Summary: Inaho tidak menyangka pekerjaannya sebagi butler di keluarga Saazbaum membawanya menjalin hubungan terlarang dengan Tuan Mudanya. Tidak hanya karna statusnya sebagai pelayan pribadi, namun karna Tuan Mudanya ini yang merupakan orang terkaya di negara ini sudah memiliki tunangan cucu dari pemimpin negara. Bagaimana Inaho dan Slaine menjalani kisah cinta mereka?

Disclaimer: Gen Urobuchi, Katsuhiko Takayama

Genre: Romance, YAOI ALLERT

Rate: T

Pairing: Inaho x Slaine

Warning: OOC, typo eperiwer~~~~ , BL, Yaoi, Absurd, gak nyambung dengan summary, bahasa berantakan

DON'T READ , IF YOU DON'T LIKE STORIES ABOUT BL~~

ORENJI BUTLER

(chap 1)

'My Lord, My Beloved'

Inaho memandang pintu berukir di depannya, sudah hampir setengah jam dia berdiri dan beberapa kali mengetuk tetapi tidak mendapatkan jawaban. Jam sakunya sudah menunjuk angka 6 pada jarum pendekknya dan menunjuk angka 11 pada jarum panjangnya, berarti kurang dari 5 menit lagi sudah pukul 7. Inaho kemudian menunduk hormat tepat di depan pintu "Maaf Tuan muda" , lalu mendorong kedua daun pintu tersebut. Tanpa komando langkahnya langsung menuju kepada tirai-tirai yang masih tertutup rapat, dengan sekali sibak tirai itu terbuka membuat cahaya matahari dengan leluasa masuk ke dalam kamar berukuran 7 kali 12 meter itu.

Silaunya cahaya matahari masih belum mampu membuat sesosok pemuda berambut kuning pucat berkulit putih yang terlelap di atas ranjangnya terbangun. Sekali lagi Inaho menunduk hormat kepada pemuda yang masih tertidur itu. "Tuan muda saatnya bangun". Namun orang yang disebut tuan muda itu tampaknya masih betah bermain di alam tidurnya. Inaho sedikit tersenyum –sangat sedikit–, dengan santai melangkah dan duduk di kasur tepat di samping orang yang disebutnya tuan muda tadi.

"Bat, jika sampai hitungan ketiga belum bangun, Kau akan dapat masalah"

Seketika si pirang membuka matanya, menatap horror kepada wajah Inaho yang tepat berjarak lima sentimeter di sebelah kirinya. Sedangkan Inaho yang mendapat tatapan seperti itu hanya memandang datar kepada Slaine. Segera setelah Slaine akhirnya terbangun, Inaho kembali berdiri di samping tempat tidur bergaya Romawi itu, sikapnya kembali sangat sopan.

"Tuang muda?"

"Apa?" Jawabnya ketus kepada butler pribadinya

"Bukannya harusnya Anda mandi dulu sebelum memakai seragam?"

"Bodo" Slaine tidak tidak mengidahkan saran butlernya, tangannya tetap mengancing satu persatu seragam sekolahnya.

"Bat kau kenapa sih? Memangnya kau tidak malu ke sekolah tanpa mandi?" Tanya Inaho tanpa sopan santun dan rasa hormat sama sekali

"Terserah aku dong!"

"Kau ini, masih pagi. Baru juga bangun langsung marah-marah. Masalahmu apa sih?"

"KAU! BUTLER BODOH! SUDAH BERAPA KALI KUBILANG BERHENTI MEMANGGILKU TUAN MUDA!" Slaine menunjuk tepat di dahi Inaho, di antara kedua alis coklat Inaho. sedangkan si butler hanya memandang datar kepada majikannya yang juga merupakan kekasihnya itu

"Kau marah karna itu Bat?"

"Bukannya kau sudah janji tidak bersikap formal kepadaku saat kita hanya berdua? Kenapa kau tetap saja memanggilku 'Anda', 'Tuan Muda'? URUSAI!"

"Karna itu kau tidak mau mandi? Dasar kekanakan!"

"Ahorenji! Kau menyebalkan!"

"Hai hai.. cepat basuh mukamu, kau tidak malu ke sekolah dengan bekas liur yang terlihat seperti sungai itu?"

