Goodnight Like Yesterday
RnR please...
Genre : Mystery,horror,sad,malexmale
Cast : Jung Hoseok
Jeon Jungkook
Jeon Yein
Kim Seokjin
Jung Hyein
Kim Yura
Chapter 1 : You Are My Soul
Terjadi kecelakaan mobil di sebuah jalan tepi kota seoul. Banyak polisi dan wartawan yang meliput kejadian tersebut. Garis polisi terbentang di sepanjang tempat kejadian. Tampak para polisi dan petugas pemadam kebakaran sedang berusaha mengevakuasi korban yang terjepit dan terluka parah di dalam badan mobil.
Sepasang mata perlahan-lahan terbuka. Darah segar mengalir dari kepalanya. Matanya memerah dan terdapat butiran air mata di kedua ujung matanya yang sedikit demi sedikit mulai mengalir dipipinya. Tatapan matanya mengarah pada seseorang yang kini berada disebelahnya. Duduk dengan tenang tanpa ada gerakan sekecil apapun. Bibirnya bergetar menahan tangis ingin mengatakan suatu hal.
"Mianhae...Jungkook-ah..."
20 februari 2015
Pemandangan kota seoul tampak seperti biasanya. Banyak mobil yang berlalu lalang di jalanan kota Seoul yang padat. Sama seperti keadaan di sebuah perusahaan di pusat kota Seoul. Semua pegawai sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Sebuah mobil putih sport berhenti tepat di depan perusahaan tersebut.
Terlihat seorang pria paruh baya keluar dari mobil dan berjalan memasuki perusahaan dengan setelan jas yang stylish hingga membuat banyak pegawai wanita disana berteriak histeris dan jatuh hati padanya.
" Anda sudah sampai tuan Presdir?"sambut sekretarisnya yang bernama Kim Seokjin.
Pria itu hanya menanggapinya dengan sebuah senyuman. Sebuah senyuman yang bisa membuat pingsan seluruh wanita yang melihatnya. Mereka berjalan melewati kerumunan para pegawai wanita yang tak henti-hentinya terus menatap setiap gerak-geriknya. Namun,ia tidak terlalu memperdulikannya dan terus berjalan menuju ke arah lift.
Seorang pegawai wanita yang dilewatinya pun kesal dan mengumpatinya
"Dasar brengsek! Kenapa dia sama sekali tidak melihat ke arahku?! Pantas saja ia tidak memiliki seorang kekasih. Bagaimana mungkin ia bisa mendapatkan seorang kekasih,sedangkan sikapnya saja acuh tak acuh pada seorang wanita. Ia tak mau memandang wanita sekalipun. Apa hatinya terbuat dari batu?! Kenapa sangat keras!". Dengan kesal pegawai tersebut berjalan pergi dari tempatnya berdiri.
Pria itu dan Seokjin akhirnya sampai di depan sebuah ruangan. Sebuah ruangan yang besar dan luas. Dengan buku-buku yang tertata rapi di rak,serta berbagai interior mewah yang berada maupun dipajang di dalam ruangan tersebut menambah kesan mewah jika setiap orang memasukinya.
Pria itu berjalan menuju ke sebuah meja besar yang berada di depan jendela kaca yang besar dan menghadap ke arah pintu. Tangan pria itu menyentuh sebuah papan nama yang terdapat di atas meja. Di papan nama tersebut tertulis sebuah nama. Presdir Jung Hosek.
"Sekretaris Kim. Bagaimana dengan perkembangan keadaan perusahaan?"tanyanya.
"Semuanya baik-baik saja. Tidak ada masalah yang serius. Bahkan harga saham kita melonjak naik hampir mencapai 50%. Itu semua berkat ide-ide cemerlang dan kerja keras yang anda berikan dalam rapat perusahaan. Banyak pegawai lainnya yang bahkan memuji ide-ide anda yang sangat briliant yang jarang bisa dipikirkan oleh orang lain. Banyak para investor yang tertarik dengan gagasan-gagasan dan proyek-proyek kita. Dan memutuskan untuk menginvestasikan sebagian sahamnya di perusahaan. Apalagi,kebanyakan dari mereka berasal dari luar negeri yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat umum. Hal itu bisa menguntungkan bagi kita. Karena dengan begitu,perusahaan kita akan lebih dikenal di luar negeri dan tentunya dapat menarik minat investor-investor lainnya untuk mau berinvestasi di perusahaan."penjelasan sekretaris Kim.
