Another War
Disclaimer: Semua karakter dari anime 'Naruto' dan 'Kantai Collection(Kancolle)' bukan milik saya, semua itu hanya pinjaman belaka.
Pair: Naruto .U X ?
Summary: Akhir yang sangat mengejutkan bagi sang pahlawan perang, berpindah dimensi yang dipenuhi dengan orang-orang yang mengaku 'Armada kapal' bahkan menyeret dirinya ke dalam perang yang sangat aneh. Dia tak tahu sampai kapan dan bagaimana dirinya akan bertahan di dunia ini.
Genres: Millitary, Science Fiction (Sci-Fi), Adventure, Matrial Art, Hurt/Comfort, and Romance.
Warning: Semi-Canon, Semi-OOC, No OC, Typo(s), Very Mainstream, Miss Typo(s), Alur cepat dan rumit, Newbie' Author, Not Like Don't Read, Read 'n Review.
Happy Reading!
Prolog: Dunia Kapal Perang.
"Kenapa?!"
Hamparan langit biru yang sangat luas dengan awan-awan putih layaknya kapas mengambang bebas di angkasa ditemani burung-burung camar putih yang berterbangan secara bergerombol hingga menciptakan kelompok yang sangat besar, sinar matahari yang sangat terik memanaskan permukaan bumi baik itu tanah atau'pun air.
"Kenapa harus berakhir seperti ini?"
Manusia mana'pun pasti tak akan mampu menjatuhkan dirinya dengan bebas tanpa alat pengaman yang memadai, tapi itu tak berlaku bagi manusia dengan penampilan layaknya gelandangan yang tak memperdulikan jika dirinya jatuh dari ketinggian beberapa ratus kaki dari permukaan bumi. Dia membiarkan kepalanya meluncur terlebih dahulu daripada anggota tubuhnya yang lain.
"Aku memang lemah dan bodoh,"
Sepasang iris biru laut itu terlihat sangat kosong menandakan sang pemiliknya sedang memikirkan sesuatu yang lebih mengganggu daripada memikirkan keselamatan tubuhnya yang bisa saja hancur jika menghantam tanah, ujung cakrawala di depannya seperti seutas tali melengkung yang membatasi langit dan laut agar tidak menyatu. Tapi apa yang dilihat terkadang tak sesuai dengan ekspetasi.
"Maafkan aku, semuanya,"
Kelopak mata itu mulai tertutup menyembunyikan manik shappire itu dari perasaan sebenarnya dari sorot matanya itu...
NGUUNG~!
Kelopak matanya terbuka dengan paksa setelah indra pendengarannya mendengar suara berdengung dari arah depannya, raut keterkejutan terlihat kala matanya tersita oleh benda terbang bersayap yang memiliki baling-baling seperti ingin menabrak kepalanya dengan kecepatan penuh. Dia menarik kepalanya ke belakang karena tak mau mengambil resiko tertabrak benda terbang itu, laki-laki itu berusaha menyeimbangkan tubuhnya yang masih melayang atau lebih tepatnya jatuh bebas. Asap-asap hitam membumbung di sekelilingnya menandakan terjadi sesuatu terjadi di bawahnya...
"Apa yang terjadi?" Tanya lelaki itu entah pada siapa saat melihat api-api yang menyala di tengah hamparan air yang sangat luas, dia sedikit terheran saat melihat beberapa manusia yang meluncur dengan bebas diatas air tetapi dia tak bisa merasakan adanya chakra di dalam tubuh mereka. Ya, ini sedikit aneh menurutnya.
BYUUR~!
Rasa dingin dan basah menyelimuti sekujur tubuhnya yang sebelumnya memanas karena kekesalan dan amarahnya, air laut yang sangat asin itu seolah menjadi penyejuk tubuhnya saat ini. Ledakan-ledakan yang terjadi di permukaan terdengar lebih jelas saat dirinya berada di dalam air, gelembung-gelembung kecil keluar dari hidung dan mulutnya menandakan udara yang ada di dalam tubuhnya mulai berkurang sedikit demi sedikit.
