Yang Nash ingat sebelum kehilangan kesadaran adalah dirinya disambit sepatu kemudian disemprot dengan APAR oleh seorang perempuan berambut pendek berdada triplek.
Yang Kagetora ingat seharusnya dedengkot The Jabberwock itu sudah kembali ke Amerika. Perlukah ia menelfon petugas imigrasi sekarang? Sekalian saja panggil petugas rumah kesehatan mental terdekat.
"Tamu adalah raja. OK?"
"OK ... when will you die?"
"UDAH PULANG AJA SONO!"
…
N Untuk Nash
Chapter 1 : Nash dan Keluarga Aida
Proud to you by:
emirya sherman
Disclaimer:
I own nothing. Kuroko no Basuke owned by Fujimaki Tadatoshi. This is only a work of fiction. If there any similarities among the names, the places or the plotlines are entirely coincidental.
Warnings:
Out of Character. Typos everywhere. Najong!Nash. Bullied!Nash –by me-#kicked.
…
Selamat membaca.
…
…
Kagetora menyesal dunia akhirat, jengkel sampai ke ubun-ubun, penyesalannya tak kurang tak lebih gara-gara tim streetball yang diundangnya untuk mengadakan pertandingan persahabatan dengan tim basket dari Jepang berujung ricuh. Mau waktu mereka datang atau setelah mereka pulang semuanya hanya membuatnya terjangkit Hipertensi dadakan.
Rencana awal Kagetora adalah menjadi promotor pertandingan basket dan penerjemah bagi boncel-boncel asal Amerika itu. Sekaligus dijadikan ajang judi sih, meski pun pemirsa yang datang ke pertandingan itu awalnya mengira akan menjadi sejenis dengan judi sabung ayam, pantas saja banyak yang membawa ayam jago.
"Bukankan seharusnya kamu sudah pulang Nash. Kenapa masih ada di sini? Mana teman-temanmu yang lainnya?" Kagetora masih tahan untuk menginterogasi apa alasan Nash Gold Jr. masih betah menjablay di Roppongi sambil sesekali menggoda mbak-mbak yang lewat. Kurang ajar betul.
Si target pertanyaan diam tak bergeming, sengaja mematungkan diri sendiri dalam mode freeze, pun tidak lupa memberikan muka Badaknya. Nash Gold Jr. perutnya kini bergejolak, ia menghabiskan acar satu baskom sendirian.
Kagetora serasa ditempeli benalu. Angka tagihan di selembar kertas yang dia pegang tidak main-main Bung! Bagaimana Kagetora tidak kena Hipertensi dadakan. Dengan seenak jidatnya alih-alih memberikan nomor telefon Papihnya dari Amerika sana, si antagonis Extra Game malah memberikan nomor telefon Kagetora pada pihak sebuah cabaret club di Roppongi untuk jaminan.
Faktanya Nash tidak bisa membayar pesanannya dan pelayanan dari klub tersebut. Demi kolor D*nald Trump, tidak hanya itu Kagetora pun menerima tagihan hotel yang ada disekitar sana atas nama si ndoro bei Nash Gold Jr.. Angkanya pun sama saja, sama-sama membakar isi dompet.
Memang ya Nash itu di Amerika hidupnya bak sosialita. Nash saja bilang kalau itu bukan seberapa, dia juga bilang kalau kualitas hotel di Jepang bahkan tidak sebanding dengan WC nya di rumah, sungguh kurang ajar. Padahal hotel yang dipesannya sudah kelas VVIP setara untuk Perdana Menteri!
Lah mana seharusnya sudah sampai di Amerika lagi, harusnya Nash langsung sowan simbah buyutnya. Terus sungkeman ke papih dan mamihnya karena udah dipecundangi sekelompok topeng monyet asal Jepang –ini Nash lho yang bilang- kemudian take off ke Negeri Pulu-Pulu demi menghadiri undangan artis kondang pujaannya, Fitria Beckham dalam acara pesta bebakaran. Nash rela menyebrangi Samudra Pasifik dengan mendayung rakit, dengan resiko ditelan ikan hiu.