"Itu adalah hal yang sangat bagus. Upayakan terus untuk bisa memikat minat para investor terutama para investor asing agar mereka mau menginvestasikan sahamnya di perusahaan ini."katanya.
"Baik Presdir. Saya akan berusaha dengan keras."jawab sekretaris Kim.
Tiba-tiba masuk seorang wanita yang berpakaian rapi dengan angkuhnya.
"Bisakah kau tinggalkan kami berdua disini?. Ada sesuatu hal yang ingin aku bicarakan dengan Presdir."perintah wanita itu.
Sejenak sekretaris Kim menoleh pada Hoseok. Hoseok pun mengangguk tanda menyutujui.
"Baik nyonya Hyein."jawab Seokjin sambil membungkuk memberi hormat lalu keluar dari ruangan. Setelah sekretaris Kim pergi,Hoseok pun melakukan hal yang sama. Ia membungkuk memberi hormat pada wanita dihadapannya.
"Bagaimana kabarmu?"tanya Hyein.
"Aku baik-baik saja eomma. Kenapa eomma datang kemari?"tanya Hoseok.
"Memangnya kenapa? Apa kau terganggu dengan kehadiranku? Apa kau ingin aku pergi? Apa kau tidak ingin melihatku lagi?"tanya Hyein dengan penuh tekanan.
"Tidak,bukan begitu eomma. Maksudku bukan seperti itu,sungguh. Maafkan aku eomma. Aku benar-benar minta maaf"jawab Hoseok dengan kepala menunduk.
"Aku hanya ingin melihat bagaimana kinerja anakku selama ini. Aku dengar setelah perusahaan ini kuberikan padamu harga sahamnya melonjak naik dengan cepat. Bahkan hal ini tidak pernah terjadi ketika aku berstatus sebagai presdir. Aku bangga denganmu,kau bekerja dengan baik. Teruskan kerja kerasmu."puji Hyein.
"Terima kasih banyak eomma. Itu semua bisa terjadi,berkat dukunganmu."jawab Hoseok.
"Kau benar. Jangan lupa,nanti malam kau ada kencan dengan Yura. Ia adalah anak dari investor terbesar di perusahaan ini. Datanglah kesana. Aku sudah memilihkannya untukmu. Kau harus bersikap baik padanya. Jangan sampai kejadian seperti dulu terulang kembali. Ingat itu."kata Hyein.
"Baik eomma. Aku akan pergi kesana. Eomma tidak perlu khawatir dengan hal itu."jawab Hoseok dengan berat hati.
Hyein pun melangkahkan kakinya menuju pintu. Namun,belum sampai tanganya menyentuh pegangan pintu,pertanyaan Hoseok membuatnya terdiam.
"Mm...eomma,apakah aku boleh bertanya tentang suatu hal?"kata Hoseok.
Hyein masih terdiam di tempatnya berdiri dan tidak terdengar suara apapun yang keluar dari mulutnya.
"Belakangan ini,aku sering bermimpi hal-hal yang aneh. Aku merasa bahwa mimpi itu seperti kenyataan. Dalam mimpiku,aku berdiri di sebuah padang bunga yang luas dan indah . Aku tersenyum ceria menikmati hembusan angin yang menerpaku dengan lembut,dan terdengar suara seseorang yang memanggil namaku dari kejauhan. Dari caranya memanggilku,seperti aku sudah lama mengenal dan bertemu dengannya. Dia berlari kearahku sambil tersenyum dan memelukku dengan erat. Tapi anehnya,aku malah balik memeluknya dengan erat dan mengusap rambutnya sayang. Seperti ada hubungan yang spesial antara kami berdua. Apakah mimpiku,ada hubungannya dengan kejadian di masa laluku yang tidak bisa kuingat?"tanya Hoseok dengan antusias.
Hyein yang masih berdiri di depan pintu hanya bisa diam mematung mendengar penjelasan anaknya. Kedua matanya sudah memerah dan merebak.
Dengan suara yang tercekat ia menjawab
"Eomma tidak tahu. Itu hanya bunga tidur. Kau tidak perlu memikirkannya dan menganggapnya serius. Kau bermimpi seperti itu karena pikiranmu yang lelah. Kau harus mengistirahatkan kepalamu lebih sering." jawaban eommanya membuat Hoseok menghembuskan nafasnya karena lagi-lagi eommanya menghindar dari pertanyaannya. Eommanya terlihat seperti menyembunyikan suatu hal.