Tak ada pilihan lain, ia harus kembali ke permukaan untuk mendapatkan oksigen kembali. Dia akan mati jika terus menerus menyelam di dalam lautan yang dalamnya tak bisa ia kira, kakinya bergerak bergantian mendorong tubuhnya agar bisa mencapai permukaan air yang jaraknya semakin menipis.
"Puaahh~" pemuda bersurai pirang yang sudah lepek karena air itu mengambil napas dalam-dalam saat dirinya sampai di permukaan air, dia berusaha mengatur napasnya kembali agar temponya kembali seperti biasanya. Kedua tangannya sama sekali tak terpengaruhi oleh sifat air yang tak bisa disentuh lalu berhasil menarik tubuhnya keluar dari perairan yang sangat dalam itu, dengan posisi setengah berlutut diatas permukaan air, dia berusaha melepaskan kelelahannya sehabis tenggelam barusan.
SYUT~! DUAR~!
Suara desingan benda berkecepatan tinggi disusul ledakan besar terjadi saat benda itu menyentuh permukaan laut yang dipijak oleh lelaki yang sangat kelelahan itu, asap putih dengan rintikan air yang sudah menyebar di sekitar tempat pemuda itu. Hampir semua orang yang ada disana terperangah kaget saat salah satu rudal milik musuh berhasil mengenai orang asing yang jatuh dari langit itu dan mereka sudah yakin jika orang itu sudah mati karena terkena rudal tersebut.
Sesuatu yang sangat cepat keluar dari kumpulan asap itu kemudian bergerak menjauhinya, pemuda -berjaket jingga-hitam yang terbuka dengan baju jaring-jaring di bagian dalamnya serta celana panjang hitam- itu sudah berlutut sambil menatap tajam kearah depannya "Apa-apaan tadi itu?" gumam pemuda itu sambil berdiri dengan tegaknya diatas permukaan air laut tanpa takut tenggelam, dia masih ingin tahu siapa yang menyerang dirinya bahkan dirinya tak mengganggu sama sekali.
Makhluk hitam mirip ikan yang memiliki gigi besar dengan lampu hijau disekitar jidatnya berenang dengan cepat kearahnya berniat menyerang dirinya "Perlu seratus tahun jika kau ingin menyerangku, ikan bergigi besar," ucapnya lalu melompati tubuh monster ikan hitam tersebut, menghindari gigi-gigi besar yang siap mengoyak kulit yang ada di tubuhnya.
GREP~!
"Aku tak bisa membiarkanmu begitu saja," kedua tangan lelaki bersurai pirang itu memegang ekor monster itu dengan kekuatan yang dimilikinya, semakin kuat makhluk itu meronta maka semakin kuat juga genggaman tangan pemuda itu pada ekornya. Air laut yang dipijak pemuda itu sedikit goyah karena ikan aneh yang terus saja memberontak tanpa ampun seolah ingin ekornya lepas dari genggaman manusia kuning itu "Baik, baik, akan kulepaskan," pemuda itu menyerah karena buang-buang tenaga saja jika dirinya terus menahan ikan itu.
Ia menyeringai kecil sebelum akhirnya menarik makhluk itu ke belakang dengan sekuat tenaga lalu melepaskan genggamannya hingga ikan itu melayang beberapa meter diatas permukaan laut "Jangan kembali ya," sahut pemuda itu sambil melambaikan salah satu tangannya pada ikan itu...
DOOM~!
Ledakan berskala sedang tercipta saat monster ikan itu malah menabrak teman sejenisnya yang sudah mengisi meriam di dalam mulutnya dan bersiap menembakannya pada sasaran yang ada di depannya "Mereka ini makhluk apa sebenarnya? Dan aku ini ada dimana?" Tanya lelaki yang sama sekali tak memperdulikan ledakan-ledakan berskala sedang di sekitarnya, dia seperti orang linglung yang sedang tersesat.