Dua hari sebelumnya Nash ditinggal teman-temannya pulang. Waktu itu di bandara dia bilang ke Silver untuk menunggunya sebentar untuk kamar mandi. Nash juga menitipkan barang bawaannya ke Silver termasuk tas yang isinya surat-surat berharga macam kartu identitas, paspor, kartu asuransi kesehatan, kartu bertanda-tangan aktris film biru favoritnya, kartu anggota klub golf sampai kupon ke luar angkasa. Intinya sih Silver dijadikan babu oleh Nash.
Maklum semalam Nash tidak bisa tidur dan memesan satu gallon air mineral yang dia tandaskan sendiri, demi menghilangkan luka di hatinya. Mungkin saat itu Silver sedang bolot untuk terlalu peduli dengan Nash. Sehingga saat woro-woro Rakit destinasi Amerika akan berangkat, anggota komplotan Jabberwock termasuk Silver berlari dengan tergopoh gopoh menuju Rakit tujuan mereka. Yang mana mereka telah meninggalkan Nash yang masih berjibaku dengan urinnya sendiri di toilet. Hina? Emang.
Kembali pada seting waktu saat ini, di sinilah rumah Kagetora, Nash akan tinggal sementara waktu. Setelah menelfon rumah dan Papihnya yang telah berjanji akan menjemput dengan jet pribadi. Aslinya sih tiga jam yang lalu mereka mendatangi kantor imigrasi untuk mendapatkan pengganti paspor sementara tapi urung karena sedang ada demo untuk memberikan suaka warga Negara Jauh Di Sana yang baru dilanda perang saudara.
Destinasi berubah menjadi Kedutaan Amerika untuk Jepang, berhubung satpamnya orang Jepang tulen yang nonton pertandingan tim Jabberwock vs Strky dan Jabberwock vs Vorpal Sword, maka pak satpam itu sensi setengah hidup dengan anggota Jabberwock, tak terkecuali kepada Nash dengan wajah gantengnya yang khas blasteran ras Kaukasian dan ras Badak Jawa. Alhasil mereka tak bisa masuk karena si Pak Satpam ngotot kalau ada perlu harus ada janji minimal mengeluarkan kartu identitas untuk meyakinkan bahwa Nash orang Ameriki tulen.
"Gimana gue mau ngasih liat kartu identitas gue, kalo semua berkas penting itu gak gue bawa. Gue kan udah bilang kalo semua dibawa sama temen gue. Bahasa Jepang dari gue mana yang elo gak mengerti. Dasar monyet gak guna." Ujar Nash yang mulutnya persis pengepulan sampah. Nash nyolot pada Pak Satpam, meski berbicara dengan orang yang usianya lebih tua. Area Broca pada hemisfer kiri bagian otak yang berfungsi mengendalikan bahasa lisan dan tulisan telah tercemar dengan tetek-bengek harta dunia berefek pada omongannya Nash yang tidak pernah disortir. Maklum dari kecil itu mulut memang tak pernah dikalibrasi.
Hari itu berakhir dengan ditendangnya Nash keluar gerbang. Kagetora? Dia sih sama sekali tidak membantu, lepas tangan, balik kanan bubar jalan. Tuh lagi minum es cendol di seberang jalan. Kitakore!
…
Tak ada yang dapat ia lakukan, hanya memandangi sebiji box bekas ayam goreng+nasi yang dibelikan Kagetora untuknya. Tidak adakah yang bisa memasak di rumah ini. Biyung … biyung … firasat Nash buruk soal ini. Kagetora bisa saja menelfon infotainment dan mendapat royalty dari 'menjual' Nash, tapi itu terlalu beresiko karena rumahnya dirasa tak mampu menahan gelombang wartawan yang seakan menyerupai demonstran yang ingin meremukkan gedung dewan.
