The Love Meter
Author : AnnZie-chan Einsteinette
Disclaimer : Naruto punyana Masashi Kishimoto, tapi SasuSaku punya saia selama-lamana. *lompat2 gaje*
Pairings : SasuSaku, NaruHina
Genre : Romance, Comedy
Rated : T
Status : Complete dah.
Ni fic pertama AnnZie. Sebenerna sih AnnZie udah ngeluncurin fic comedy sebelumna , tapi ada yang ngeflame… (Nggak ingat pen name-na) AnnZie belum siap untuk di flame waktu itu. Jadi fic yg dulu AnnZie hapus deh, padahal AnnZie yakin lho fic itu lumayan lucu dan gaje. Sumpah, waktu itu AnnZie down bgt, ga enak makan en minum meski lagi di mekdiii… Jadi di sini, The Love Meter, AnnZie kembali!! AnnZie yakin fic ini bakal dibaca banyak orang (dilemparin sandal ama readers). AnnZie optimis dengan fic ini, semangat !!
Oia, tulisan Sakura's Love Meter berarti kadar cintana Sakura ke Sasuke, gitchu juga kebalikanna. Okehh?? En makin chapter bahasana makin nggak baku. Chapter 1 yg paling serius kalimatna, menurut AnnZie-chan siihhh..
Met baca deh. Ripiu deh, and no flame please!!! Soalna saia blon beli alat pemadam kebakaran, sayana lagi bokek. Maap deh AnnZie-chan ngomongna bukan pake -nya, tapi –na. Biar unik aja gitu…
CHAPTER 1 : MATI RASA
5 tahun yang lalu….
"Aku, aku… mau pindah sekolah," kata Sakura pelan.
"Kenapa, Sakura-chan?" Sasuke menanyakan alasan Sakura.
Taman di tengah kota terasa membisu. Sakura dan Sasuke, du anak 12 tahun sedang erduduk di kursi taman sore itu. Bunga-bunga sakura berguguran, jatuh ke pangkuan Sakura dan Sasuke. Sakura memalingkan wajahnya, "Itu rahasia. Kau tidak boleh tahu."
Jelas saja Sasuke tidak boleh tahu. Kalau Sasuke mengetahui bahwa Sakura akan memimpin Haruno Corporation di usia yang masih sangat belia ini, pasti Sasuke sedih. Nasib mereka sama. Sementara Sakura memimpin Haruno Corporation, Sasuke juga sudah memimpin Uchiha Corporation sejak sebulan lalu.
"Kemana kau akan pindah, Sakura-chan? Suara Sasuke terdengar sedih.
"Suna… Aku akan ke Suna City…" suara Sakura juga sedih.
Sakura pun melanjutkan, "Aku pergi besok. Ja ne."
Sasuke terbelalak, " Besok?! Cepat sekali!"
Sakura menunduk, terisak. "Besok."
"Lalu bagaimana dengan pertemanan kita? Kau melepasnya begitu saja?" cecar Sasuke. Sasuke dan Sakura sama-sama tahu ada arti lebih dibalik kata 'pertemanan'. Hanya saja, mereka masih terlalu kecil untuk mengakui rasa it. Dalam hati mereka, masing-masing berjanji akan mengakui isi hati mereka jika mereka sudah lebih besar lagi. Kemudian, tiba-tiba Sakura memeluk Sasuke erat, "Pertemanan kita akan baik-baik saja. Ingat itu." Sasuke balik memeluk Sakura, "Akan aku ingat itu. Jadi ini pelukan terakhir kita?"
Sakura menggumam, "Ya."
"Apa kita bisa saling mengunjungi?"
"Akan sulit, Sasuke-kun. Pasti 'mereka' tidak akan mengizinkan kita bertemu lagi. 'Mereka' bilang, uang lebih penting," jawab Sakura pasrah.
Sasuke dan Sakura berpelukan lama. Hari sudah semakin sore, tapi itu bukan masalah karena hari itu adalah hari terakhir mereka bersama.
Sakura melepaskan pelukan mereka, lalu berbisik pelan. " Ja ne. Aishiteru, Sasuke-kun." Sakura mencium pipi kanan Sasuke.
Sasuke mencium pipi Sakura balik, "Aishiteru, Sakura-chan. Ja ne. Jangan lupakan aku."
Sakura beranjak, "Tidak akan. Sasuke-kun kan cinta pertamaku." Kemudian Sakura meninggalkan Sasuke di taman, di bawah pohon sakura. Sasue mematung, merasa kehilangan.