GROOAR~!
Dia sedikit terkejut saat mendengar raungan dari depannya, matanya membulat sempurna saat mengetahui ikan dengan jenis yang sama sudah menerjangnya dari atas dengan mulutnya yang terbuka lebar seperti ingin memakan pemuda di hadapannya dengan sekali lahapan "Makan saja ini," ujar laki-laki pirang tersebut yang sudah menciptakan bola energi biru seukuran dengan bola sepak.
"Rasengan!"
DOON~!
Ledakan besar kembali terjadi membuat air laut beriak liar tak beraturan, bisa diperkirakan jika ledakan itu setara dengan roket peledak tingkat menengah dan pasti akan menghancurkan siapa'pun yang ada didekatnya.
"A-apa yang terjadi?" ujar perempuan bersurai coklat kehitaman lurus yang terurai hingga pinggulnya, sepasang iris hijau menatap lurus kearah ledakan yang terjadi beberapa detik yang lalu. Genggaman salah satu tangannya pada busur panah itu semakin mengerat, sepertinya ada benda asing yang juga ikut bertempur dalam misinya kali ini.
"Kapal Induk Divisi Satu, laporkan status kalian disana."
Salah satu tangannya yang dihalangi papan panjang layaknya landasan pacu untuk pesawat menekan interkom yang tersemat di salah satu lubang telinganya, dia menarik napas dalam-dalam "Ini Kapal Induk Divisi Satu, status kami masih belum bisa menghancurkan markas musuh. Tetapi ada benda asing yang juga ikut bertempur disini," ucap perempuan itu sambil mengamati asap yang masih saja membumbung di tempat ledakan.
"Apa benda itu dari pihak Abyssal?" Tanya orang yang sedang berkomunikasi dengannya disebrang sana.
"Menurut pengamatanku, dia sama sekali tak terlibat dengan Abyssal bahkan dia berhasil melumpuhkan beberapa kapal penyerang Abyssal dan aku tak tahu kapal tipe apa dia itu," jawab perempuan itu dengan tenang.
"Dimengerti, tetaplah fokus pada misi utama kalian, Akagi-san. Raihlah kemenangan di ufuk fajar."
Komunikasi itu'pun akhirnya terputus dari perempuan bernama Akagi itu, matanya tertuju pada seseorang yang baru saja keluar dari kumpulan asap akibat kebakaran dari salah satu Abyssal yang ada disana. Seorang laki-laki yang lumayan aneh menurutnya dengan surai pirang keemasan jabrik yang diterpa sinar matahari dan memiliki mata seindah samudra menjauhi asap tersebut, Akagi baru menyadari jika laki-laki itu tidak menggunakan alat apapun agar tubuhnya bisa terapung diatas air.
'Makhluk yang aneh,' meski'pun ekspresinya sangat serius tetapi terselip rasa penasaran saat menatap laki-laki itu, dia ingin tahu bagaimana pemuda itu memijakan kakinya diatas permukaan air tanpa alat untuk mendukungnya.
"Sialan! Ikan-ikan ini mau membunuhku ternyata," gumam pemuda itu yang sudah menyadari jika ikan-ikan hitam besar itu sama sekali tak bersahabat dengannya.
TRATATATAT~!
SYUT! SYUT! SYAT!
Pemuda itu terdiam di tempat tanpa takut dikenai oleh berondongan peluru dari arah depannya, pandangannya tertuju pada seorang perempuan yang dikelilingi penghalang yang mulai retak dan juga beberapa makhluk terbang yang terus memuntahkan timah panas kearahnya tapi peluru itu seperti tak mau mengenai pemuda itu "Sepertinya dia pemimpin dari makhluk-makhluk mengerikan ini, aku harus menghentikannya sebelum dia menghancurkan tempat ini," ucap pemuda itu.
POFT~!