Sebenarnya Nash juga tidak mau koar-koar sana-sini sebab harga diri bak anak kaisar miliknya pasti akan hancur sampai tak bersisa kalau ketahuan menumpang di rumah pelatih tim lawan yang sudah dia sumpah serapahi habis-habisan dulu.
Kagetora terlalu lelah mental menghadapi pemuda songong itu, makanya dia memilih untuk tengkurap di ranjang tercintanya berselimut sarung daripada menemani Nash menghabiskan ayam gorengnya di meja makan.
Sebenarnya Nash masih lapar, tak perlu izin yang punya rumah Nash langsung blingsatan menggeledah isi dapur hanya demi menemukan sebuah benda yang bisa dimakan. Namun hanya ada sayuran mentah dan mie instan, Nash merasa tak butuh itu.
"PAK TUA … PAK TUA … GET THE HELL OUT YOU OLD MAN … APA-APAAN KAMU INI MENELANTARKAN AKU!" Suara Nash sambil menggedor pintuk kamar Kagetora dengan sangat tidak santai.
"BERISIK KAMU CABE! Gak tahu apa aku sakit kepala gara-gara kau. Kan sudah kubilang kita ke departemen imigrasi besok, masalahmu sekarang apalagi!" Kagetora terpaksa keluar kamar, tampak koyo terpasang di kedua sisi pelipisnya.
"Bagi duit, aku mau beli makanan di toserba depan saja deh."
"Hoi, memangnya siapa yang tadi sok ekslusif ogah naik taksi karena tidak mau kelihatan orang hah?"
"Itu kan tadi Pak Tua, sekarang beda lagi. Porsi makan orang Jepang tu sedikit kayak jatah makan seekor ayam tahu. Aku masih lapar, kalau begitu pesenin delivery pizza aja deh."
"JIDATMU DELIVERY! REBUS MIE AJA SANA!"
Kau tak tahu saja Kagetora, Nash itu tidak tahu fungsi kompor dan panci apalagi pernah melihatnya atau menyadari eksistensinya.
Dari omelan Kagetora jelas tak ada harapan untuk Nash. Kagetora hanya menyuruh Nash banyak minum air agar nasi dan ayam yang dia makan mengembang memenuhi lambung. Ha! Gembel! Nash sudah muak dengan air apalagi air sudah sore kata Kagetora, sekalian saja menunggu jam makan malam lalu makan bersama-sama dengan anggota keluarga lain.
'Menunggu Riko-tan,' begitu kata Kagetora saat ditanya siapa anggota keluarga yang lain. Dalam benak Nash nama 'Rico' adalah nama laki-laki, mengingatkannya pada seorang imigran asal Mexico yang berbagi kelas Ilmu sosial dengannya. Nash tak tahu saja bagaimana rupa 'Rico' yang sebenarnya, mungkin si 'Rico' ini adalah remaja laki-laki(?) dalam beberapa foto di rumah ini.
'Cukup manis untuk ukuran remaja pria, tapi kok di salah satu foto dia pake rok sih,' pun Nash tak ambil pusing mengingat orang Jepang yang suka crossdressing dan mereka hebat dalam hal itu. Barangkali Nash bisa membully si 'Rico' ini, oh atau mengajaknya duel One on one.
…
"Nanti kalian berdua mampir di tempatku dulu ya, soalnya ini sudah malam. Ini ucapan terimakasihku karena sudah membawakan beberapa DVD rekapan pertandingan musim lalu untuk analisa pribadiku." Riko senyum imut palsu pada dua j0ngosnya, ternyata di bersama Kagami dan Kuroko.
"Apanya yang beberapa Pelatih? Ini sih bejibun, aku sih tak masalah kalau ini isinya makanan …." Kagami jelas keberatan dengan satu kardus besar berisi DVD yang dibawanya.
