Empty and Feeling

By Chocolate Cronut

Pair: Chen and Xiumin EXO

This fiction belong to me.

Enjoy! BL contents!

"Minseok! sejak kapan kau menyukai permainan piano?"

"Benarbenar anak yang jenius!"

"Lihat, padahal umurnya baru 5 tahun."

"Indah sekali!

"Minseok, ayah bangga padamu."

Kata kata itu indah

Ingin terus kusimpan selamanya, semuanya.

Di sebuah tempat, tiada yang tahu. Memori ini, milikku seorang.

Aku bahagia

"Jongdae? Kau memenangkan lomba nasional?"

"Kenapa kau tidak pernah bilang pada ayah?"

"Ayah sangat bangga nak!"

"A-ayah aku baru saja memenangkan lom-"

"Lihat Minseok, Jongdae sudah memenangkan kejuaran nasional piano. Tidakah kau ingin seperti dia?"

"Ta-tapi ayah, ak-"

"Contoh dia, dia kebanggaan keluarga"

Dia datang, mengambil semuanya

Ayah, Ibu, semua memori itu

Yang harusnya milikku, hanya milikku

Kau ambil semua

Sendirian

Aku benci

"Hiks…"

"Ayah, lihat aku yah hiks…"

"KENAPA?! DIA BUKAN SIAPA SIAPA…"

"AKU YANG SELAMA INI ADA YAH!"

"AGH!"

Dia hanya seorang anak pungut ayah

Dia bukan siapa siapa

Lihat aku ayah

Lihat aku

Aku berusaha disini yah

Menggapainya seperti yang kau mau

"Minseok, kau kini sudah besar. 17 tahun bukan usia seorang anak kecil lagi."

"Kapan kau akan seperti Jongdae? Kau lihat berapa banyak pretasi yang ia bawa?"

"Kau tidak ingin seperti dia?"

"Contohlah dia. Dia sangat membanggakan keluarga."

"Ayah, tapi aku su-"

"Berhenti bermain main dengan piano, dan seriuslah."

"Ayah…"

Lelah aku berkata

Ingin kubuang semua kata kata itu

Kenapa tidak sekalipun kau melihatku yah

Betapa aku berusaha keras untukmu

Ting ting Jeng!

Ting! Jeng!
Jeng

"AGHHHHH!"

Jari jari Xiumin, seakan tidak kenal lelah terus bergerak. Lincah diatas piano kecil kesayangan. Tanpa terkontrol, diikuti erangan frustasi yang tidak hent-hentii keluar melalui mulut kecil nan elok miliknya.

"AGHH! CEPAT BERMAIN LAGI JARI JARI JELEK. CEPAT!"

Ting ting jeng!
JENG JENG! Ting!

"Hiks, ukh!"

Tidak mampu lagi ia bendung, tetes tetes itu keluar melalui kedua bola matanya. Mengalir perlahan, menuruni pipi putih dan jatuh diatas tuts tua serta jari jari indah milik Xiumin. Turun tidak terkontrol, ia tidak bisa mengontrolnya.

JENG JENG JENG

Ting!

Jari jari Xiumin mulai terluka, ia bermain terlalu lama. Terlalu keras, terlalu memaksakan dirinya. Tangan putih tersebut bergetar, tapi tetap tidak mampu menggalahkan getar tubuhnya. Ia terus berusaha.

"Ayo… bergeraklah. Buat ayah bangga."

Lirihan Xiumin terdengar, miris. Jari jari tersebut seakan kram, tidak bisa ia gerakan kembali, ia terus menangis, melihat dengan seksama jari jari miliknya yang sekarang sudah seperti tidak bisa digerakan kembali.

Aku sudah berusaha ayah

Tolong lihat aku

"Xiumin…"

Terdengar suara familiar milik seseorang, seseorang yang ia kenal. Suara itu miliknya, seseorang ia benci. Kim Jongdae.

Tidak ia tolehkan kepalanya, seolah tak mendengar seolah tak peduli terus saja ia menatap kosong pada jari jarinya yang masih saja terasa tidak bisa digerakan.

Langkah kaki mulai terdengar mendekat, dengan pelan namun pasti Xiumin dapat mendengar. Mendengar bahwa chen akan mendekat kearahnya. Tapi, apa daya yang bisa dia lakukan. Tubuhnya bahkan terlalu lelah hanya untuk melirik atau berbicara.