Segel tangannya bekerja dengan baik, replika dari pemuda itu berdiri berdampingan dengan yang asli "Terbangkan aku kesana, kita harus menghancurkan itu secepatnya. Ikan-ikan mengerikan itu terlihat sangat kejam pada pendatang baru," ucap yang asli dengan menengadahkan tangan kanannya yang sudah terulur pada replikanya.
"Ini chakra kita yang terakhir, boss. Kita hanya bisa melakukan satu serangan saja," ujar sang replika sambil mengalirkan energinya keatas telapak tangan sang ketua atau dengan kata lain dirinya yang asli, bola berwarna biru kembali tercipta menimbulkan suara bising layaknya mesin jet yang sedang beroperasi "Pertarungan kita dengannya belumlah berakhir, jangan sampai kau mati hanya dengan makhluk sepele seperti itu," lanjut sang replika yang menunjukan ekspresinya terlalu berlebihan.
"Aku tahu it~..."
SWUSH~!
"Sialan, aku belum siap," sang ketua sudah meluncur di udara karena tarikan penuh tenaga dari replikanya, sumpah serapah terus dilayangkan pada sang replika yang sekarang sudah menghilang menjadi kumpulan asap. Kepalanya menatap lurus ke depan dimana peluru-demi-peluru dan ledakan-demi-ledakan terjadi di sekitarnya, tubuhnya bergeser ke kanan dan ke kiri menghindari serangan dari depannya bahkan seberapa besar'pun serangan dari lawannya, pemuda itu tak bisa dihentikan dengan mudah.
"Ra~sen~gan!" Laki-laki itu berhasil mendekati orang yang menyerangnya, mata hijau yang terlihat menyeramkan berkilat tajam saat bola biru itu berhasil menyentuh penghalang yang menyelebungi tubuhnya. Pemuda itu sedikit diuntungkan karena penghalang itu sudah retak meski'pun hanya sedikit, dengan sekali dorongan kuat lagi ia pasti akan menghancurkannya.
KRAK~!
Kedua pasang mata itu menatap kearah penghalang yang sudah menimbulkan retakan yang sangat besar dan mulai menyebar menuju bagian lainnya, sementara perputaran bola itu sama sekali tak menunjukan ingin berhenti. Pemuda itu semakin bersemangat mendorong bola itu agar menembus pertahanan yang sebentar lagi runtuh, dia tak tahu kenapa dirinya melakukan ini tapi pendeteksi niatan jahatnya mengatakan jika sebagian makhluk-makhluk yang ada disini memiliki niatan jahat yang sangat tinggi.
BLUUM~!
Ledakan besar yang diiringi dengan terciptanya kubah setengah lingkaran berwarna biru yang berdiameter sekitar 8 meter membuat orang-orang yang ada disana terdiam, target yang harus mereka musnahkan meledak sehingga menghasilkan kubah biru tersebut.
"Apa itu artinya kita berhasil~poi?" tanya anak perempuan bersurai pirang pucat lurus yang panjangnya melebihi pinggulnya dengan sepasang iris hijau yang menatap kagum kearah kubah biru yang perlahan-lahan mengecil dan mengeluarkan asap hitam yang membumbung ke langit.
"Ya, sepertinya begitu, Yuudachi-chan," jawab anak perempuan bersurai hitam pendek dengan gaya ponytail serta iris matanya sama seperti perempuan bernama Yuudachi itu, pandangannya sama-sama tertuju pada asap yang membumbung tinggi.
Semua yang ada disana menatap asap hitam yang meluncur keluar jalur dari asap besar yang membumbung tinggi di tengah perairan yang sangat luas itu, tubuh laki-laki yang sebelumnya melancarkan serangan dahsyat itu sudah meluncur menjauhi asap hitam tersebut tetapi tubuhnya tak bergerak sama sekali seperti sebelumnya. Pemuda itu terlihat mengalami luka serius.