Wajah Slaine memerah mendengar celoteh Inaho. Dengan menggunakan langkah seribu Slaine berlari ke kamar mandinya setelah melempar ke sembarang arah seragamnya yang tadi sudah sempat dipakainya. Seragam yang tadinya rapih bahkan sangat licin itu kini terlihat sangat kusut berkat ulah brutal Slaine pagi itu. Inaho yang melihat tingkah kekasihnya hanya bisa memandang penuh rasa iba kepada seragam yang sudah menemani Slaine selama beberapa menit itu. Inaho mengeluarkan ponsel warna orangenya –warna yang cukup terang kontras dengan warna taxedo hitamnya– menekan salah satu kontak di ponselnya. Kurang dari lima menit, saat dirinya tengah sibuk menyeduh teh hitam untuk sarapan Slaine, seorang pelayan mengetuk pintu kamar Slaine, pelayan itu membawakan seragam baru yang terlihat jauh lebih licin daripada seragam yang tadi. Tidak lupa pelayan itu mengambil seragam Slaine yang berkerut-kerut tadi untuk kembali dicuci.

~O~O~O~O~O~O~O~

Mobil putih klasik keluaran negara Jerman hari ini dipilih Slaine untuk mengantarnya ke sekolah. Dengan tenang Slaine duduk di belakang, sibuk menari-narikan jari telunjuknya di atas layar E-pad miliknya. Matanya tiba-tiba kosong saat melihat sebuah e-mail masuk yang tidak lain adalah e-mail dari Ayahnya sendiri yang sudah lebih 2 bulan ini tidak pernah ditemuinya.

Bahkan sesibuk-sibuknya Inaho mengendarai mobil itu, dia masih sempat memperhatikan Slaine yang duduk di kursi belakang selayaknya Tuan Muda. Matanya dengan jelas dapat menangkap bahwa saat ini Slaine tidak berada di mood terbaiknya. Dan seperti biasa dia tidak bertanya, karna Slaine bukanlah tipikal orang yang senang membicarakan hal yang mengganggu fikirannya saat di tanya. Dengan sabar Inaho menunggu kekasihnya itu berbicara, mengawasi Slaine dari cermin mobil.

"Nee.. Orenji…" Slaine menatap cermin yang sedari tadi juga ditatap Inaho. padangan mereka bertemu. Namun, Slaine tidak melanjutkan kalimatnya, menggantungkan setiap kata yang ingin diucapkannya tepat di langit-langit mulutnya

"Hmmm"

"Betsuni…" jawabnya sambil lalu, membuang pandangan ke arah jendela yang tengah memaparkan pandangan laut biru jernih sebersih langit di atasnya yang tanpa hiasan awan. Sekarang mereka tengah berada di jembatan Heavenly Fall, jembatan yang menggabungkan daratan buatan tempat sekolahnya berdiri dengan kota tempatnya tinggal.

"Pasti kau belum menyelesaikan PR mu kan Bat?" Inaho mencoba bertanya sekenanya, meskipun dirinya bisa sangat sabar menunggu Slaine bercerita, tapi hatinya sedikit tidak enak melihat guratan rasa cemas yang bertengger di kedua alis Slaine, menciptakan guratan-guratan keriput yang seharusnya tidak ada di dahi Slaine.

"HAAAH? Kau fikir aku ini pemalas?" jawabnya masih sambil memandang keluar jendela mobil

"Aku tidak berfikir. Aku tau."

"Kau itu sok tau Orenji"

"Mana ada orang rajin yang bahkan tidak bisa bangun pagi tanpa dibangunkan? Kalau bukan pemalas, itu namanya apa? Ketiduran?"

"Aku sengaja terlambat bangun biar kau membangunkanku! Kapan lagi kita punya waktu berdua bersama jika bukan saat-saat seperti itu? Aku…." Ucapan Slaine terhenti, saat menyadari laju mobil yang dikendarai Inaho semakin pelan, mereka berdua sudah memasuki area sekolah.

Setelah memarkir mobil di tempat parkir khususnya, Inaho membuka pintu belakang mobil membantu Slaine keluar dari mobil dengan memegan sebelah tangan putih Slaine. Hiruk pikuk selalu berada di sekeliling parkiran mobil milik Slaine. Jabatan ayahnya yang merupakan orang terkaya di negara menyebabkan banyak gadis yang mengincar Slaine, dan banyak pria yang berusaha menjadi teman Slaine untuk kelancaran bisnis keluarganya. Maka tidak heran setiap hari banyak yang menyambutnya seperti sekarang ini saat dirinya baru saja tiba di sekolah.