SAKURA'S POV
5 tahun setelahnya…
Aku entah bagaimana merasa aneh dengan Sasuke. Kami sudah lama tidak berkomunikasi, sejak empat tahun lalu tepatnya. Sudahlah, siapa peduli? Sasuke Uchiha memang cinta pertamaku, tapi karena kesibukan kantor tingkat tinggi ini, aku mulai merasa aku tidak lagi mencintainya. Segala hidupku terasa seolah-olah hanya untuk perusahaan. Aku membenci hal itu. Apa manusia membutuhkan materi sebanyak ini? Aku tahu, semua manusia membutuhkan cinta dan kasih sayang, tapi rasanya aku tidak bisa apa-apa. Mereka, orang-orang penting di kantor milikku, semuanya mengekangku. Aku merasa masih amat sangat mencintai Sasuke Uchiha, tapi aku berpikir untuk memendam rasa ini dalam-dalam, sebelum bayangan tentang dia mengganggu pikiranku dan membuat berang para petinggi perusahaan. Tapi, sedalam apa pun aku memendam rasa ini, aku yakin pertahananku tidak bagus. Kalau aki, seandainya mendengar satu kalimat saja yang meluncur dari bibir Sasuke yang sudah lama menghilang dari daftar contact person-ku, rasa ini akan membuncah lagi, dan aku akan sulit memendamnya lagi.
Aku bukan tidak mencintai Sasuke lagi, aku hanya memendam rasaku ini dalam-dalam.
Bagaimana dengan sekolahku? Aku bersekolah di sebuah sekolah internasional di Suna City. Sekolah yang megah, tapi karena sekolah ini memang ditujukan untuk anak-anak pebisnis, maka sekolah ini lebih mengutamakan pelajaran mengenai bisnis gitu- gitu . muak sekali aku. Ingin rasanya aku lari dari Haruno Corporation dan menjalani hidup yang bebas. Tapi aku terlalu pengecut untuk itu.
Aku 17 tahun sekarang. Kelas 2 SMA. Aku, dengan kekuasaanku sekarang, memaksa petinggi Haruno Corporation agar mengizinkanku pindah ke Konoha City, tempat Sasuke berada. Dan aku berhasil. Sudah kupinta dari dulu hal ini, tapi dulu mereka menganggap aku masih anak kecil kemarin sore. Dengan umurku yang 17 ini, akhirnya mereka menganggapku dewasa. Aku gembira sekali.
"Bye, Kurenai," aku melambaikan tangan ke arah Kurenai, asisten pribadiku selama ini. Dia baik, tapi untuk urusan bisnis perusahaan di menyebalkan sekali.
"Nona, jangan lengah di sana. Selalu waspada. Uang kebutuhan Nona selalu ada di rekening Nona. Hati-hati. Dan jangan kecewa kalau Sasuke sudah beralih ke peempuan lain," pesan Kurenai. Aku mengangguk dan segera menaiki pesawat tujuan Konoha. Pesan terakhir Kurenai sedikit menggangguku.
SASUKE'S POV
5 tahun kemudian…
Aku benci para petinggi perusahaan! Mereka selalu merecokiku dengan meeting, gunting pita, atau temu klien. Gara-gara mereka, aku jadi kehilangan kkontak dengan Sakura-chan. Sumpah, kalau aku mampu akan kubantai semua pemimpin perusahaan satu-satu, seperti yang terjadi pada keluargaku. Aku punya banyak sekali uang, tapi aku sama sekali tidak mendapatkan cinta kasih dari mereka. Seolah-olah mereka berusaha membuatku melupakan Sakura dengan kesibukanku. Mereka yakin bahwa mereka berhasil membuatku melupakan Sakura, tapi mereka tidak tahu satu hal.
Aku bukannya melupakan Sakura. Aku hanya mengubur rasa ini dalam- dalam, agar para petinggi perusahaan tidak mengamuk padaku kalau aku tiba-tiba kehilangan konsentrasi setiap aku teringat dengan Sakura.
Akhirnya, aku berhasil mengancam orang-orang mata duitan itu. Aku akan ke Suna City. Tempat Sakura berada. Aku akan berusaha menyatukan kembali hubungan kami. Dengan usiaku yang telah 17 ini, aku bisa mengancam mereka. Selama ini mereka menganggapku anak kecil. Well, aku sudah dewasa sekarang.