Setelah kepergian eommanya,ia menyuruh Seokjin untuk masuk. Ia duduk dikursinya dan memejamkan mata.
"Apa anda baik-baik saja tuan Presdir?"tanya Seokjin.
"Mmm... Aku rasa aku perlu sedikit istirahat."jawabnya.
"Baiklah kalau begitu. Saya akan pergi."kata Seokjin.
Setelah kepergian Seokjin,ia mencoba mengistirahatkan kepalanya yang terasa pusing dan lelah. Tak lama kemudian,ia sudah tertidur.
Dalam mimpinya,ia kembali bertemu dengan orang itu. Mereka berkejar-kejaran di padang bunga dengan senyuman yang mengembang dikedua ujung bibir mereka. Lalu mereka berbaring dan saling menautkan jari jemari mereka.
"Oppa."katanya.
"Mmm..."jawab Hoseok.
"Ani..."katanya.
"Wae?"jawab Hoseok.
"Oppa... kau akan tetap mencintaiku kan? Kau tidak akan pernah meninggalkanku kan?"tanyanya
"Tentu saja aku mencintaimu. Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu sendirian. Aku akan selalu berada di sampingmu. Apapun yang terjadi aku tidak akan meninggalkanmu dan melupakanmu."jawab Hoseok dengan tulus.
"Aku juga berjanji. Aku berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu dan akan selalu mencintaimu sampai akhir. Tidak peduli seberapa jauh jarak kita,aku akan tetap mencintaimu dan setia menunggumu. Sampai kapanpun aku akan selalu menunggumu. Aku akan memegang janjiku."katanya dengan mantap.
Hoseok yang mendegarnya merasa tersentuh dan tanpa sepatah katapun langsung menciumnya dengan manis.
Hoseok terbangun dengan nafas yang terengah-engah dan keringat dingin di sekujur tubuhnya. Ia memegang kepalanya yang terasa pusing sambil meminum minuman yang berada diatas meja. Nafasnya yang memburu secara berangsur-angsur mulai kembali seperti biasa. Ia mencoba menelaah dan memikirkan tentang mimpinya barusan.
Tok tok tok... suara ketukan pintu terdengar.
"Masuklah"tanggapan Hoseok.
"Maafkan aku karena mengganggu anda tuan Presdir. Tapi kita ada rapat penting perusahaan 5 menit lagi."tutur sekretaris Kim.
"Baiklah. Aku akan segera bersiap-siap sekarang."kata Hoseok seraya bangun dari tempat duduknya.
Rapat pun dimulai. Satu persatu anggota rapat mengemukakan idenya di depan. Semua orang bertepuk tangan saat anggota rapat tersebut selesai mengemukakan pendapatnya. Namun hal itu bak angin lalu yang menerpa Hoseok.
Ia sama sekali tidak mendengarkan apapun yang disampaikan selama rapat berlangsung. Sejak dari tadi ia larut dalam pikirannya sendiri. Sampai panggilan dari sekretaris Kim membuatnya tersadar dari lamunannya.
"Tuan Presdir. Apa yang sedang anda pikirkan?"tanya sekretaris Kim.
"Tidak ada. Mari kita lanjutkan rapatnya."bantahnya. Rapat pun kembali dimulai.
Setelah rapat selesai,ia dan sekretarisnya keluar dari ruangan rapat. Mereka berjalan menuju ruangan Hoseok. Namun mereka harus berhenti ditengah jalan karena suara dering ponsel sekretaris Kim. Sekretaris Kim meminta ijin kepada Hoseok untuk mengangkat telfon yang langsung di ijinkan olehnya.
"Yeoboseyo?...
Ne...
Ne...
Ne...
Saya mengerti. Saya akan segera kesana.
Baik."pembicaraan sekretaris Kim dengan orang yang berada di seberang telfon.
"Maaf,tapi saya ada keperluan yang mendadak. Saya harus pergi sekarang. Saya minta maaf."jelas Seokjin.
"Tidak apa-apa pergilah. Lagi pula tidak ada pekerjaan sekarang,jadi kau bisa pergi lama."kata Hoseok mengijinkan sekretaris Kim pergi. Sekretaris Kim mengucapkan terima kasih dan berlalu pergi.
Setelah kepergian sekretaris Kim,ia kembali melangkahkan kakinya. Baru beberapa langkah,ada seseorang yang menabrak tubuhnya dari depan.