"Terimakasih pelatih, tapi kami mau langsung pulang saja deh takut dimarahin mama(?)" kata Kuroko yang curiga pada 'ucapan terimakasih' Riko. Kagami tak setuju dan menyikut Kuroko, Kuroko hanya memberi tatapan 'percayalah padaku Kagami-kun' sambil membenarkan gendongan kardusnya. Fyi, Kuroko menggendong kardus itu dengan gaya seperti Mbok-mbok jamu.
"Wah … padahal aku akan memasakkan kalian makanan istimewa lho."
'Tuh … kan, apa aku bilang kamu gak percaya sih,' begitu kata tatapan Kuroko antara mengejek Kagami dan menahan berat di punggungnya, setelah ini Kuroko berjanji kan menghargai Mbok-mbok jamu, yah sekalipun di Jepang tak akan ditemui Mbok-mbok jamu sih. Perintah Riko itu absolut tak bisa dibantah mereka berdua.
Riko pulang jam 5 sore, setelah mengawasi klub basket Seirin berlatih tentu saja. Riko memutar gagang pintu karena sudah tahu kalau Papanya berada dirumah dan pintunya tak terkunci, itu biasanya sih ….
"Are … kok dikunci? Papa … Papa .… " kata Riko sambil menggedor pintu. Alhasil tak ada jawaban, Riko kemudian memutari rumah demi menemukan ada seorang bule yang tidur ndlosor-lesehan- karena melorot dari sofa dengan muka yang tertutup topi yang ia lihat melalui jendela.
"Maling kah? Pasti itu maling, aku yakin Pelatih. Yosh … kita telefon polisi saja," kata Kagami.
"Tunggu Kagami-kun, bisa saja itu tamu kan?"
Namun Riko telah kembali ke pintu depan, bersiap dalam posisi kuda-kuda. Kagami dan Kuroko terbirit-birit menyusulnya.
"HYAAAAT TENDANGAN MACAN(?)…." BUUUGG … BUGGG … BRAAKKKK .…
Pintu depan ditendang dua kali dan fix rusak parah, demi menghajar maling – yang katanya Kagami- Riko tak ambil pusing lagipula dia kan putri kesayangan Papanya. Masalahnya itu pintu tidak bisa ditutup lagi, keleus.
Tanpa ba-bi-bu Riko membawa sepatunya dan beberapa selop di pintu masuk.
Tiga buah alas kaki melambung dalam gerak konstan parabola sebelum mengenai seorang yang tidur di sofa. Swinggg … swiiiinggg … swiiingg … BUUG … BUUGG … BUGGG .…
"What's now, still hating me, aren't you f*cking universe!" Nash bangun terkaget-kaget dan langsung mengumpat.
Mayday, mayday. Nash diserang satu batalion alas kaki. "Menyerah saja kamu maling," kata Riko ribut. "Kagami-kun, Kuroko-kun ambilkan stok sandal."
"Siap Komandan!"
Kagami yang penyuplai stok alas kaki, Kuroko sebagai distributor, Riko sebagai eksekutor. Dan serangan brutal itu masih berlanjut.
"OI, APA-APAAN SIH, I'LL KILL YE ALL! F*CKIN' CRAZY MONKEY!"
"Berisik lo, gak usah sok inggris ya!"
"Komandan! Amunisi abis!" Kagami melapor karena dia yang paling dekat rak sepatu.
"Apa boleh buat … rasakan ini maling .…"
BRUUSSSHHHH… Riko menyemprot dengan APAR tergantung di tembok, menyebabkan si 'maling tidak bisa melihat, berusaha menghalangi busa yang melimpah (?), gumpalan busa di lantai membuat Nash kepleset, kepalanya kepentok pinggiran meja kayu … dan pingsan seketika (-.-)
"Yosh … sukses." Mereka bertiga ber-tos ria. Kagetora berlari ke ruang keluarga.
