Cast : YunJae and others
Disclaimer : the story is mine, cast belong to themselves
Genre : Romance, Hurt, Fluff, Action
Current mood : Excited
Warning!
Yaoi/BoyXBoy, Typo(s), Delusi tingkat tinggi, Author Newbie, Gaje, No EYD, No Bash, No Flame, No War, No Money, Don't like don't bash it 〆(・∀・@)
.
.
Satu
© Red Taby
.
.
.
.
Sniper, atau penembak runduk, adalah seorang prajurit infanteri yang secara khusus terlatih untuk mempunyai kemampuan membunuh musuh secara tersembunyi dari jarak jauh dengan menggunakan senapan.
Istilah ini muncul pada tahun 1770-an, pada prajurit-prajurit Kolonial Inggris di India, dari kata snipe, yaitu sejenis burung yang sangat sulit untuk didekati dan ditembak. Mereka-mereka yang mahir memburu burung ini diberi julukan
"sniper".
(Wikipedia)
.
Keluarga Jung dikenal sebagai keluarga militer secara turun-temurun. Mulai dari kakek mereka setiap namja keluarga Jung pasti menyandang gelar kemiliteran dan mengabdikan jiwa dan raga mereka pada negara. Pada saat Korea Utara melakukan penyerangan terhadap Korea Selatan secara tiba-tiba, militer Korea Selatan langsung mengirimkan militer-militer terkuatnya untuk membalas serangan Korea Utara.
Drap drap drap
"Jendral Jung"
Semua tentara yang ada di ruangan itu sontak berdiri ketika seorang namja berumur namun sangat berwibawa berjalan masuk ke dalam ruangan.
"Duduklah" jawab namja itu santai
"Langsung saja. Tentara militan Korea Utara tengah bersiap untuk menggempur daerah perbatasan. Tugas kalian sudah tertulis di surat edaran. Kalian hanya perlu melakukanya dengan baik" seru namja berwibawa itu tegas
"Untuk misi pertahanan kuserahkan pada Mayor Choi Seung Hyun. Tugasmu adalah mempertahankan daerah perbatasan kita dan jangan biarkan tentara musuh masuk wilayah kita. Bahkan untuk menampakan batang hidungnya saja silahkan babat habis semuanya"
"Baik Jendral!"
"Kita juga memiliki beberapa penduduk sipil yang tengah disandera oleh tentara musuh. Untuk misi ini akan kupercayakan pada Kolonel Jung Yunho"
Jendral Jung memandang wajah tampan putranya lekat-lekat. Namja yang dikagumi banyak orang itu menemukan bahwa tidak ada keraguan di mata putranya. Mata musang putranya yang tajam memancarkan tekad yang kuat, meskipun di umurnya yang baru menginjak 21 tahun, Yunho sudah terlihat matang dan mampu mengemban tugas berat yang diberikan.
"Tugasmu adalah untuk mencari dimana para sandera itu disembunyikan, bawa pulang mereka dan misi kalian selesai"
"Siap Jendral!"
"Baiklah. Demikian tugas-tugas kalian. Laksanakan dengan baik dan pulanglah dengan selamat"
.
.
.
.
"Jendral Jung!"
Namja bertubuh tegap itu berhenti berjalan ketika mendengar namanya disebut. Tepat ketika tubuhnya berbalik, didapatinya putra keduanya tengah berjalan menuju ke arahnya.
"Jendral Jung"
"Ada yang bisa kubantu Kolonel?"
Yunho memandang wajah tegas ayahnya dengan seksama. Ayahnya merupakan seseorang yang memegang tampuk kedudukan tertinggi di militer Korea Selatan. Hal ini membuat Yunho tidak bisa berbuat semau hatinya. Mereka tetap akan menggunakan tingkatan pangkat untuk saling menyapa sebagai bentuk profesionalitas yang harus tetap dijaga. Namun tidak dengan seseorang….
"Appa!"
Seorang namja tampan dengan tubuh tinggi menjulang terlihat berlari-lari kecil menghampiri mereka. Yunho tersenyum tipis melihat adik kecilnya yang baru berusia 19 tahun, Jung Changmin.
"Kau tidak boleh menggunakan kata-kata itu disini tentara Jung" Yunho mencoba membenarkan perilaku adiknya.