"Aaaa!"pekik orang tersebut. Hoseok yang mendengar pekikannya menjadi khawatir.
"Gwaenchanha? Apa ada yang terluka?"tanyanya.
Ia pun membantu orang tersebut berdiri. Namun,ia tidak bisa melihat wajahnya karena tertutup dengan poni panjangnya serta rambut hitam yang panjang. Saat orang itu sudah berdiri tegak, ia hanya membungkuk sambil mengucapkan maaf dengan cepat lalu pergi meninggalkan Hoseok yang berdiri mematung sendirian disana.
Saat akan berlalu pergi, kedua bola matanya melihat sebuah cincin yang tergeletak di lantai. Ia mengambilnya dan segera berlari mengejar orang yang telah menabraknya tadi untuk mengembalikan cincin yang tidak sengaja terjatuh.
Ia berlari menuju ke arah pintu masuk perusahaan dan mengedarkan pandanganya. Kedua tangannya bersimpuh pada lututnya dan nafasnya terengah-engah. Tapi ia berdecak kesal karena tidak menemukan keberadaan orang tersebut. Hoseok pun kembali memasuki perusahaan dengan langkah lesu.
Tak jauh dari tempatnya berdiri, ada seseorang yang dengan sengaja memfotonya diam-diam.
Kring... (suara dering telfon). Dilayar handphonenya tertulis sekretaris Kim Seokjin. Tanpa berlama-lama ia segera mengangkatnya.
"Yeoboseyo?"katanya.
"Apa anda baik-baik saja tuan Presdir? Kenapa suara anda sangat berat? Apakah anda sakit?"tanya sekretarisnya dengan khawatir.
"Tidak. Aku hanya baru saja berolahraga sebentar. Ada apa?"jawabnya.
"Saya akan segera kerumah anda. Sebaiknya anda segera pulang kerumah pribadi anda dan bersiap-siap untuk acara nanti malam."kata Seokjin.
"Baiklah. Aku akan segera kesana sekarang."jawab Hoseok.
Ia segera menuju ke parkiran,menstater mobilnya,dan melajukannya dengan kecepatan tinggi menuju rumah.
Sesampainya di rumah,ia mendengus kesal karena ternyata sekretaris Kim belum tiba. Tanpa bicara sepatah kata ia segera memasuki rumah,mandi dan mengganti pakaiannya.
Ting Tong... bel rumahnya berbunyi tanda ada seseorang yang datang. Hoseok pun segera membukakan pintu yang langsung dihujani dengan kata-kata maaf dari sekretaris Kim.
"Aku minta maaf Presdir karena terlambat. Lalu lintas di jalanan kota Seoul tadi sempat macet."
"Tumben macet,tidak seperti biasanya. Memangnya ada apa?"tanya antusias.
"Tadi sempat terjadi kecelakaan yang menimpa sebuah mobil dengan truck. Mobil tersebut terguling beberapa kali dan akhirnya menabrak pembatas jalan..."sekretaris Kim memotong perkataannya.
Hoseok bingung dengan sekretaris Kim yang tiba-tiba memotong ucapannya. Sekretaris Kim yang tergagap karena tatapan Hoseok segera mengalihkan perhatiannya dengan membahas masalah kencan malam ini.
"Kita harus segera bersiap-siap untuk acara malam ini."ucap sekretaris Kim.
"Baiklah."jawab Hoseok tanpa rasa curiga.
Jam menunjukkan pukul 9 malam.
"Apa anda yakin akan pergi sendiri? Apa perlu aku temani?"tanya sekretaris Kim.
"Tidak perlu. Aku baik-baik saja. Aku akan kedalam. Kau tunggu saja disini."kata Hoseok.
"Baik Presdir."jawab Seokjin dengan patuh sambil membungkuk memberi hormat.
Dengan langkah pasti ia memasuki tempat yang sudah disiapkan oleh ibunya. Ia menghela nafas panjang sebelum masuk kedalam.
"Semuanya akan baik-baik saja Hoseok...tidak ada yang perlu kau khawatirkan."ucapnya berusaha menenangkan diri.
Tanganya memegang pegangan pintu dan bersiap membukanya. Saat pintunya terbuka,langkah kedua kakinya terhenti. Kedua bola matanya menangkap bayangan terperangah melihat seseorang yang tengah duduk dengan manis menantinya di dalam.
"Kau sudah datang oppa?"
TBC...