Bukan hanya itu sebenarnya, pesona Inaho yang saat ini memegang peringkat tertinggi sebagai butler juga menarik perhatian orang-orang yang bersekolah di sana. Sikapnya yang terkenal dingin dan wajahnya yang tanpa ekspresi sedikit banyak menarik perhatian para kaum hawa bukan hanya di kalangan sesama butler tetapi para kaum bangsawan sederajat Slaine juga banyak yang terang-terangan mendeklarasikan diri sebagai fans Inaho. Tentu saja Inaho tau semua yang terjadi di sekolah dengan sistem 'Tuan-Pelayan' itu, hanya dirinya tidak ingin ambil pusing dengan kegiatan 'idol-fans' itu. Dirinya sudah cukup sibuk mengurus tuannya yang lumayan sedikit 'ababil' itu dan fikiran serta hatinya sudah penuh dengan makhluk bernama Slaine Saazbaum Troyard, tidak ada celah sedikitpun untuk orang lain bisa masuk.

Setelah membantu Slaine keluar dari dalam mobilnya, Inaho mengeluarkan tas sekolah milik Slaine, serta menenteng tas miliknya sendiri yang tentunya penuh dengan berbagai macam kebutuhannya dalam bertugas sebagai butler dan sekolah. Seperti biasa pula, Slaine tidak pernah suka jika barangnya harus dibawakan orang lain apalagi jika yang membawanya harus Inaho yang merupakan pacarnya. Bagi Slaine barangnya adalah tanggung jawabnya, orang lain tidak perlu menanggung itu untuknya. Ini juga yang menjadi salah satu poin penting kenapa banyak orang yang memuja-muja Slaine sebagai pangeran karna sosoknya yang penuh tanggung jawab itu. Maka jadilah mereka –Inaho dan Slaine– idola sesungguhnya dari segi 'Tuan' dan dari segi 'Butler' di sekolah itu.

~O~O~O~O~O~O~O~

Kelas Slaine adalah kelas khusus yang hanya dihuni oleh kurang dari 20 siswa. Kembali Slaine memperhatikan layar e-pad miliknya dengan bosan, terbukti dengan posisi tangan kirinya yang menopang dagu dengan malas. Sementara itu Inaho terlihat sibuk membereskan peralatan 'cemilan' pagi Slaine. Slaine memandang teman sekelasnya dari sudut matanya, tampak olehnya mereka tengah tertawa saat membicarakan rencana study tour sekolah.

"Tuan Muda, apa Anda butuh sesuatu yang lain?" tanya Inaho sopan memecah konsentrasi Slaine yang baru saja ingin menyusun rencana study tour 'untuk dirinya sendiri'.

"Ti..tidak. bukan apa-apa"

"Tuan Muda, sangat tidak elegan jika Anda berbicara terbata di tempat publik seperti ini. bisa merusak citra keluarga Saazbaum" lanjut Inaho

"Wakatta" lanjutnya kembali sibuk dengan dunianya sendiri. Mengacuhkan teguran Inaho. Slaine sangat benci saat Inaho berbicara sopan kepadanya. Membuat dirinya sadar bahwa dia hanyalah alat yang diciptakan Ayahnya untuk meneruskan keluarga. Slaine sangat senang saat ternyata di dunia ini ada orang yang berani berkata kasar kepadanya, membuatnya sadar bahwa dirinya juga adalah manusia.

~Flashback 2 tahun lalu~

Slaine memandang rendah kepada pria yang tengah membungkukkan badan di depannya. Orang itu adalah Butler pribadi baru milik Slaine, setelah butler lamanya Harklight pindah kepada keluarga Vers Allusia sebagai syarat perjodohan Slaine dengan Asseylum.

Pria berambut coklat itu mengangkat kepalanya, memandang Tuan barunya yang terlihat sangat menyebalkan itu. "Saya Inaho Kaizuka, mulai hari ini saya yang akan menjadi pelayan pribadi Anda Tuan muda."

