Death Note by Tsugumi Ohba dan Takeshi Obata,
Rintik Hujan milik Mizuki Rae Sichi
L X Light
T
Berisi unsur BL.
KALAU TIDAK SUKA, JANGAN GUBRIS MACAM-MACAM OK?
DUA pasang kaki yang terbungkus sepatu, menderap genangan air yang kabur berkat percikan air dari langit. Pemilik dua pasang kaki itu akhirnya berhenti di halte bus yang sepi. Menepuk-nepuk pakaian yang basah oleh bulir air dingin, dua pemuda itu berharap buku yang mereka bawa di dalam tas tidak ikut menjadi korban.
"Kau tidak membawa payung, ya?" ujar pemuda yang memiliki kantung mata yang berwarna hitam. Menjejalkan kedua tangan ke dalam kedua saku celana, dengan tubuh kifosis.
Pemuda lainnya yang beriris mata cokelat—senada dengan surainya, dengan menahan emosi memutar kedua bola mata ke atas, "Kalau aku bawa, mungkin sejak tadi kita sudah selamat."
Langit kelabu menjadi kabur berkat air yang berjatuhan. Gemuruh petir mulai terdengar mengkhawatirkan. Pohon-pohon bergoyang ditiup angin besar. Mobil-mobil yang menyalakan lampu terlihat semakin menaikan kecepatan. Tidak mempedulikan dua pemuda yang berteduh di halte yang miskin atap.
"Aku membenci hujan." Gumam si Pemilik Surai Cokelat. Pandangannya menerawang ke arah langit, yang terlihat kilat-kilat putih.
"Kenapa? Bukankah ini adalah salah satu berkah Tuhan? Jangan selalu berpikiran negatif." Tanggap pemuda lainnya.
Pemuda bersurai cokelat yang bernama Yagami Light mendengus sembari melipat kedua tangan di dada, "Kau yang selalu bersembunyi mana bisa tahu, L."
Pemuda lainnya tersenyum tipis. Senang namanya di sebut dengan suara itu. Andai L bisa mendengar nama aslinya, yang di ucapkan oleh suara itu.
Light diam-diam mengerling. Perasaan gugup yang tertutupi.
Hujan belum juga reda. Langit sepertinya masih ingin terus menangis, menumpahkan semua isi awan gelap dengan kadar yang kadang sedikit, kadang banyak. Genangan air di jalanan semakin banyak. Petir bertambah menakutkan. Dan keheningan di antara dua pemuda itu masih mengudara. Hujan sukses menghipnotis.
"Sampai kapan hujan akan berhenti?" gumam Light, pelan.
"Kau ini, masih saja menyalahkan hujan."
"Aku tidak menyalahkan hujan. Aku hanya membenci hujan."
L merogoh saku dan detik berikutnya sebuah lolipop cokelat muncul. Melirik sebentar ke arah Light, L membuka mulut, "Kau mau?"
Light tersenyum tipis, "Dalam seperti inipun Kau masih membawa sesuatu yang manis? Dasar Kau ini." Namun detik berikutnya, Light kembali bersuara, "Kalau Kau tidak keberatan."
"Untungnya aku masih punya satu lagi," gumam L, sembari menyerahkan sebuah lolipop itu pada Light lalu kembali merogoh saku untuk mencari lolipop lainnya. Sebuah lolipop vanilla yang muncul kali ini.
Keduanya asyik dalam dunia masing-masing, tentu bersama lolipop di mulut mereka. Menunggu hujan yang sepertinya mulai menunjukan tanda-tanda akan berhenti.
"L, kalau aku adalah Kira, apa yang hendak Kau lakukan?" tanya Light.
"Entahlah. Aku belum memikirkannya."
Perlahan air dari langit mulai menurun intensitasnya. Seberkas cahaya dari awan gelap mulai terlihat. Tetes di atas genangan air mulai sedikit. Titik-titik gerimis tidak terlalu padat.
"Lihat, sudah reda. Ayo pulang! O iya, kalau Kau menginginkanku sebagai Kira, dapatkah Kau mengejarku?" tantang Light, tersenyum berani. Sudah memasang ancang-ancang untuk berlari.
L tersenyum misterius, "Pasti akan kutangkap!"
Dan dua pemuda jenius itu berlarian layaknya anak kecil.
FIN
Terinspirasi dari musim hujan yang melanda.
