take me somewhere new
I don't know who you are
But I...
I'm with you...
I'm with you...
.
Sudah hampir pukul 1 siang itu berarti sudah 4 jam dari saat ia dan Jungkook berangkat tadi, dan kuliahnya juga sudah selesai 1 jam yang lalu tetapi mengapa namja Jeon itu belum keluar juga?
Tring!
Ada sms masuk, dan benar saja itu dari namja bergigi kelinci yang sedang ia tunggu-tunggu
From : Jeon Bunny
Hyung, kuliahku akan selesai sebentar lagi. Tunggu aku di kantin ya, dan jangan lupa pesan sesuatu untuk perut laparku ini hihi^^
Ps : berhentilah melihat profile wanita di status online menjijikkan itu, hyung!
Ia terkekeh membaca kalimat terakhir pesan itu. Jungkook memang beberapa kali memergokinya sedang melihat profile wanita single di status online pencari jodoh. Lalu ia mengetikkan sesuatu untuk membalas pesan Bunny tersebut, setelahnya ia memasukkan handphonenya dan kembali ke kantin. Perutnya juga lapar omong-omong, karena drama picisan tadi ia jadi harus pergi dari kantin dan tidak sempat memesan makanan untuk perutnya yang sekarat minta diisi.
To : Jeon Bunny
Baiklah, semangat untuk hari pertama kuliahmu, Bunny. Dan langsung temui aku di kantin jika kau sudah selesai
15 menit
Iya, 15 menit Taehyung menunggu Jungkook di kantin. Tapi namja yang lebih pendek darinya belum menunjukkan batang hidungnya sama sekali. Sabar, Taehyung. Mungkin 5 atau 10 menit lagi Jungkook akan datang.
Dan benar saja, tidak sampai 3 menit pemuda itu telah datang. Tapi tunggu, mengapa dia langsung berbalik meninggalkan kantin tanpa melihat ke arahnya sedikitpun? Ada apa dengannya?
Lantas Taehyung bergegas menyampirkan tas di bahunya dan pergi meninggalkan kantin setelah sebelumnya ia pamit kepada Jimin dan Yoongi hyung untuk pulang terlebih dahulu.
Kenapa Jungkook pergi? Kenapa, dan kenapa. Dan sialnya dimana namja itu sekarang? Taehyung terus memacu langkahnya, mungkin dia belum jauh, begitulah pikirnya. Tunggu, sepertinya ia mengenali punggung kecil yang tak jauh di depannya ini. Lalu namja bersurai dark brown itu sedikit berlari untuk menyusul seseorang yang ia yakini sebagai Jungkook.
"Kook? Jungkook?" panggil Taehyung
Dan saat orang itu membalikkan badannya, Taehyung bersumpah untuk memukul siapa saja yang berani-beraninya membuat Jungkook menangis.
"H-hyung.."
Tanpa berpikir dua kali Taehyung menarik Jungkook ke dalam dekapannya. Entah mengapa ia benci melihat Jungkook menangis. Diusapnya rambut Jungkook dan dengan sesekali mengecup pucuk kepala yang lebih muda darinya. Setelah dirasa Jungkook sudah lebih tenang, Taehyung menciptakan jarak dan mengangkat sedikit wajah Jungkook. Dengan telaten Taehyung menghapus jejak airmata yang berada di pipi Jungkook dengan ibu jarinya, Taehyung menatap Jungkook dengan lembut dan berkata dengan pelan, "Ada apa?"
Dua kata yang sedang tidak ingin di dengar oleh Jungkook dan tatapan itu, Jungkook sedang tidak ingin melihatnya. Ia merasa lemah jika Taehyung sudah bersikap seperti ini padanya.
Melihat Jungkook hanya diam tanpa mau memandangnya, Taehyung kembali membuka suara, "Jungkook-ah, ada apa?" sorot lembutnya berganti dengan sorot khawatir
"Tidak, aku tidak apa," ucapnya dengan mata yang masih enggan melihat ke arah Taehyung
"Baiklah, aku tidak memaksamu untuk menceritakannya sekarang, dan mari kita pulang,"
Dan kedua tangan itu pun kembali bersatu, dengan Taehyung yang menggenggam erat tangan namja yang lebih mungil. Dan Jungkook yang berjalan menunduk di belakangnya dengan rona tipis di kedua pipinya.
.
.