Aku di luar bandara sekarang bersama Kakashi Hatake, asisten pribadiku yang hebat tapi dengan mata yang selalu sayu, seperti mengantuk. Dan dia juga selalu membawa novel dewasa di sakunya. Menjijikkan.
"Semoga bertemu dengan Sakura secepatnya," Kata Kakashi sambil tetap membaca bukunya itu. "Hn," jawabku singkat.
END SASUKE'S POV
"Semoga bertemu dengan Sakura secepatnya," Kata Kakashi sambil tetap membaca bukunya. "Hn," jawab Sasuke singkat.
Sasuke masuk ke dalam bandara. Ia melihat sekeliling bandara. Kemudian dua mata onyx Sasuke menangkap sesosok perempuan berambut pink dengan mata emerald indahnya.
Sakura.
Sakura ternyata juga melihat Sasuke. Mata onyx Sasuke terlihat dingin dan tegas. Sakura sudah menduga hal itu. Kemudian, Sasuke dan Sakura mendekat, mereka bertemu di tengah-tengah ruang bandara itu.
Baik Sakura maupun Sasuke sudah merasa yakin rasa yang selama ini mereka kubur dalam- dalam di hati masing-masing akan membuncah lagi. Tidak tahu apa yang bisa dilakukan sekarang – membiarkan rasa itu tetap terkubur atau membuncah?
Dua-duanya.
Sasuke menyapa Sakura pendek, "Hai."
"Hai," balas Sakura manis. Sakura tersenyum manis, tapi senyuman itu tidak mencapai matanya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Sasuke.
"Aku ingin pulang. Mengunjungimu. Kau sendiri, kenapa ada di bandara?" Sakura balik bertanya.
Yang ditanya tersenyum sedikit, "Well, aku baru saja mau naik pesawat ke Suna. Aku ingin mengunjungimu juga."
"Mengunjungiku? Apa kau rindu padaku?"
"Hn."
"Lucu."
"Lucu?"
"Maksudku, aku juga. Apa kau akan tetap ke Suna?"
"Untuk apa? Aku kan sudah berjumpa denganmu."
"Kalau begitu," Sakura mengibaskan rambutnya sekali. "Kita akan melakukan apa sekarang?"
"Hn, kau lapar tidak?" Tanya Sasuke. Sakura mengangguk sekali, "Tiga jam di langit sangat membosankan, dan lagipula ini sudah waktunya makan siang."
Sasuke melihat jam tangannya. Jarum pendek menunjukkan angka 1. Sasuke meraih tangan Sakura sambil berkata, "Ayo makan siang di restoran favoritku." Mereka berjalan ke luar bandara.
Kakashi masih di luar Bandar. Ia terkejut kenapa Sasuke belum juga berangkat, padahal waktu keberangkatan sudah lama lewat. "Tuan Uchiha? Kenapa belum berangkat?"
Sasuke menoleh ke arah Sakura, "Kau lihat sendiri, ternyata Sakura sudah ke sini duluan."
"Ini…. Haruno Sakura?" Tanya Kakashi ragu. Sakura mengulurkan tangan kanannya sambil berkata lembut tapi tegas, "Haruno Sakura."
Kakashi menjabat tangan Sakura. "Kakashi Hatake. Saya asisten pribadi Sasuke Uchiha."
Sasuke lalu membukakan pintu mobilnya dan mempersilahkan Sakura masuk. Sakura heran, pintu yang dibukakan Sasuke adalah pintu penumpang yang di bangian depan mobil, tapi Sakura tetap masuk. Sasuke lalu menutup pintunya pelan.
"Kita akan ke mana, Tuan?" Tanya Kakashi.
"Bukan kita. Hanya kami." Sasuke masuk ke kursi pengemudi dan menjalankannya segera menjauhi Kakashi sebelum Kakashi bertanya macam-macam lagi.
"Sakura Haruno… cantik sekali." Gumam Kakashi yang ditinggalkan begitu saja. "Sangat pantas untuk Tuan Sasuke…"
Sakura membuka suara, "Kenapa kau diizinkan pergi ke Suna? Kau diberikan cuti oleh perusahaan ya?"
"Hn."
"Berapa lama?"
"Tiga bulan," jawab Sasuke pendek. Sakura terperangah. "Tiga bulan? Sama! Wah, akhirnya kita bebas juga!" seru Sakura (pura-pura) ceria. "Oh ya Sasuke, mulai besok aku akan sekolah di sekolahmu. Kuharap kita sekelas."