"Ada apaan sih, Ah … Riko-tan kamu sudah pulang. Papa sakit kepala nak~" Kagetora langsung menghambur ingin memeluk Riko. Riko menghindar dan Papanya hanya memeluk angin, nyaris memeluk Kuroko.
"Tunggu … tunggu. Lo dua ngapain ngikutin anak gue!" Tunjuk Kagetora pada Kagami dan Kuroko.
"Mereka cuma membawakan DVD kok Pa, ngomong-omong kalo di rumah hati-hati dong, tuh ada maling. Tapi kayaknya sekarang udah pingsan deh."
"Oh, itu? Itu cuma Nash kok musuh kalian kemarin," kata Kagetora menunjuk Nash dengan jempol kakinya.
Mereka bertiga masih tak merespon, respon pertama diwakili oleh Kagami, "Seriusan Om(?), Nash yang kampret banget itu?"
"Sembarangan! siapa yang lu panggil Om! Sudah kubilang panggil aku Kagetora-san!" Kata Kagetora mencak-mencak.
…
Kagami dan Kuroko tetap tinggal karena disuruh Riko, mereka kini duduk manis di meja makan diinterogasi Kagetora macam-macam. "Masakan selesai! mari kita makan!" terdengar suara dari ujung dapur, Riko. Kagami dan Kuroko hanya 'membiru', tamat sudah riwayat mereka. Nash telah sadar setelah mencium bau kaki Kagetora. Dia ikut duduk di meja makan, kepalanya masih nyut-nyutan, tak mengeluarkan sumpah serapahnya.
Sepanci Nabe terhidang di meja, penampilannya sungguh normal tidak akan membuat orang awam curiga. Namun bagi Kuroko dan Kagami itu … entahlah, mereka tetap was-was dengan kemampuan memasak Riko. Makanan itu aman asalkan Riko tak mencampurkan Nutri Sa(ry berlebihan ke dalamnya.
Kagetora yang pertama menyumpit potongan pisang dari panci, ini persis saat Riko memasak secara blietzkrieg di rumah Kagami dulu.
'Sudah ku duga,' begitu kata Kuroko dalam batin.
Kuroko mengambil sepotong cake kedelai(?) dari dalam panci karena dirinya dipelototi Kagami, dasar Kagamipret. 'Apaan tuh?' Kagami curiga tak jadi mengambil makanan.
"Oh itu tempe, sejenis olahan kedelai dari negeri nun jauh di sana." Kata Riko.
"Ini enak kok, pelatih." Kata Kuroko.
Kagami menunggu sejenak apakah Kuroko mengindikasikan gejala karacunan, Kagetora? Sepertinya dia sih sudah kebal dengan masakan Riko. Setelah dirasa aman dia pun ikut menyumpit benda random lalu memakannya.
Riko kemudian menyipitkan matanya ke arah Nash, mau menyuruh makan tapi .… Sebenarnya kemampuan Bahasa Inggris Riko bagus dalam tes tertulis, tapi kalau lisan? Sama seperti kebanyakan orang Jepang yang pengucapannya agak bermasalah.
"Lo makan gih Nash, lo bilang tadi masih laper kan?" Kagetora mengambil alih, 'Bahasa macam apa itu Papaa!' batin Riko.
"Y' expect me to eat dat scraps?" Nash menunjuk dengan remehnya.
"Either that or you can starve. Hahaha." Kagetora menjawab, sambil ketawa entah karena apa.
"The second option sounds better." Nash melipat tangan dan buang muka.
BUAGHHH… "Banyak protes lo .…" teriak Riko sambil melempar talenan ke Nash. Akhirnya Nash ikut makan dengan sendok karena tak biasa dengan sumpit, -jadi itu toh masalahnya- sambil menggerundel umpatan dalam Bahasa ibunya.
