.

.

.

MIRROR

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pair : SasuNaru

Rate: T

Genre: Supernatural, Romance

Warning : Typos, BL, OOC, AU, dll...

.

.

.


NARUTO POV

.

.

.

100% aku yakin ini adalah mimpi. Kenapa aku seyakin itu? Jelas karena jawabannya aku berada di sini. Di ruangan yang gelap gulita, asing dan sepertinya kedap suara. Sekarang saja aku sedang berdiri di depan sebuah cermin. Ya, cermin yang seukuran tubuh manusia. Mungkin tingginya sekitar 2-3 meter dengan lebar 1 meter. Terdapat ukiran kayu keriting yang indah di pinggiran cerminnya.

Dan… kau tahu apa yang kulihat? Bila cermin seharusnya memantulkan sosok dirimu yang berdiri di depan cermin, kali ini berbeda. Yang berdiri di dalam cermin itu sekarang bukan aku. Itu sosok yang sangat berbeda denganku. Ya, aku tahu kalau sosok itu sangatlah berbeda denganku.

Aku memiliki mata safire yang bagaikan langit musim panas, bukan iris onix tajam yang bagaikan langit malam tanpa bintang. Kulitku berwarna tan, bukan putih bersih seperti itu. Rambutku juga berwarna pirang, bukan hitam kebiruan. Namun…

Aku mengernyitkan kening, ia juga melakukannya. Aku menyentuh rambutku. Ia juga melakukannya. Aku menyentuh permukaan cermin dan ia juga melakukannya hingga kami seolah-olah sedang saling menyentuhkan tangan. Lihatkan? Betapa ia sempurna meniruku.

"Siapa?" tanyaku seraya mundur beberapa langkah menjauhi cermin. Sosok itu juga melakukan hal yang sama. Pandangannya nanar memandangku. Alisnya hampir terpaut. Ekspresi yang mungkin sama seperti ekspresiku saat ini. Bingung.

Aku mengerjabkan mataku beberapa kali untuk menjernihkan pikiranku. Ok! Kali ini aku benar-benar gila! Hello! Aku mana mungkin terlihat setampan dan setinggi itu! Terlihat jelas sekali kalau orang itu sangat berbeda denganku!

"Cukup! Jangan meniruku lagi! Siapa kau!?" bentakku marah seraya menunjuknya. Ia juga melakukan hal yang sama. Menunjukku dengan ekspresi marah dan gaya yang sama denganku. Grrrr… ok! Sebenarnya siapa yang meniru siapa di sini!?

"Baiklah…" aku mulai menenangkan diriku sendiri dan berjalan mendekati cermin. sama halnya dengan dirinya "aku tahu kalau aku tidak mungkin setampan ini," aku menyentuh permukaan cermin tepat di wajahnya dan ia juga melakukannya. Menyentuh permukaan cermin tepat di depan wajahku.

Senyumanku merekah. Entah bagai mana sebuah ide jahil melesat di pikiranku. Namun anehnya, wajah itu tidak tersenyum walau aku tersenyum. Ehehehe… seperetinya dia tahu apa yang aku pikirkan.

"Tampan sekali…," ucapku dengan nada terpesona sambil terus menatap matanya yang kelam. Ia tidak bereaksi. Aku langsung berjinjit dan dengan berlahan mendekatkan wajahku ke permukaan cermin. Aku sengaja memejamkan kedua mataku hingga membuat kesan benar-benar ingin menciumnya. Ehehehehe… sekarang apa kau mau mengaku kalau kau bukan aku?

"Kau juga sangat manis…"

Aku tersentak saat mendengarnya dan langsung membuka kedua mataku. Sosoknya agak membungkuk. Hendak mendekatkan wajahnya ke wajahku dengan senyuman yang… membuat wajahku terasa panas.

"Gyaaaaa!"

Aku tergagab mundur hingga jatuh terduduk. Pandanganku nanar memandangnya. Jantungku memburu dan adrenalinku meningkat. Dapat kurasakan panas di seluruh tubuhku akibat dari reaksi yang di berikannya. A, a, apa yang dia lakukan!?