"Kuharap kau tidak menyusahkan. Sampai detik ini belum ada yang bisa melayani sebagus Harklight. Aku bahkan sudah 5 kali mengganti pelayan pribadiku selama sebulan ini. Semoga kau tidak menjadi orang keeam yang harus kuganti" jelas Slaine panjang lebar.

"Baik Tuan" jawab Inaho sembari meletakkan tangan kanannya di dada kiri. Inaho membereskan semua buku sekolah milik Slaine dari atas meja. Kegiatannya berhenti saat, matanya menangkap salah satu buku PR Slaine yang kebetulan terbuka.

"Maaf Tuan muda, saya rasa jawaban Anda di sini kurang tepat"

"HAAAAAAH? Kau itu hanya pelayan. Tau apa kau soal seperti itu?" jawab Slaine emosi mendorong tubuh Inaho untuk mengambil buku PR nya. Sekali lagi memeriksa jawabannya yang tertulis di sana. Benar saja, dia memenag salah. Tapi egonya yang terlalu tinggi membuatnya urung meminta maaf kepada Inaho. Apa jadiya jika seeorang Tuan harus minta maaf kepada pelayannya sendiri.

"Saya bisa mengajari Anda Tuan muda"

"Tidak butuh!"

"Kami para pelayan juga memiliki sekolah khusus. Pelajaran yang kami dapatkan bahkan sudah setingkat dengan pelajaran S2, jadi pelajaran SMP seperti ini bagi kami bukanlah hal yang sulit. Dan lagi selain kami menjadi pelayan, kami juga dituntut harus bisa menjadi guru private bagi tuan kami."

Slaine tau betul bahwa semua yang dijelaskan Inaho adalah kenyataan dari seorang butler. Tapi tetap saja, apa kata dunia jika keturunan satu-satunya dari Saazbaum malah minta maaf kepada pelayannya sendiri? Dengan kasar Slaine mengusir Inaho dari kamarnya setelah tugas pelayan baru itu selesai. Mata Slaine membulat saat membaca secari kertas kecil yang sepertinya tanpa sengaja dijatuhkan Inaho tadi saat dirinya mendorong pria berambut coklat itu. Tanpa fikir panjang Slaine berlari mengejar Inaho, menabrak beberapa orang pengurus rumahnya yang tengah membersihkan sudut-sudut mension tempatnya tinggal.

"HEI KAU!" teriaknya saat melihat Inaho yang tengah menuju dapur

"Iya Tuan Muda?"

"Ka..Ka..Kau pernah ke bioskop?" Tanya Slaine gugup, wajahnya memerah menahan malu dengan apa yang baru saja dia tanyakan

"Tentu saja Tuan muda. Kenapa?" Inaho balik bertanya kepada tuannya yang masih sibuk mengatur nafasnya

"Ti..tidak.. bukan apa-apa!" Slaine memutuskan kembali ke kamarnya. Mengutuk dirinya yang dengan bodohnya malah bertanya hal seperti itu kepada Inaho.

"Jangan-jangan Tuan belum pernah ke bioskop?"

GLEEEEEEK Slaine menelan ludah, namun rasanya seperti menelan segelas paku payung mendengar pertanyaan Inaho. "Untuk apa? Aku punya bioskopku sendiri di mension ini. untuk apa ke bioskop para rakyat jelata?" jawabnya angkuh.

"pffft HAHAHAHAHAHAHA" Tawa Inaho lepas begitu saja. Dirinya sudah yakin tuan mudanya ini akan menjawab seperti itu. Namun, membayangkan ekspresi tuan mudanya ini saat berkata seperti itu pasti sangat lucu membuatnya tanpa sopan tertawa seperti itu.

"Ka..kau! jangan tertawa bodoh!" Slaine membalik badanya tepat menghadap Inaho. dengan galak meletakkan jari telunjukknya di dahi Inaho. Sesuatu yang Slaine tidak sangka adalah bahwa Inaho akan memegang jari telunjuknya itu, melanjutkan tertawa lepasnya.

"Jika Anda ingin, saya bisa menemani Anda menikmati bioskop 'rakyat' jelata."

"Aku.. Aku tidak.."

"Anda sesekali harus merasakan antri membeli tiket ala rakyat jelata."

Slaine diam sejenak. Menimbang kembali semua tawaran Inaho.