"Kau dengar kakakmu Jung Changmin" tambah Mr Jung pada anaknya.
Namja berwajah kekanakan itu langsung mengeluarkan wajah cemberut dan sontak menghasilkan kekehan dari Yunho dan Mr Jung.
"Jadi….apa yang ingin kau sampaikan padaku?" tanya Mr Jung pada anaknya.
"Siap Jenderal! Semua persiapan telah selesai. Batalion 15 telah siap Jenderal!"
Changmin akhirnya menampilkan sikap seorang tentara militer yang sesungguhnya. Namja dengan tinggi di atas rata-rata itu memberikan salute pada ayahnya dan juga kakaknya yang memiliki peringkat lebih tinggi dari dirinya sendiri. Mr Jung dan Yunho tersenyum melihat kegigihan Changmin kemudian balas mengangguk mengerti.
"Laksanakan!"
"Siap! Laksanakan!"
Changmin kembali memberikan hormat dengan sikap tegas kemudian berbalik dan melangkah pergi. Mr Jung tersenyum bangga melihat kemajuan dalam diri putra bungsunya. Mata sipitnya kemudian melirik putra keduanya yang masih setia berdiri di sampingnya.
"Jaga adikmu"
"Siap Jenderal!"
.
.
.
.
Di negara-negara perang seperti Korea dan Amerika, setiap warga yang berumur 18-30 tahun wajib menjalani militer. Yunho pertama masuk ke dalam dunia militer di umurnya yang ke 18. Menjalani kehidupan militernya selama dua tahun dan akhirnya memutuskan untuk tetap berada di kemiliteran seperti anggota keluarga Jung lainya.
Tidak seperti kebanyakan namja yang memilih posisi sebagai tentara biasa karena prosesnya yang cepat dan nyaman. Jung Yunho justru mengambil tes sebagai pasukan elit dengan tes yang cukup panjang dan training yang mengerikan. Dengan usianya yang masih belasan tahun waktu itu Yunho sudah mengalami banyak hal yang tidak pernah dibayangkan oleh namja seumuranya. Hal ini menurun pada adiknya Jung Changmin.
Namja tampan dengan tubuh tinggi menjulang itu sangat mengagumi sosok kakaknya dan akhirnya ikut mendaftar sebagai pasukan khusus. Pasukan khusus itu merupakan kelompok elit yang selalu menjadi senjata utama di setiap peperangan dan selalu ditakuti oleh tentara lawan. Keberadaan mereka tidak pernah diketahui oleh musuh. Dan ketika mereka menemukanya…..kematianlah yang menunggu mereka di ujung pembantaian. Mereka biasa disebut,
The Sniper.
.
.
Saat memasuki umur 19 tahun Changmin mengambil ujian masuk seperti yang pernah dilakukan oleh Yunho, namun tidak berhasil. Namja manis itu gagal di ujian fisik, ketika dia dan peserta lainya diisolasi di sebuah hutan terpencil dengan hanya berbekal satu buah roti dan satu botol air minum. Mereka ditugaskan untuk mencari jalan keluar sendiri hingga satu per satu mulai jatuh. Changmin sempat bertahan namun ketika mencapai sebuah rawa-rawa Changmin terjatuh dan tenggelam.
Pada akhirnya Changmin tetap memilih menjadi tentara dengan kerja lapang dan memanfaatkan pekerjaanya sebagai seorang perawat. Namja jangkung itu akhirnya dapat merasakan dunia militer yang selama ini hanya bisa di bayangkanya saja. Changmin selalu ikut di dalam misi-misi penting dan merawat tentara-tentara yang terluka. Dan kebetulan sekali saat ini dia menjalani misi bersama kakaknya Jung Yunho. Hal ini membuatnya excited.
.
.
.
.
Sebuah senapan dengan laras panjang itu berdiri kokoh mengintai semua musuh dari tentara lawan. Yunho memperhatikan segerombolan tentara yang berjalan mengendap di belakang sebuah gedung kosong tempat bersarangnya kelompok pemberontak dari Korea Utara. Sedangkan dia sendiri ada di sebuah puncak gedung tertinggi yang berjarak kurang lebih sepuluh meter dari tempat itu. Mata musangnya memicing tajam memperhatikan sosok tinggi adiknya berada di tengah-tengah anak buahnya yang lain. Keadaan terlihat aman terkendali.
