Ketika wanita itu menaruh nampan berisi makanan di sudut meja, kamu masih bergeming.


Kakumeiki Valvarve © Ichiro Oukochi
Kakumeiki Valvrave © Sunrise
a au
fanfiction by sugirusetsuna


sorry, I love her

.

.

.

Dalam senja yang lambat-laun melayu, seakan malu untuk berlabuh pada hamparan biru dan jejeran kapas yang mengukir waktu. Sosok itu bergeming. Mengabaikan jejak gelap yang kini mulai menapaki hari dan menyapu bumi.

Dalam balutan sunyi dan cahaya kecil dari lampu tidur di sudut meja, sosoknya bergeming. Kurvanya tertarik seolah memamerkan pada dunia gemercik kembang api yang membumbung di udara, layaknya mentari dikala mulai merajai pagi. Menghangatkan, namun 'kan menghilang dan berganti sunyi.

Dalam balutan halusnya sutera tubuh mungilnya bergeming. Bola mata bulan sabit menghiasi pipi senada peach. Tak sedikit pun goyahnya akan tarian angin yang menjelajahi setiap inci kulit putihnya. Mulai dari ujung kaki hingga juntaian mahkota. Merah muda yang berterbangan. Layaknya kenangan yang taklama terkikis lalu menghilang.

Dan...

Dalam petak kecil ini kamu mematri sosoknya.

Sosoknya yang masih juga bergeming.

...bergeming dalam pigura di sudut ruangan ini.

Jadi, tak seharusnya kamu mempertanyakan arti kesunyian. Menunggu secercah suara dari kehampaan. Namun, kamu tak mengenal lelah akan mencinta, bahkan sekedar aroma dirinya pun kamu segan untuk melupa.

Apa yang harus dilupakan jikalau sosok itu ada?

Suara pintu kayu yang bergeser membuat dirimu mengukir segaris senyuman.

Wanita itu berdiri di sana.

Dengan tertatih kamu mendekat.

Karena kamu tak ingin membuat ia menunggu terlalu lama.

Kamu merangkuhnya dengan erat.

Semakin erat.

Tubuh wanita itu bergetar.

Tak kamu sadari jikalau rengkuhanmu telah berubah menjadi cengkraman.

"Lieselotte..."

...yang menyakitkan.

"Aku telah menunggumu,"

Wanita itu menangis.

"Begitu lama hingga dada ini terasa sakit."

Wanita itu menangis semakin jadi.

Hingga kamu tersentak dan melepaskan pelukanmu.

Kamu menatapnya lekat-lekat.

Terpatri pada lavendermu senyum sendu dalam genangan air mata yang juga tengah menatapmu.

Jemari wanita itu mengusap pelan tulang pipimu.

Kamu bergeming.

Ketika wanita itu menaruh nampan berisi makanan di sudut meja.

Kamu masih bergeming.

Hingga tungkai wanita itu berlalu dari hadapanmu.

Kamu mematung.

"Sashinami,"

Lalu perlahan, tetes demi tetes air mengalir dari sudut matamu.

"...maaf."

.

.

.


end


. . .

Ah saya udah lupa kapan terakhir saya nulis ff dan sekali nulis beginilah hasilnya asdfghjkl!

Pontianak, 20 Agustus 2014.