"Khu… khu… khu… kenapa? Bukankah kau ingin menciumku tadi?" ucapnya dengan senyuman yang terlihat menyebalkan. Wajahku semakin memanas mendengarnya.

"Aaakkkhhh! Sialan! Siapa kau sebenarnya hem!?" bentakku marah. Tidak terima dengan ucapannya. Grrrr…. Apa-apaan tadi dia!? Reaksi macam apa itu!? Aaakkkhhh! Benar-benar membuatku malu!

"Sebelum bertanya, bagai mana kalau kau bangun dulu Naruto," ucapnya sambil memandangku yang masih terduduk di depan cermin. Alisku terpaut bingung mendengarnya.

"Dari mana kau tahu namaku?" tanyaku seraya bangkit berdiri. Ia tidak menjawab. Itu membuatku semakin bingung. Matanya yang kelam menatapku hingga benar-benar membuatku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Jantungku memburu dan ada sensai aneh di perutku. Aneh… ada perasaan gugub dan juga… takut merayap di sekujur tubuhku.

Ia masih diam dan tetap menatapku dengan tatapannya yang seolah-olah mampu menelanjangiku. Wajahku memanas. Sekarang justru aku merasa sangat malu di tatap terus-terusan seperti itu. Aku mengalihkan pandanganku. Mencoba memandang apa saja asal bukan matanya.

"Si, siapa kau?" tanyaku lagi. Suaraku terdengar bergetar sekarang. Akh! Benar-benar memalukan! Kenapa sekarang aku jadi benar-benar gugub menghadapinya!?

"Aku adalah Uchiha Sasuke."

Deg!

Tiba-tiba jantungku terlonjak mendengarnya. Seolah-olah akan berhenti berdetak dengan kejutan yang aneh. Kenapa tiba-tiba jantungku bereaksi? Memang ada apa dengan namanya? Uchiha… Sasuke? Nama itu terdengar sangat familiar. Tanpa sadar mataku memandang wajahnya. Ia hanya tersenyum. Senyuman lembut yang sulit di artikan. Benar-benar terlihat misterius. Ada sebuah kesedihan dari senyumannya dan matanya terlihat terluka. Itu semakin membuatku bingung.

"Kau…"

.^_^.

(~_~)

=o=

"Oy!"

Bruk!

"Och!?"

Aku mengerjab beberapa kali dan memegang kepalaku yang terasa berdenyut sakit. Dengan marah aku memandang sekelilingku. Mencoba mencari penyebab rasa sakit di kepalaku. Terlihat Shikamaru berdiri di sebelahku sambil memegang kamus tebal. Pasti dia pelakunya!

"Apa yang kau lakukan sih!?" bentakku marah seraya menyandarkan tubuhku di kursi. Aku mengusap kepalaku yang masih terasa sakit dengan jengkel. Ugh… apa dia mau tanggung jawab kalau tiba-tiba aku kena gegar otak atau bahkan kena amnesia dadakan gara-gara dia!?

"Membangunkanmu," jawbanya dengan nada malas sambil duduk di meja sebelahku. Aku mengernyitkan kening mendengarnya. Kupandang sekeliling kelasku dengan bingung. Terlihat gaduh. Masih banyak yang sangat bersantai bahkan Ino dan Sakura masih mengerumuni meja Hinata untuk mengajarinya berdandan.

"Ini masih jam istirahat kan? Aku minta di bangunkan saat sudah bel masuk!" ucapku marah sambil memandang Shikamaru kembali.

"Hooaamm…. Yah, ini sudah bel masuk," jawabnya sambil menguap. He?

"Oy Shika! Jangan tidur lagi!" tegur Kiba yang duduk di depanku. Ia memandang Shikamaru yang hendak tidur.

"Aku mengantuk," ucap Shikamaru sambil menyilangkan kedua tangannya di atas meja dan menenggelamkan wajahnya di antara kedua tangannya. Empat persimpangan muncul di kepalaku.

"Kau yang membangunkanku tapi kau yang tidur!? Apa-apaan itu!? Dasar rusa!" bentakku marah sambil menunjuknya. Shikamaru tidak memperdulikanku dan hanya diam. Tertidur.

Grrrrrr…..