"Semuanya! Kita kesana!" Perintah Akagi yang sudah menggerakan kakinya menuju tempat pemuda itu mendarat, makhluk apa'pun itu jika mereka membutuhkan pertolongan tak ada salahnya jika mereka semua membantunya. Lagipula pemuda itu berhasil mengalahkan dan menghancurkan markas Abyssal yang bertempat di tengah lautan yang jauh dari daratan mana'pun.
.
.
.
Someone POV.
Biru langit dengan kapas putih melayang diatasnya...
Aku bisa merasakan bagaimana dinginnya air laut dan hangatnya sinar matahari secara bersamaan, sudah lama aku tak merasakan hal sepele seperti ini. Rasanya sangat nyaman dan menenangkan bagiku, saat aku berpandangan dengan perempuan tadi, entah kenapa tatapannya sangat kosong sekali seperti terkena teknik ilusi. Teknik ilusi memang bisa memanipulasi pikiran seseorang hingga orang yang terkena ilusi bisa dikendalikan dengan sesuka hati oleh orang yang mengendalikannya.
Tersesat di sebuah tempat yang antah berantah dan menjadi sasaran pembunuhan dari makhluk aneh, itu sama sekali tak terpikirkan di benakku saat ini. Chakraku yang sudah mencapai batas membuat tubuhku perlahan mulai terlahap air laut mulai dari bagian punggung dan merembet menuju bagian bawah tubuhku atau dengan kata lain kaki, apa aku akan tenggelam? Tenggelam bersama impian yang belum terlaksanakan sama sekali, aku ingin melumuri tanganku dengan darah orang itu.
Mulutku tertutup dengan rapat saat rasa asin mengenai indra pengecapku, aku tak mau rasa asin itu kembali terasa di mulutku. Aku bisa merasakan bagian kepalaku juga sudah mulai masuk ke dalam air, salah satu tanganku terulur ke depan -atas- bukan bermaksud untuk meminta tolong, tetapi ingin meraih langit tak bertiang di hadapan pandanganku. Apa daya... Aku tak bisa menggerakan tubuhku kecuali tangan kananku saja. Tidak, aku tak boleh terus bergantung pada Kurama dan yang lainnya, aku tak akan pernah bergerak jika hanya mengandalkan kekuatan dari orang lain, aku tak akan pernah bisa membunuhnya jika kekuatanku saja tak menandinginya.
Apa aku akan berakhir seperti Jiraiya si Petapa genit? Bahkan jasadnya tak pernah ditemukan karena tenggelam di dasar laut Desa Hujan dan yang lebih mengenaskannya lagi, dia dibunuh oleh muridnya sendiri. Sama mengenaskannya seperti Guru mesumku itu.
"Hey, seharusnya kau tidak menyerah sampai disini, Naruto. Lihat matahari yang ada diatasmu, dia terus bersinar tanpa henti."
Aku hanya bisa tersenyum simpul saat melihat bayangan si Petapa Genit di sampingku yang sedang tersenyum mengejek kearahku, apa yang diharapkan seseorang dariku? Aku gagal menjadi seorang Shinobi.
"Kau tahu, Minato tak akan senang melihat anak semata wayangnya menyerah semudah ini."
Jangan katakan itu, Petapa Genit! Aku tak bisa membayangkan bagaimana ekspresi ayah saat ini, aku malah jadi bingung sendiri sekarang ini.
"Pergilah dan bawa tekad api Konoha bersamamu, Naruto."
Tubuh si Petapa Genit menghilang dalam sekejap tanpa jejak sama sekali, aku masih membutuhkan nasehatmu, walau'pun agak nyeleneh tetapi aku bisa mengerti jika nasehatmu itu sangat berguna untukku.
Graaahh! Gelembung udara berukuran sedang keluar dari mulutku saat diriku berusaha berteriak sekeras mungkin, tangan kananku berusaha meraih permukaan air tetapi sudah terlambat, aku tenggelam sepenuhnya. Aku sangat membutuhkan oksigen saat ini, kelopak mataku terpejam perlahan dengan degupan jantungku yang semakin lama, semakin terasa dan semakin melemah. Aku harap dasar lautnya tidak terlalu dalam.
