A scissors

Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

Akashi Seijuuro x Kise Ryouta

.

.

.

"H-hwaa... A-akashi-cchi, benda itu sangat berbahaya ssuu! Jangan membunuhku dengan benda itu ssuuuu!" Kise berteriak histeris. Ia menatap Akashi dengan wajah memelas.

Memang, nasib sial menimpa Kise. Setelah berlatih basket bersama teman-temannya, tiba-tiba melalui sebuah pesan, Akashi langsung menyuruhnya pergi ke gudang karena ingin membicarakan sesuatu tapi ternyata inilah yang terjadi pada Kise.

"Sshh... bukankah aku sudah bilang padamu untuk tetap tenang, Ryouta?" Akashi menyeringai kecil dan kembali menggunting seragam kebanggaan ace Kaijou itu.

Tidak mau terjadi sesuatu yang buruk, Kise mengangguk dan diam membiarkan Akashi yang memotong seragam Kaijounya. 'Aaaa Tidakkkkkkk! Seragamku ssuuu' inner Kise berteriak melihat seragamnya yang sekarang sudah tak layak pakai.

Seringai Akashi melebar melihat ekspresi takut dari Kise, matanya menatap puas pada seragam yang gini sudah terbelah menjadi dua bagian. Akashi melirik Kise, "Saa selanjutnya apa ya?" Ucapnya dengan suara rendah tepat di telinga Kise.

Kise merinding. Suara Akashi yang berbisik di telinganya seperti sebuah suara kematian yang menantinya.
Keringat dingin mulai bermunculan dari dahi Kise. Pemuda pirang itu tidak bisa melakukan apa-apa. Akashi itu orang yang menyeramkan menurutnya. Bahkan lebih seram dari ribuan iblis sekalipun. Dalam hati, Kise berharap cemas semoga ada bala bantuan yang datang menolongnya dari siksaan ini.

"Hora hora Ryouta, kenapa diam?" Bisiknya lagi, ah ekspresi takut yang terekam disepasang heterokom milik Akashi benar-benar manis. Satu tangan yang menganggur digunakan Akashi untuk menyentuh bibir Kise, "Perlu aku lebarkan bibirmu supaya lebih mudah mengatakan sesuatu?" Akashi melemparkan senyum ramah seolah membantu Kise meski yang terpancar justru sebaliknya.

Kise hanya menggeleng takut. Ia kembali menarik pikirannya tentang Akashi tadi. Akashi bahkan lebih seram dan menakutkan dari seribu iblis atau malaikat maut sekalipun.

"A-Akashi-cchi jangan melakukan itu ssu.. Nanti karir modelku bagaimana kalau bibirku kau gunting ssu?" Tanya Kise.

Masih mempertahankan senyum, Akashi menempelkan ujung guntingnya ke pipi Kise, "Aku hanya sedikit membantu." Jawabnya santai, tanpa peduli bagaimana kondisi korbannya. Nyatanya dalam pikiran Akashi dia hanya mau bersenang-senang dengan Kise.

"Hwee.. Akashi-cchi jangan terlalu kejam padaku ssuuuu... Aku akan melakukan apa pun yang kau inginkan ssuu... Tapi tidak dengan menggunting bibirku ssuuu" ujar Kise memohon dengan raut wajahnya yang akan menahan menangis. Tidak bisa membayangkan bagaimana nasibnya nanti dengan gunting yang dimainkan mantan kapten tim basketnya saat di Teiko ini.

Akashi berhenti memainkan guntingnya di pipi Kise lalu menatapnya dengan sedikit terkejut sebelum akhirnya tersenyum tipis, "Kau yakin dengan kata 'apapun'?" Bagi Akashi kata itu terdengar sebagai tawaran yang menggiurkan.

"Tentu ssuu!" Seru Kise meyakinkan Akashi.

Berpikir sebentar hingga detik berikutnya Akashi membalik tubuh Kise menghadapnya lalu memberikan tatapan intens ke dalam manik kuning yang masih memancarkan rasa takut. Padahal Akashi juga bukan monster, "Tidak akan menyesal?" ucapnya provokatif.

"T-tidak ssu!" Jawab Kise semakin yakin. Setidaknya dengan ini ia bisa terbebas dari titisan setan merah seperti Akashi.

.