"BANGUN RUS—Pufff," tiba-tiba seseorang langsung menutup mulutku dan menahanku dari belakang.

"Tenanglah Naruto…," ucap Gaara sambil tetap menahanku dari belakang. Aku mencoba memberontak dari pitingan tangannya. Gimana bisa tenang!? Si rusa sialan itu membangunkanku yang sedang enak-enakan mimpi dan sekarang dia tidur! Gimana aku nggak kesal!?

"Ya ampun Naruto… jangan berulah lagi. Shikamaru kan orangnya memang seperti itu," ucap Kiba sambil menatapku dari tempat duduknya. Aku menggeram marah, namun akhirnya tidak membrontak lagi. Yah… bukan berarti aku sudah tidak marah lagi dengannya, tapi aku masih sayang dengan tubuhku. Semakin aku memberontak, pitingan Gaara semakin kencang dan itu membuat tanganku sakit. Tidak bisa di ungkiri bahwa tenaga yang di miliki tubuh yang lebih kecil dariku ini sangatlah kuat.

"Huh! Terserahlah!" ucapku jengkel setelah Gaara melepaskanku. Aku langsung duduk di kursiku kembali dan Gaara kembali duduk di kursinya yang ada di belakangku.

"Hmn… aku jadi penasaran. apa maksudnya pengumuman tadi? Kenapa peraturannya di rubah?" tanya Kiba tiba-tiba. Aku langsung memandang Kiba begitu mendengarnya. Alisku terpaut bingung.

"Pengumuman?" tanyaku bingung.

"Ya, pengumumannya tadi di beri tahukan saat kau tidur Naruto," ucap Gaara. Kiba langsung membalik kursinya menjadi menghadapku dan Gaara.

"Memang pengumuman apa?" tanyaku lagi.

"Mulai besok sekolah akan masuk lebih pagi. Jam 6 pagi pintu gerbang akan di tutup," jawab Gaara. Iris Safireku menatap Gaara dengan tidak percaya.

"Jam 6 pagi!?"

"Ya."

"Ahahahaha! Mati kau Naruto! Bangun jam setengah 7 saja kau susah, apa lagi jam 6!" tawa Kiba begitu mengerti ketakutanku saat mendengarnya. Aku memandang Kiba dengan geram. Seharusnya sekarang dia menghiburku kan? Hey! Aku sedang dalam kesusahan sekarang dan tugas sahabat sangat di perlukan saat ini!

"Cih! Kalian berdua harus menjemputku ke rumah agar aku tidak terlambat!" ucapku seenaknya. Tawa Kiba menghilang begitu mendengar ucapanku.

"Emangnya kau siapa? Seenaknya menyuruh kami menjemputmu!" ucapnya tidak terima.

"Yah… sudah tahu aku Raja TIMBAH! TIdur Mudah BAngun susaH! Sebagai sahabat kan seharusnya kalian sedikit membantu," belaku.

"Enak saja! Salah sendiri kenapa tidur udah kaya' orang mati gitu Tuan Uzumaki!"

"Itu namanya tidur sehat!"

"Itu tidurnya kebo'!"

"Tapi menyehatkan! Dari pada kau yang selalu tidur dengan anjing! Itu sama sekali tidak sehat!"

"Loh? Kenapa jadi bawa-bawa Akamaru? Dia tidak bersalah!"

"Aku tidak menyebut namanya tadi!"

"Jelas-jelas kau bermaksud menyindirnya! Maksudmu Akamaru kotor hem? Tidak sehat?"

"Aku tidak menyebutnya seperti itu! Kau yang seenaknya menyimpulkan!"

"Sudahlah Naruto! Aku tahu maksudmu itu!"

"Memangnya aku bilang apa maksudku!? Jelas-jelas kau yang seenaknya berbicara Kiba!"

"Kau yang memancingku duluan!"

"Kapan aku memancingmu!? Kau yang duluan!"

"Kau!"

"Kau!"

"Dasar Maniak Ramen!"

"Maniak Anjing!"

"Rambut Duren!"

"Rambut—"

BRUK!

Jantungku dan Kiba langsung terlonjak kaget. Hampir membuat jantung kami berdua copot dan keluar dari rongganya saking kagetnya.