"Kau pasti bangga dengan adikmu" seru salah satu tentara yang bertugas sebagai spotter.
Yunho tersenyum simpul. Namja tampan itu masih setia mengamati pergerakan teman-temanya.
"Hah….semoga semuanya berjalan lancar. Aku sudah tidak sabar untuk pulang dan bertemu dengan istriku" celetuk teman satu timnya yang lain.
Setelah misi ini selesai, para tentara yang bertugas akan mendapatkan liburan selama dua bulan penuh. Yunho sendiri sudah merencanakan untuk berkumpul bersama keluarganya dan menemani Changmin yang akan segera di wisuda. Namja tampan itu benar-benar jenius hingga dapat menjalankan kewajiban militernya dan kuliahnya secara bersamaan. Yunho benar-benar bangga padanya.
"Mereka sudah memulainya"
Yunho sontak mengarahkan viewfinder miliknya ke arah gedung kosong yang dibicarakan oleh spotter nya. Tentara-tentara yang lain telah menemukan warga yang tengah disandera dan membawa mereka secara hati-hati menuju mobil tentara yang telah disiapkan. Misi mereka sudah jelas. Menyelamatkan sandera-sandera itu dan membawa mereka pulang dengan selamat.
Srak
Yunho menajamkan mata musangnya ketika melihat dua orang pasangan suami isteri yang terlihat menangis dan meronta saat akan dibawa masuk ke dalam mobil. Keduanya menunjuk salah satu gedung kosong yang ada tak jauh dari mereka. Tepat dimana seorang bocah kecil dengan boneka gajah tengah menangis keras memanggil kedua orang tuanya.
Jebakan!
"Ania Changmin-ah. Menyingkirlah dari anak itu sekarang juga" Yunho menggenggam pelatuk senapanya dengan kuat.
Setiap sniper memiliki dua orang pendamping di sisinya dan saat ini dua orang pendamping Yunho terlihat ketakutan. Dengan teropong yang ada di tangan mereka, mereka melihat dengan mata kepalanya sendiri sosok tentara Jung dalam keadaan berbahaya. Adik kandung Jung Yunho itu terlihat menghampiri anak kecil itu.
Yunho membidikan senapanya ke arah bocah kecil itu. Posisi Changmin akan menjadi tidak terlindungi ketika dia melangkah ke area bocah itu berada. Dan Yunho tahu bahwa di daerah ini dia bukanlah satu-satunya sniper yang tengah berjaga. Jantungnya berdetak kencang ketika adik bungsunya itu berjalan semakin mendekat.
Yunho hanya mempunyai dua pilihan.
Membunuh anak kecil itu atau membiarkan adiknya menjadi sasaran empuk sniper-sniper lawan yang jauh lebih kejam.
Deg
Changmin berhenti tepat di depan anak itu.
.
Dor!
.
Tubuh tinggi namja itu terjatuh ke tanah ketika sebuah peluru meluncur bebas dan menembus kepalanya.
.
Yunho merasakan dunianya runtuh seketika.
.
.
.
Tanganya bergerak otomatis membidik sniper lawan yang telah berhasil membunuh adik bungsunya.
Dor!
Satu
"Yunho-ssi apa yang kau lakukan?! Kau akan membuka persembunyian kita!"
Dor!
Dua
"Jung Yun- "
"Arrghhh" salah satu rekannya tewas tertembak.
Dor!
Tiga
Cklak
Dor!
Empat
Yunho terus menarik pelatuk senapan Barret M82 .50 CAL miliknya dan membunuh sniper lain tanpa belas kasihan. Namja bermata musang itu sudah dibutakan oleh dendam. Dia bahkan terus menembaki setiap tentara Korea Utara yang terlihat di viewfinder miliknya dengan brutal.
Dor!
Dor
Dor!
Hingga beberapa saat kemudian seorang sniper musuh berhasil menembakan pelurunya dan membuat namja bermata musang itu tumbang.
.
.
.
.
Tangis pilu mewarnai sebuah ruangan khusus jenazah yang ada di rumah sakit Seoul International. Semua keluarga Jung terlihat berkumpul bersama menunggu kedatangan jenazah Changmin. Hingga beberapa menit kemudian iring-iringan jenazah itu datang bersama sosok sedih Mr Jung dan putra pertama mereka Jung Siwon.
