Disclaimer : Kazuki Takahashi

Warning : AU, shonen-ai, miss typo, dll

A/N : Fict keduaku. Maaf jika ada yang aneh. Terima kasih yang sudah mau membaca fict ini. Dan mohon reviewnya jika berkenan.

Prolog

Tinta yang mengombak dalam wadah tinta emas ini mulai menetesi akhir

Pada bulu pena yang tak pernah putih lagi

Dan pada lembar-lembar yang mulai mencapai epilog cerita

Mari kita mulai kisahnya...

Pada suatu masa. Di mana bukan sekarang. Dan di suatu dunia. Di mana bukan di dunia kita. Tersebutlah sebuah peradaban.

Peradaban tersebut sangat maju. Namun, peradaban itu masih mempercayai adanya 'Dewa'. 'Dewa' yang menjaga mereka dari segala musibah. 'Dewa' yang menjaga mereka dari nasib buruk. 'Dewa' yang mengatur segala sesuatunya di 'Dunia'. 'Dewa' yang segalanya. 'Dewa' yang tak bisa diganggu gugat. Absolut.

Mereka mengakui akan eksistensi sang 'Dewa'. Mereka tunduk akan eksistensi sang 'Dewa'. Mereka mempercayai eksistensi sang 'Dewa'. Bahkan, mereka memuja eksistensi sang 'Dewa'.

Tapi, mereka tak tahu. Sesuatu dibalik eksistensi sang 'Dewa'. Keberadaan yang mereka puja. Mereka tak pernah tahu.

Tersebutlah dua orang manusia –sebutlah mereka manusia. Yang terlibat dalam perebutan tahta 'Dewa'. Takdir tak pernah membiarkan mereka memilih jalur sendiri. Berulang. Berulang. Dan berulang. Takdir untuk mereka berulang. Tanpa awal. Tanpa akhir. Selalu sama.

Lembar putih buku sang takdir telah berwarna merah sejak awal. Takdir mereka berdarah.

Tapi, satu. Yang tak pernah sang takdir sadari, yang tak mereka mengerti. Bahwa, hati mereka tak pernah sama. Akan ada yang berbeda. Dan mereka tak tahu. Mereka tak mengerti. Sang takdir tak pernah sadar. Ia telah melewati sebuah batas.

Yang mereka tak mengerti. Yang tak pernah mereka sadari. Satu roda gigi telah patah. Dan semua tak akan pernah sama. Mereka tak pernah mengerti. Dan takdir tak pernah sadar. Tinta emas mulai mengering. Dan lembar-lembar itu akan mencapai penghabisan.

Dan, mari kita mulai akhir ini...

Ada benang merah yang mulai menunjukkan warnanya

Lonceng kematian yang berbunyi di pelaminan

Dan aku, kau, mereka mulai bertaruh

Apa akhir dari lembar-lembar yang mulai menguning itu

To be Continued...