Aku dan Kiba terdiam.

Hening.

Tidak ada lagi sahut menyahut ejekan lagi. Tidak ada lagi rasa marah di antara kami. Tidak ada lagi keinginan untuk siapa yang benar di antara kami. Tidak ada lagi perdebatan. Yang ada hanyalah… perasaan takut yang menjalar dari punggung hingga keseluruh tubuh.

Entah bagai mana atmosfer kelas ini tiba-tiba terasa berat. Ada aura yang sangat mengerikan… tepat di belakangku. Di hadapanku Kiba telah membatu dengan sempurna. Pandangannya memandang sosok yang ada di belakangku dengan keringat dingin yang mengucur deras. Aku menelan liurku. Mencoba mengumpulkan keberanian.

Dengan gerakan patah-patah aku menoleh kebelakangku. Aku membantu. Mataku melihatnya. Keringat dingin mengucur deras dari setiap pori-poriku melihat sosoknya. Sosok Gaara yang tanpa ekspresi menatap kami, namun baru saja membuat sebuah meja di hadapannya retak dan hampir terbelah dua dengan sempurna lagi. Terlebih Aura yang di keluarkannya! Itu sukses membuat satu kelas memandangnya dengan horor.

"Ma, ma, ma, ma, ma—"

"Hm?" iris itu langsung memandang fokus ke arahku. Sukses membuat jantungku hampir berhenti berdetak. Ti, tidak! Ba, bagaimana ini!? Aku menelan liurku. Dan seolah mendapatkan Telepati dari 'mantan musuh'ku, kamipun sama-sama berdo'a di dalam hati. TUHAN! SELAMATKAN KAMI!

.^_^.

(~_~)

=o=

"Aaarrrggghhhh!" teriakku frustasi sambil menghempaskan tubuhku di atas single badku. Kubenamkan wajahku di bantal. Mencoba melupakan kejadian buruk di sekolah. Baiklah, aku dan Kiba memang tidak mendapatkan serangan fisik dari Gaara, namun kami sukses kena kutukan Gaara!

Sebelum Gaara 'mengamuk' untunglah guru Yamato datang. Namun sayang, bukan berarti itu berdampak baik buat kami. Itu berdampak lebih buruk. Seluruh atmosfer kelas menjadi sangat berat. Kegiatan belajar dengan guru Yamato yang biasanya santai jadi terasa sangat menegangkan. Itu jelas buruk. Apa lagi guru Yamato juga terlihat tegang berkat aura negative yang di keluarkan Gaara. Dan kutukan itu terus-terusan berlangsung sampai bel pulang sekolah.

Kenapa Gaara mengamuk? Ah, ada 3 alasannya. 1. Karena kami bertengkar. Itu hal yang biasa, namun ia tidak suka itu. 2. Kami menyebut soal 'tidur'. Itu jelas alarm karena Gaara adalah pemilik penyakit insomnia tingkat akut. Kau bisa melihatnya langsung dari lingkaran hitam di sekitar matanya itu. Mau tidak mau Gaara merasa tersinggung. 3. Kami menyebut soal 'tidur dengan anjing' dan 'kotor'. Kau tahu? Dulu Gaara memelihara anjing dan sangat menyayanginya. Saking sayangnya, ia selalu tidur dengan anjingnya. Namun sayang, Gaara kurang menjaga kebersihan anjingnya hingga akhirnya anjingnya di buang oleh kak Temari karena baginya anjing itu 'menjijikan'. Sejak itu Gaara jadi benar-benar cinta kebersihan. Yah… mau tidak mau itu membuatnya mengingat masa lalunya.

"Naruto! Kau sudah makan siang!?"

Terdengar suara Kaasan berteriak dari bawah memanggilku. Aku menghela nafas seraya bangkit dari kasurku. Perasaan bersalah dan gundah yang di akibatkan Gaara belum juga reda di dadaku, namun makan tetap tidak boleh lewat bukan? Tanpa makan tidak ada tenaga dan tanpa tenaga, kau bisa mati. Mana mau aku mati dengan keadaan seperti ini!

"Belum! Sebentar lagi Naru turun!" teriakku lalu mulai mengganti seragamku dengan kaos orange-ku.