"Yeobo!"
Mrs Jung langsung menubruk suaminya dan menumpahkan semua kesedihan hatinya. Kedua pasangan Jung itu saling berpelukan dan berbagi tangis menyesali takdir yang menimpa putra bungsu mereka. Siwon yang melihat kepedihan kedua orang tuanya ikut merasa hancur. Dia tengah ditugaskan di tempat lain ketika kejadian maut itu terjadi. Tidak terlintas sedikit pun di pikiranya bahwa adiknya yang belum genap 20 tahun itu akan meninggalkanya secepat ini. Hatinya begitu sakit ketika memikirkanya….
Tuk
Siwon menolehkan kepalanya ketika merasakan tangan lembut seseorang mengelus punggungnya dengan pelan. Seorang namja dengan seragam SMA dan berkulit seputih salju tengah memandangnya sendu.
"Kibum-ah"
Tangan besar Siwon meraih tubuh ramping namja cantik itu dan merengkuhnya dengan erat. Namja tampan itu tidak kuat lagi menahan pedih di hatinya dan akhirnya menumpahkan tangisnya di pundak tunanganya.
Tentara-tentara lain yang ikut mengantarkan jenazah Changmin terdiam tanpa kata melihat pemandangan menyedihkan yang ada di depan mereka. Satu persatu mereka mulai menurunkan topi tentara mereka masing-masing. Memberikan penghormatan terakhir pada sosok tentara muda berbakat yang lagi-lagi meninggal di medan perang demi membela negara mereka.
.
.
.
.
Tit tit tit tit…
"Dokter! pasien kehilangan banyak darah dan kita tidak memiliki persediaan darah yang cukup"
"Coba kau tanyakan pada keluarga korban yang ada di luar. Mungkin ada yang memiliki jenis darah yang sama dengan pasien"
"Baik dokter"
Yeoja berseragam putih itu langsung melesat keluar dari ruang gawat darurat itu kemudian berjalan menghampiri keluarga pasien di ruang tunggu.
"Permisi. Apakah anda keluarga dari pasien bernama Jung Yunho?"
Keluarga Jung yang sedari tadi menunggu dengan cemas langsung menganggukan kepala mereka dan mendengarkan penjelasan suster itu dengan seksama. Mrs Jung yang memiliki jenis darah yang sama dengan Yunho langsung menawarkan dirinya.
"Lalu keluarga dari anak Kim Jaejoong? Pasien memerlukan pendonor dengan golongan darah AB"
Setiap orang yang ada di sana terdiam dan saling pandang. Siapa itu Kim Jaejoong? Hingga beberapa saat kemudian seorang tentara dengan tubuh tinggi besar teringat akan sesuatu hal.
"Ma-Maaf Jendral. Kim Jaejoong adalah anak berusia 10 tahun yang menjadi korban dalam misi yang dilaksanakan oleh kolonel Jung Yunho. Anak kecil itu merupakan salah satu sandera yang disembunyikan oleh Korea Utara. Kedua orang tuanya meninggal saat misi yang telah dibebankan gagal. Dan…." suara tentara itu seolah tercekat saat berusaha menyampaikan kenyataan yang begitu menyakitkan.
"Bocah kecil itulah yang diperjuangkan oleh putra bungsu anda di saat terakhirnya"
DEG
Semua anggota keluarga Jung terlihat membeku di tempatnya. Jadi anak inilah yang berusaha dilindungi oleh Changmin hingga akhirnya dia sendiri yang harus meregang nyawa. Mereka sempat terdiam selama beberapa waktu mencoba mengusir perasaan menyakitkan yang menyerang hati mereka. Hingga beberapa saat kemudian Mrs Jung mengalihkan pandanganya ke arah putra pertamanya Jung Siwon. Keduanya saling berpandangan dalam diam. Mereka tahu apa yang ada di pikiran mereka masing-masing. Jika anak itu memerlukan donor dengan golongan darah AB yang langka...maka hanya satu orang yang bisa membantunya.
"Golongan darah saya AB" ucap Mr Jung pada akhirnya.