~End of flashback~

Kelas mulai senyu sejak semenit yang lalu, sejak bel tanda pelajaran akan segera dimulai berbunyi di seluruh area sekolah. Slaine dan para bangsawan lain teman sekelasnya duduk di tempatnya masing-masing. Sebuah meja jati berukir, setiap sudutnya di sapu dengan serpihan emas. Meja dengan ukuran panjang 1.5 meter dan lebar 90 sentimeter adalah meja yang digunakan semua murid di sekolah itu. Bukan hanya mejanya yang berukir, bahkan kursi dan sandarannya juga berukir, dengan beludru berwarna merah yang menutupi sebagian besar bagian tempat untuk duduk dan sandaran kursinya. Saat semua anak-anak bangsawan itu duduk di tempatnya masing-masing, setiap butler mereka berdiri tepat di sebelah kiri mereka selama pelaran berlangsung. Kadang ada dari mereka yang mencatat hal-hal yang dianggapnya penting dan mungkin akan dibutuhkan para tuan mereka.

Wali kelas Slaine masuk, diikuti dua orang wanita yang sangat dikenal Slaine. Tentu saja karna orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah putri kerajaan vers yang merupakan tunangan Slaine, Asseylum Vers Allusia. Dengan sopan, anggun, dan elegan Asseylum memperkenalkan diri di depan teman-teman barunya. Perhatian seluruh kelas sempurna tertuju kepada Asseylum, bukan hanya karna dia cucu dari pemimpin kerajaan, namun karna kecantikan yang dimiliki Asseylum. Rambut kuning panjang, kulit putih bersih, bibir merah merekah, bulu mata lentik bena-benar memancarkan sosok seorang putri.

Senyum Asseylum merekah saat akhirnya Slaine menoleh ke depan kelas, setelah hampir lima menit dia berdiri. Sebenarnya seisi kelas, seisi sekolah bahkan seisi negara sudah tau tentang pertunangan Slaine dan Asseylum sejak 2 tahun lalu. Karna itu pula para wanita bangsawan yang selama ini menaruh hati kepada Slaine hanya bisa gigit jari mengingat siapa yang menjadi saingan mereka.

"Slaine-kun, lama kita tidak bertemu" sapa Asseylum lembut

"Ahh.. i..iya.. sudah 2 tahun yah, terakhir kita bertemu di acara …"Slaine tidak menyelesaikan kalimatnya, ujung matanya melirik Inaho yang berdiri di sampingnya, namun seperti biasa Inaho tetap memasang wajah datarnya seperti tidak terjadi sesuatu. Slaine mendongkol dalam hati 'Ahorenji! Dia tidak cemburu apa? Tunanganku datang! Tunanganku yang manis, cantik terlebih seorang putri sekarang bersekolah di tempatku dia bahkan tidak berekspresi? Jangan-jangan selama ini dia hanya mempermainkanku?'

"Slaine-kun?" Asseylum melambaikan tangannya

"Ah.. ha ha ha.. kuharap Hime tidak keberatan jika saat istirahat nanti kuajak berkeliling sekolah"

"Arigatou Slaine-kun"

Slaine kembali melirik Inaho, masih sama masih datar masih tak berekspresi. Ingin rasanya Slaine melemmpar wajah Inaho dengan kursi yang sekarang didudukinya. Slaine hanya tidak tau, jika saat ini Inaho sangat marah. Dirinya bisa apa? Pacarnya adalah tuannya. Dan lagi pacarnya sudah punya tunangan. Dan lagi tunangannya itu seorang putri. Jika dibandingkan dengan dirinya yang hanya seoraang pelayan pribadi tentu saja Slaine pati akan memilih Asseylum yang sangat amat cantik itu. Tanpa sadar Inaho mengepal tangannya erat. Saking eratnya, Inaho bahkan tidak sadar jika tangannya luka dn mengeluarkan darah.

~TBC~

OWARI

Kahahahahaha selama ini sudah terlalu sering buat Inaho jadi orang kaya, sesekali buat dia jadi pelayan kayaknya asik (tawa nistah /ditabok). Sejujurnya cerita ini dapat ide kana diriku habis rewatching Sebby-Ciel hahahaha. Tapi ceritanya bakal beda kok (jadi jangan bilang saya plagiat huhuhu). See yaaaaaaaaaa jaaaaa