Sungguh Taehyung tidak tau apa yang telah ia perbuat kepada Jungkook, dia bahkan tidak pernah "mengiya-iyakan" namja tersebut. Dia juga merasa bahwa ia tidak pernah berbuat salah, yah kecuali soal hampir telat berangkat kuliah itu saja sih. Tapi Jungkook sama sekali tidak mempersalahkannya, lalu apa yang membuat lagi-lagi namja itu harus menangis? Seperti sekarang ini, ia sedang mengunci dirinya di kamar sejak pulang dari kampus. Fyi, apartement Taehyung mempunyai 2 kamar dan tentu saja mereka tidak tidur bersama.
"Kook-ah?"
"..."
"Kookie? Buka pintunya, ya? Kau belum makan"
"..."
"Bunny? Kalau kau tidak mau cerita tak apa, setidaknya makanlah dulu,"
"..."
Selalu seperti ini, Jungkook yang menangis lalu mengurung diri di kamar dan Taehyung yang setia membujuknya. Taehyung hanya bisa mendesah pasrah, ia tidak tau sama sekali apa masalahnya, jika ia tau mungkin ia akan membantu yah kalau itu bukan salahnya sih.
Cklek!
Pintu kamar itu terbuka, Taehyung yang sempat putus asa kembali tersenyum lebar melihat Jungkook akhirnya mau membuka pintunya setelah 4 jam ia mengurung dirinya sendiri di dalam kamar yang menurut Taehyung sangat terkutuk itu. Jungkook masih disana, berdiri sambil memegang handle pintu, tidak berniat untuk keluar sama sekali. Sama seperti Taehyung, ia masih disana berdiri di depan pintu dengan cengiran bodohnya dan sepiring makanan untuk Jungkook.
"Hyung mau masuk atau tidak?" tanyanya jengah setelah melihat Taehyung sama sekali tidak berniat untuk masuk
"Eh? A-ah, ya. Aku akan masuk," ujarnya dengan membawa tungkainya memasuki kamar Jungkook. Dan Jungkook kembali menutup pintu kamarnya.
"Ini," ucap Taehyung setelah ia dan Jungkook duduk berhadapan, "Makanlah," seraya menyodorkan piring yang berisi makanan itu kepada Jungkook
Jungkook hanya melihat makanan itu tanpa minat dan tidak berniat untuk mengambilnya dari tangan Taehyung, "Aku tidak lapar," jawabnya pendek.
Taehyung mendesah lelah, "Setidaknya makanlah walaupun tidak banyak, aku tidak mau kau sakit"
Bukannya menjawab, Jungkook hanya membuka mulutnya sebagai isyarat untuk Taehyung menyuapinya. Dan Taehyung yang melihatnya tersenyum maklum, lalu ia membawa tangannya untuk menyuapi Jungkook.
"Kau ini, bilang tidak lapar tapi makanannya kau habiskan," ujar Taehyung meledek Jungkook setelah makanan yang dibawanya telah habis dimakan namja tersebut
Jungkook yang mendengarnya hanya mencebikkan bibir, "Kan kau yang menyuruhku untuk makan, Hyung"
"Ah, ya. Kau benar, setidaknya kau sudah makan. Omong-omong, sebenarnya kau ada masalah apa, Jungkook? Apa aku mempunyai salah padamu?"
"Kau sudah menanyakan itu berulang kali, Hyung. Kalau tidak salah kau sudah menanyakan itu selama 15 kali selama hari ini, dan aku ingatkan kau tidak punya salah padaku" ujarnya malas
"Kau menghitunginya? Hebat sekali kau, Jeon. Lalu, apa sumber masalahmu, Kook-ah?"
"Aku tidak bisa memberitahunya, Hyung-ani, belum saatnya aku memberitahumu, maafkan aku"
"Tidak apa, kau tidurlah, jika butuh sesuatu aku ada di depan," ujarnya mengusap pelan kepala Jungkook
Dan Jungkook hanya diam melihat punggung Taehyung yang menjauh.
.
.
TBC~
.
.
Haloo~ saya penulis baru disini. sebenernya ini oneshoot cuma wordnya kepanjangan, dan saya putusin untuk buat cerita ini jadi twoshot. apakah ini masih kepanjangan? ehe. maafkan jika alur terlalu pasaran dan membosankan /bow/ oke, maafkan jika kata-kata atau simbol tertentu yang hilang, karena sejujurnya saya udah mengedit ini berkali-kali namun hasilnya tetap sama. dan saya sangat mengharapkan feedback dari kalian semua, entah kritik maupun saran, karena sesungguhnya saya juga masih harus belajar lagi untuk buat cerita yang bagus dan layak untuk dibaca. last, silakan review agar saya bisa melanjutkan cerita abal ini.