Namja bermata sipit itu memandang wajah cantik istrinya dan mengangguk pelan. Keduanya akhirnya berjalan mengikuti perawat jaga itu menuju ruang gawat darurat.
.
.
.
.
"Kenapa kau mau melakukanya yeobo?"
Mrs Jung memandang wajah tampan suaminya yang tengah berbaring di sampingnya. Keduanya tengah mendonorkan darahnya untuk keselamatan dua buah nyawa yang tak berdosa.
"Jika kau yang ada di posisiku….apakah kau tidak melakukan hal yang sama?" Mr Jung balik memandang isterinya dengan sendu.
"Kita berdua tahu bahwa kehilangan anggota keluarga di dalam dunia militer adalah resiko yang tidak bisa kita hindari. Ayahku, kakak pertamaku, sepupuku yang dulu masih berusia 17 tahun…..semuanya meninggalkanku begitu saja untuk memperjuangkan negara…dan uri Changmin…."
Tes
Kedua pasangan Jung itu kembali berlinang air mata ketika mendengar nama putra bungsu mereka.
"Aku bangga padanya" Mr Jung menatap mata bulat isterinya tajam.
"Jika Changmin berani mengorbankan nyawanya untuk anak ini maka tidak akan ada artinya bagiku untuk kehilangan sedikit darahku demi keselamatanya. Anak kita menginginkan bocah kecil itu hidup. Dan aku akan mewujudkan keinginan terakhir anak kita dengan cara apapun"
Mrs Jung meraih tangan besar suaminya dan menggenggamnya dengan erat. Benar. Sebelum dia menikah dengan suaminya keluarga Jung sudah memberinya peringatan bahwa tidak akan mudah menjadi isteri dari seorang pekerja militer. Bahaya akan selalu mengincar keluarga mereka dan sebagai seorang isteri mereka harus siap mental. Jika suatu saat nanti suami atau anak mereka kembali dalam keadaan cacat atau lebih parahnya meninggal, mereka harus siap.
Mrs Jung mencintai suaminya dan dia memilih untuk menikah denganya. Saat ini keluarga mereka tengah diuji dan dia tahu bukan hanya dirinya yang merasa sedih. Suaminya pasti merasa jauh lebih terpukul karena dialah yang memberikan tugas itu pada putranya. Jadi… saat ini dia dituntut untuk menjadi pendamping yang sepadan dan menjadi sandaran untuk suaminya. Dia tahu bahwa bocah kecil itu tidak bersalah. Dan jika suaminya ingin melindungi bocah tak berdosa itu…maka dia akan melakukan hal yang sama.
.
.
.
.
"Tekanan darah pasien terlalu rendah dokter!"
Tepat ketika Mr dan Mrs Jung selesai mendonorkan darah mereka, keadaan salah satu pasien yang ada di ruangan itu menjadi turun drastis. Yunho mulai kehilangan kesadaran dan hal ini membuat dokter yang menanganinya kalang kabut. Mr dan Mrs Jung yang belum sempat keluar dari ruangan itu berusaha mendekat dan melihat keadaan putra kedua mereka yang mengenaskan. Mrs Jung hampir saja pingsan ketika melihat tubuh Yunho yang bersimbah darah.
"Hikss…Yun…Yunho…."
Dokter bedah yang bertugas telah mengerahkan semua kemampuanya namun keadaan Yunho tidak kunjung membaik. Detak jantungnya perlahan menurun dan semakin lemah. Seolah-olah pemiliknya sudah tidak memiliki keinginan untuk hidup lagi.
Tiiiiiiittttt
Alat pendeteksi detak jantung itu berbunyi dengan keras ketika jantung pasien bermata musang itu berhenti berdetak. Mrs Jung meraung di dada suaminya. Tim medis yang telah berusaha semaksimal mungkin itu mulai menggelengkan kepala mereka tanda bahwa semuanya telah usai.
.
Hingga beberapa detik kemudian sebuah keajaiban mengejutkan mereka.
.
Plek
.
Tangan mungil itu menggenggam erat jemari Yunho yang mulai terasa dingin. Kedua pasien itu masih tak sadarkan diri namun entah bagaimana caranya namja kecil itu bisa menemukan jemari tangan Yunho kemudian menggenggamnya.