Tetap menundukan wajahnya, Xiumin hanya menatap kosong tangannya kembali. Namun ia tahu, chen mendekat, menunduk di berlutut di bawahnya sembari membawa handuk hangat serta baskom entah untuk apa. Xiumin masih tetap tidak peduli, untuk apa ia peduli. Ia menggap tak ada apa apa di depannya. Ia sendiri.

Tidak menyerah, Chen langsung bergerak tanpa meminta persetujuan akan Xiumin atau pun apakah Xiumin menyadari keberadaannya.

PLUK!

Tiba tiba, jarinya terasa hangat. Handuk yang awalnya berada di tangan Chen kini berpinda langsung pada jari jari Xiumin yang terluka. Xiumin terbelalak kaget, namun hanya sementara. Ia cepat ganti raut mukanya seperti sedia kala, ia tidak ingin diperhatikan. Ia benci, ia benci seperti ini.

Chen tidak peduli, ia terus membalut jari jari xiumin dengan handuk yang ia bawa. Perlahan dan lembut, seakan jari jari xiumin adalah hal paling rapuh di dunia ini. Tanpa mempedulikan tatapan kosong Xiumin dan keadaan Xiumin yang bahkan menganggapnya tidak ada.

Dengan telaten, Chen terus membasuh jari jari Xiumin. Sedikit demi sedikit ia pegang jari tersebut sembari memberikan pijitan lembut, mengambil pergelangan tangan Xiumin dan merendamnya dalam air hangat.

"Kau tahu"

"…"

"Jari jarimu sangat indah Hyung"

"…"

"Jangan kau sia siakan jari jari mu ini."

Chen masih bermonolog ria, tidak ia pedulikan bahwa Xiumin tidak menanggapi kata katanya atau bahkan menganggapnya tidak ada. Ia masih fokus memberikan perawatan pada jari jari Xiumin serta mengelus lembut jari jari tersebut.

"Sayang, sungguh sayang."

Chen terus saja melakukan hal itu berulang ulang, Xiumin sendiri masih berusaha menatap kosong dan tidak memperhatikan keberadaan chen yang berkutat dengan jari jarinya.

Ia sadari, walaupun ia terus berusaha menganggap bahwa Chen tidak ada, apa yang dilakukan Chen pada jari jarinya membuat Xiumin merasa lebih nyaman dan merasa bahwa ia dapat menggerakkan jari jarinya tersebut.

Masih terus mengusap lembut jari jari Xiumin, setelah dirasanya cukup. Chen mulai melepaskan handuk, sembari tetap memegang tangan Xiumin. Memberikan pijitan pijitan kecil di area area tangan Xiumin.

"Hyung, berhentilah memaksa dirimu."

"…"

"Aku tidak ingin melihatmu seperti ini lagi hyung"

"…"

"Sungguh, aku me-"

"…"

Ucapan Chen terhenti, ia mendesah lelah. Perlahan ia tarik kembali tangannya melepaskankan genggamannya pada tangan Xiumin. Sembari menundukan wajahnya, Chen membereskan handuk serta baskom yang tadi ia bawa. Perlahan ia bangkit dari posisinya, bersiap pergi meninggalkan tempat. Dalam diam ia melihat Xiumin, sebelah tangannya terkepal meremas handuk, membuat buku buku jari Chen memutih, tanda ia menahan sesuatu.

"Aku ada disini hyung."

"Apapun yang terjadi, aku akan selalu disini hyung."

Setelah mengatakan kata kata itu, Chen langsung melangkahkan kakinya pergi. Lagi-lagi meninggalkan Xiumin sendirian diruangan tersebut. Meninggalkan Xiumin bersama sejuta makna, perasaan, dan pikiran dalam kepalanya.

TBC

HUWAAAA, FICT 35 menit! Tanpa edit dan baca ulang, Jadi kalau ada typo mohon dimaklumi. *Bows

YOSH! Kebetulan lagi suka Exo, especially Chen and Xiumin KYAAA! I Cant handle it, bener bener sampe gak bisa tidur buat mikirin fict ini. Entah kapan akan update, ini bergantung dengan review dan waktu ya hehe *berhubung lagi uas dan besok uas biology dan agama*

WAWAWA Sekian terimakasih!

With love

Chocolate Cronut

Review Please!