"Tidak sekelas. Kau lupa ya, kelas perempuan dan laki-laki dipisahkan?" Sasuke mengingatkan. Sakura tidak terlihat kecewa, juga tidak terlihat senang. Saat Sasuke melirik Sakura yang diam saja, wajah Sakura seperti terasa datar. Sasuke dan Sakura terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.
SAKURA'S POV
Ada apa ini? Seharusnya aku sudah menangis-nangis karena rindu dengan Sasuke! Aku merasa berbeda! Kenapa rasanya tidak ada emosi apapun dengan Sasuke? Aku kan cinta sama dia, tapi aku nggak ada ngerasain apa-apa meski disebelahnya! Ilfeel? Mati rasa? Nggak mungkin! Aku kan sayang banget sama dia! Aneh, kok terasa biasa aja sih ? Nggak mungkin mati rasa kan? Kami-sama, ada apa ini !?
END SAKURA'S POV
SASUKE'S POV
Apa perasaanku bisa hilang dengan mudah? Apa karena kami tidak berjumpa lama perasaanku bisa hilang? Perasaan apa ini? Tidak ada emosi apapun bersama seorang perempuan yang kucintai, menyebalkan sekali. Ini…. Mati rasa. Kami-sama, tolong berikan aku rasa cinta lagi padanya!
END SASUKE'S POV
Sasuke menepikan mobil di sebuah restoran mewah. Sakura turun setelahh Sasuke membukakan pintu mobil. Sakura memesan makan siangnya. Sasuke memesan makanan yang sama dan jus tomat.
Setelah makan (Author males nyeritainna), mereka mengobrol, obrolan tanpa emosi yang membosankan. Akhirnya, setelah beberapa lama mengobrol gaje…
"Sakura, langsung saja ya?" kata Sasuke. "Apa itu Sasuke?" Tanya Sakura menatap pacarnya. Atau akan segera menjadi mantan?
Sasuke menghela nafas. "Aku.. aku nggak tahu apa yang terjadi sama aku tapi yang jelas aku masih cinta sama kamu. Gomenasai, Sakura-chan…"
Sakura terhenyak. Ternyata Sasuke juga merasa mati rasa. "Hm, rasanya aku juga mati rasa, Sasuke-kun."
"Sakura-chan tidak marah?"
"Tidak." Sakura menjawab pasti.
"Aku masih mencintaimu, Sakura. Tapi aku ngerasa mati rasa!"
"Nggak masalah bagiku karena aku juga merasakan hal yang sam."
"Apa yang bisa kita lakukan?" Sasuke terdengar sedih.
"Mungkin… hanya membiarkan waktu yang mengembalikan cinta kita," jawab Sakura ragu. Sasuke merasa agak kesal. "Waktu? Waktu kita hanya 3 bulan!"
"Dan mungkin kita bisa berharap rasa itu akan kembali."
Sasuke mendengus. "Waktu dan harapam. Bagus sekali."
"Mau bagaimana lagi? Untuk saat ini cuma itu. Kita harus mencobanya lagi."
"Baiklah kalu begitu. Di mana kau tinggal di Konoha?"
"Aku tidak yakin… hotel mungkin?" Dalam hati Sakura mengira-ngira biaya yang akan dikeluarkannya untuk menyewa 3 bulan kamar hotel.
"Kau bisa tinggal di rumahku kalau kau mau," tawar Sasuke.
"Boleh nih? Arigatou, Sasuke-kun," Sakura berterima kasih tulus, ia tersenyum manis.
"Sama-sama. Ayo ke rumahku, kita harus membereskan barang-barangmu." Ajak Sasuke.
Sakura's Love Meter: 9 %
Sasuke's Love Meter: 14 %
--TBC--
Gimana? Gimana? Romance sama Comedy-na emang belum kerasa, tapi believe me, di chapter 2 mulai terasa. Riview ya, ya? *puppy eyes mode:ON*
Kalo nge-flame, apina jangan gede-gede ya. Pake api korek atau mancis aja..
Baca chapter selanjutna, percaya deh sama AnnZie romance dan comedy-na bakal mulai terasa (Menurut temen2 se-geng AnnZie di skul yg sama-sama pecinta anime en fanfic)!
Oia, numpang nanya nih. Kalo fic kita adalah fic tunggal, gimana ngebalas riview2 na ya? Soalna setahu AnnZie Ngebalas review tu di chapter berikutna… Kalo cuma sechapter, gimana tuh?
See ya!
Don't forget to read my next chapter! (Halah, Author sok nginggris!)