.^_^.

(~_~)

=o=

"Dan… kenapa aku berada di tempat ini lagi?" gerutuku sambil memandang sosok yang ada didalam cermin itu. Aku berada di ruangan gelap dengan cermin ini lagi. Sasuke hanya diam mendengarnya sambil duduk di sebuah sofa mewah. Entah sejak kapan sudah ada sofa disana. Ada yang berbeda dengan Sasuke. Ya, aku tahu ada yang berbeda dengannya. Ia tidak bergerak sama sekali dan terus memandangku dengan pandangan kosong. Wajahnya tanpa ekspresi dan ia bagaikan hanya sebuah ukiran patung.

"Apa kau mendengar pertanyaanku?" tanyaku sambil melambaikan tangan di depan permukaan cermin. Sosok itu masih diam dan tidak bergerak sama sekali. Aku mulai sadar bahwa di sini hanya ada aku. Ruangan ini gelap dan tanpa ada siapapun selain sebuah cermin dan aku. Atau tepatnya sosok di dalam cermin dan diriku. Aku mulai bergidik ngeri. Bulu kudukku mulai meremang.

"Hey, hey… ja, jangan main-main kau Uchiha," ucapku ngeri. Aku menelan liurku. Mencoba menenangkan diriku bahwa ini hanyalah sebuah mimpi. Loh? Ini kan memang mimpi?

Aku langsung berbalik membelakangi cermin dan menepuk kedua pipiku. Aku mengerjab beberapa kali. Rasanya tidak sakit. Oh ayolah Uzumaki Naruto! Ini hanya mimpi dan bahkan di dalam mimpipun kau masih kepikiran soal hantu!? Hey! Ingat? Kau seorang Uzumaki Naruto!

"Yeah! Tidak ada hantu di dunia ini!" teriakku. Mencoba sedikit menenangkan diriku sendiri. "Huh! Dan siapa pula yang takut dengan hantu!? Hantu itu tidak ada dan kalau benar-benar ada, aku akan—"

"Akan?"

"Akan lari lah!" jawabku bangga. Eh? Lari?

"Kau akan lari?"

Aku menelan liurku. Seluruh tubuhku mendadak kaku dan membeku. Si, siapa yang mengajakku berbicara?

"Kau akan lari bila melihatku yang ada di belakangmu?"

Be, belakangku? Kerongkonganku benar-benar terasa kering sekarang dan dengan gerakan patah-patah aku mencoba melihat kebelakangku. Dan Taarraaa! Aku melihatnya. Sebuah wajah yang menyeramkan dengan efek cahaya setan tepat di depan wajahku!

"GYAAAAA!"

Bruk!

Seluruh tubuhku langsung terasa lemas melihatnya hingga membuatku sukses terduduk di lantai. Mataku memandang horor sosok yang sekarang tengah tertawa sambil memandangku. Sebelah tangannya memegang senter yang masih hidup.

"Ka, ka, ka, kau…"

"Kau benar-benar takut dengan hantu? Naru-Chan?" ucap Sasuke dengan nada mengejek sambil memandangku. Emosiku meluap mendengarnya. Wajahku terasa panas. Apa katanya tadi!?

"Si, si, sialan kau! Si, siapa yang takut dengan hantu!?"

Sasuke menghela nafas mendengar ucapanku. Ia langsung memandang tanganku.

"Hn. Kalau begitu kenapa tanganmu gemetaran?" tanyanya. Aku tergelak. Dengan lemas aku memandang kedua tanganku. Sial! Dia benar! Kedua tanganku masih gemetar! Bahkan tubuhku masih terasa lemas! Akh! Siiiaaallaaaannn!

"Setiap manusiakan pasti takut dengan sesuatu! Memangnya salah kalau aku takut hantu!? Hem!?" bentakku marah. Sasuke langsung menyuguhkan seringai menyebalkannya begitu mendengar ucapanku.

"Hn."

"…."

Aku terdiam. Apa? Apa tadi katanya? 'hn'? Hanya 'hn' yang dia katakana!? Cuma itu yang dia bilang!?