Sebelum kesadaranku menghilang sepenuhnya...
Tangan kananku tiba-tiba saja dipegang oleh tangan yang sangat halus, lembut dan juga kuat. Tangan itu menggenggam tanganku dengan begitu kuat seolah tak mau terlepas...
"Ber~~~lah."
Telingaku seperti tuli bahkan perkataan sesingkat itu saja tak bisa kudengar, kelopak mataku terpejam sempurna, kesadaranku sudah melayang dan menghilang bersamaan dengan menghitamnya pandanganku...
.
.
.
Head Quarter of Naval Base District
"Sudah dikonfirmasi, markas musuh berhasil dihancurkan dan semua armada kita selamat hingga akhir pertempuran," ujar perempuan berkacamata dengan surai hitam lurus dengan headgear yang dihiasi dua antena kecil terpasang di kepalanya, sepasang iris hazelnya menatap kearah dua perempuan yang berdiri berdampingan di depan meja yang diatasnya terbentang sebuah peta medan dengan beberapa kotak diatasnya sebagai penanda.
"Bagaimana dengan orang yang menghancurkan markas itu? Apa dia baik-baik saja?" Iris merah maroon menatap kearah perempuan berkacamata itu dengan ekspresi datar dan serius.
"Dia sempat tenggelam setelah melancarkan serangan terakhirnya tetapi Divisi yang di pimpin Kongou-san berhasil menariknya ke permukaan dengan keadaan tak sadarkan diri, sekiranya hanya itu saja informasi terakhir yang terdengar dari lapangan," jelas perempuan berkacamata itu sambil menekan-nekan kacamatanya yang sedikit melorot ke hidungnya.
"Kapal apa dia sebenarnya? Bahkan selama ini aku tak pernah mendengar jika ada kapal perang yang bertempur sendirian di medan perang, ini sangat aneh," perempuan yang senantiasa memasang wajah serius itu hanya mengurut pelipisnya yang berdenyut karena memikirkan orang yang berhasil melumpuhkan beberapa Kapal Penghancur Abyssal dan menghancurkan markasnya hingga tak tersisa.
"Tunda saja dulu kebingunganmu itu, Nagato. Kau bisa menanyakan itu padanya setelah dia sampai dan sadar, aku setuju kalau ini sangatlah aneh," perempuan bersurai coklat pendek itu menyahut sehingga perempuan bersurai hitam panjang -Nagato- menatap kearahnya dengan tatapan datar.
"Aku tahu itu, Mutsu. Tapi...,"
Perempuan bersurai coklat pendek bernama Mutsu itu memiringkan kepalanya dengan penuh keheranan saat teman satu Armadanya menggantungkan perkataannya "Tapi apa, Nagato?" tanya Mutsu.
"Kita harus memastikan jika dia bukanlah mata-mata dari musuh, kita tak boleh terlalu percaya kepada orang asing," jawab Nagato sambil memandang lurus kearah depannya.
"Itu sudah pasti, tapi kita juga tak boleh menuduh hal yang tidak-tidak," balas Mutsu dengan senyuman kecil di bibirnya.
"Hmm, terserah kau sajalah."
Mutsu hanya tertawa kecil menanggapi perkataan dari Nagato, Kapal Sekertaris seperti mereka berdua bukan hanya bertugas mengatur pertempuran di medan tempur tetapi juga mereka harus memastikan jika semua gadis-gadis Armada pulang dengan selamat dari pertempuran.
Mereka tak tahu kapal perang apa yang menolong mereka dalam pertempuran menghancurkan Markas Abyssal itu tetapi mereka sangat berterima kasih pada orang itu karena berkatnya misi mereka berjalan dengan lancar, meski'pun tanpa adanya orang itu, mereka yakin jika mereka akan memenangkan pertempuran itu.
[To Be Continued...]
[TTD: Yami Ikuto]