'Seperti inikah masakan rumahan,' begitulah batinnya salah paham, maklum Mamihnya Nash itu seorang sosialita kelas kakap dan tak bisa masak.
…
Selesai makan energi akan kembali terisi betul? Sementara Kagami dan Kuroko sudah pamit pulang lalu berlari ke toserba terdekat untuk membeli air minum banyak-banyak. Bahkan penulis fanfiksi ini sebenarnya ingin merekomendasikan mereka berdua untuk menelan Norit sekalian guna mengurangi efek toksik (?). Kalau Nash, dia menyalahgunakan energinya untuk mengomeli seseorang diseberang benua sana.
"Sialan lo tuh ya Jase! kebangetan bloonnya. Gue gak peduli, elo mau punya tubuh yang dipilih oleh Tuhan kek. Sama aja kalo gak ada otaknya. Tuhan aja udah baik sama elo buat milihin tubuh, kenapa dulu elo gak sekalian minta dipilihin otak hah!"
Hipothalamus bagian pengontrol emosi bekerja ekstra. Nash kalap, menyesali otak Silver yang tertukar dengan otak Anoa saat pembagian otak dulu. Barusan Nash mengunakan telefon rumah keluarga Aida dan mengomel habis-habisan macam waria yang tak diberi uang tip, segala macam kaya-kata sayang -yang sebenarnya umpatan dan sumpah serapah- telah dia muntahkan ke Silver.
Di seberang telefon, Silver menyahut, "Hehe … Maafkan aku Nash. Besok kalau kamu pulang, aku ajak keliling Disneyl*nd deh," kata Silver sambil garuk-garuk pantat.
"Gak butuh ya." Kata Nash.
Cih apanya yang teman. Sampai saat ini pun Nash tak mengerti esensi dari tokoh utama animasi Jepang yang kebanyakan rela mengejar atau menyelamatkan sahabat mereka yang terjerumus ke jurang dosa. Bandingkan saja dengan teman-temannya, jangankan menjemput ke pinggir jurang, pulang ke USA saja dia ditinggal. Barangkali jika Nash syuting di anime shonen dia bakal ditinggal mengerak di dasar neraka, tak kunjung ditolong teman-temannya.
Gara-gara Silver yang dititipinya tas seenak udel meninggalkan Nash saat masih di toilet, entah mengapa Nash sensi setiap melihat barang-barang berwarna perak. Otomatis medulla renalis akan mengsekresi hormon adrenalin berefek pada jantungnya yang berdetak lebih cepat, bukan karena panik layaknya dikejar kamtib melainkan karena jengkel habis-habisan. Kejengkelannya berdampak pada benda pemicu kemarahan yang akan dilempar Nash sejauh ujung sensori optikusnya dapat melihat, yah si benda random termasuk ponsel mewahnya yang sewarna perak.
"Papa yakin mau menampung orang macam itu, yakin kita gak bakal dilempari batu sama tetangga gara-gara itu orang yang berisik banget. Yakin? Gak disewain kontrakan atau semacamnya ?"
"Daripada nyewain tempat buat dia, mending uangnya buat kamu kuliah besok aja Riko-tan. Papa itu bukan papanya dia, ngapain diurusi segitunya."
"Terus kapan dia pulangnya?"
"Entahlah nunggu penjemput dari Amerika mungkin."
…
Chapter 1 : Bubar
…
…
'Emir is typing' corner :
Hallo minna … Ini fanfiksi pertama saya di fandom Knb. Fanfiksi ini saya persembahkan untuk Bang Nash, sekaligus untuk mengurangi kadar kebejadan Bang Nash dalam serial aslinya, makanya saya taruh di genre komedi hehe ... Peace mamen V-.-
Setting waktunya setelah Extra Game bubar, Jabberwock udah pada pulang tapi Nash ketinggalan, hoho … lalu meminta suaka ke Kagetora.
Oke nantikan chapter 2 yaaa. Jaa nee .…