"Apa maksud 'hn'mu itu heh!?" bentakku. Sasuke tidak memperdulikanku dan kembali duduk di sofanya. Persimpangan empat langsung muncul di kepalaku. Wajahku memanas. Di, dia…

"Ka, kau… kau…," aku langsung bangkit berdiri. Seluruh tubuhku terasa panas berkat luapan emosi. Ia memandangku. Pandangannya seolah menantang dan benar-benar terlihat menyebalkan.

"KAU AKAN—"

.^_^.

(~_~)

=o=

"NAARRRUUUTTOOOO!"

Bruk!

"Adow!? Ah!?"

Aku langsung memegang kepalaku yang sukses membentur lantai keramik yang dingin. Aw… ada apa sih? Dengan tubuh yang terasa remuk plus masih mengantuk, aku mencoba bangkit dari lantai. Bisa-bisanya aku jatuh dari kasur.

Hening.

Aku memandang sekeliling kamarku dengan bingung. Tidak ada siapa-siapa di kamarku. Lalu tadi yang membangunkanku suara siapa? Mirip seperti suara Kaasan tapi…

Aku langsung mendongak memandang jendela kacaku yang tertutup. Langit terlihat gelap dengan gumpalan-gumpalan awan orange terang. Ah… mungkin tadi hanya imajinasiku saja. Aku bernafas lega mengetahuinya.

"NARUTO!"

Deg!?

Aku terlonjak kaget. Jantungku hampir melompat keluar dari rongganya saking kagetnya dan terdengar suara gedoran kasar dari pintu kamarku. Gedorannya sama persis seperi Ibu Pemilik Rumah yang mau nagih uang kontrakan yang nunggak 5 bulan.

"I, iya Kaasan?" ucapku terbata. Dengan ngeri aku segera berjalan mendekati pintu. Kalau tidak segera di buka, pintu ini di jamin akan langsung rusak. Batinku, teringat kerjadian minggu lalu saat akhirnya aku harus mengganti sendiri engsel pintu yang rusak berkat sapaan pagi dari Kaasan. Aku membuka pintu dan terlihatlah Kaasan dengan celemek hijau dan rambut merah yang berkibar marah. Aku tergelak melihatnya.

"Kau tidak tahu ini jam berapa Naruto?" tanya Kaasan dengan wajahnya yang menyeramkan begitu melihatku. Matanya memandangku dari ujung kaki sampai ujung kepala. Entah bagai mana aku merasa Kaasan menjadi raksasa dadakan. Atau mungkin aku yang mengecil dadakan?

"E, e,... a, ano..."

tuk. tuk. tuk. tuk.

Terdengar suara ketukan sebelah kaki Kaasan di lantai. Itu sukses membuatku semakin bingung. Memang apa salahku kali ini? Yah... bertanya kepada diri sendiri juga percuma, toh Kaasan justru menunggu jawabanku. Ayo Naruto... Ayo... masa' soal seperti ini saja kau lama menjawabnya!?

"Na, Naru tidak tahu," ucapku kemudian. Menyerah untuk terus mencari jawaban. Kilatan kemarahan itu semakin terlihat dari mata Kaasan. Sukses menghujam jantungku dan membuatku keringat dingin. Gyaaaa! Apa salahku!?

"INI SUDAH HAMPIR JAM 7 DAN KAU-"

"AKU TERLAMBAT!"

Brak!

Aku langsung membanting pintu dan menguncinya. Dengan panik kupandang jam yang ternyata telah tak bernyawa di lantai keramik. Aku miris melihatnya. Bagai mana bisa aku tidak ingat telah menghancurkan jamku lagi? Lalu aku melihat kejendela kembali. Kenapa aku baru menyadarinya? Ini kan mau hujan!

Aku langsung melepaskan semua pakaianku dan memakai seragamku. Aku terdiam lalu mengendus tubuhku sendiri. Alisku mengernyit saat mencium bau ASEM yang jelas dari tubuhku. Ah! sudahlah! Bodo' amat mau bau atau wangi, yang penting aku tidak terlambat!

.

.

.


Hi! Aoi d sini! :D

ini fic pertamaku~ ehehehe... mo mint saran apakah Fic ini sebaiknya d lnjutkn or gk? O.o

ok! klo gtu mohon RnRny y! :D