Tit tit…
Deg
Deg
Deg
Jantung namja tampan itu kembali berdetak.
.
.
.
.
Mr dan Mrs Jung memandang takjub kejadian yang baru saja terjadi. Setelah operasi yang dijalankan selesai, kedua pasien kemudian dipindahkan ke ruang perawatan. Pasangan Jung itu dengan setia menemani Yunho dan juga bocah kecil yang membawa keajaiban bagi putra mereka. Pada pagi harinya sosok bocah kecil itu terbangun lebih dulu. Dan ketika mata bulatnya bertemu pandang dengan Mr dan Mrs Jung…
Keduanya langsung jatuh hati pada malaikat kecil itu.
Mr dan Mrs Jung berjanji untuk merawat sosok mungil itu dan mengadopsinya menjadi anak mereka. Keduanya tidak akan membiarkan malaikat kecil itu menjalani hidupnya sendirian. Mereka telah kehilangan seorang putra namun akhirnya mereka juga dianugerahi putra yang lain.
"Eomma…appa…eodie…?" sosok kecil itu memandang mata bulat Mrs Jung dengan polos.
"Eomma dan appa sudah tenang di surga Joongie sayang…." Mrs Jung memandang wajah bulat Jaejoong dengan sendu.
"Joongie inin ikut eomma….appa…" mata besar namja kecil itu mulai berair. Entah kenapa…dia merasa tidak senang ketika mendengar eomma dan appanya meninggalkanya sendirian.
Hati Mrs Jung serasa tercubit mendengar keinginan polos Jaejoong. Yeoja cantik itu meraih tubuh mungil Jaejoong dan memeluknya. Dikecupnya pipi Jaejoong secara bergantian.
"Gwenchana….masih ada banyak orang yang menyayangi Joongie disini. Mulai sekarang Joongie boleh memanggilku eomma, dan kau lihat ahjussi tampan yang sedang duduk itu? Joongie boleh memanggilnya appa. Dan kakak yang ada di samping eomma ini Joongie boleh memanggilnya hyung…"
Jaejoong mengintip dari pundak Mrs Jung dengan takut-takut. Semua orang yang ada di ruangan itu terlihat asing baginya. Namun senyuman tulus yang diberikan oleh keluarga Jung membuat bocah kecil itu merasa hangat. Bibir mungilnya ikut tersenyum malu.
"Eo-Eomma…"
"Ne Joongie sayang" Mrs Jung tidak mampu menahan senyumanya ketika bocah kecil itu memangilnya dengan suara yang sangat pelan. Kedua matanya mengikuti arah pandang Jaejoong dan menemukan sosok putra keduanya di mata bulat bocah kecil itu. Yunho masih belum sadar semenjak operasi yang dijalaninya kemarin. Yeoja cantik itu tersenyum lembut.
"Kau juga boleh memanggilnya hyung sayang"
.
"Yunho hyung…."
.
.
.
.
Tiga hari kemudian….
.
"Semoga Tuhan memberikan tempat yang indah di sisinya….."
"Hikssss….Minnie…."
Perlahan-lahan peti mati itu mulai memasuki tempat peristirahatan terakhir dengan khidmat. Beberapa tentara yang bertugas menembakan senapanya sebagai tanda penghormatan yang terakhir. Sosok tampan Jung Changmin akhirnya dikebumikan dengan damai.
Mrs Jung tidak kuat lagi menahan berat tubuhnya dan akhirnya pingsan di pelukan suaminya. Di tengah derasnya hujan….pemakaman putra bungsu keluarga Jung itu berlangsung menyedihkan.
Srakk
Sosok tinggi besar itu akhirnya menyingkir dengan perlahan meninggalkan area pemakaman itu ketika hatinya tidak sanggup lagi menahan sakit. Mata musangnya terlihat memerah ketika air mata tidak pernah berhenti mengalir di pipinya. Tanganya menggenggam kalung penghormatan milik adiknya dengan erat.
'Semuanya salahku….'
.
.
.
.
Mansion Jung
.
Mobil hitam itu melenggang memasuki kawasan mansion yang terlihat lenggang kemudian berhenti di depan rumah utama. Pintu mobil itu sontak terbuka dan munculah sosok tinggi namja bermata musang yang terlihat kosong dan rusak.
Creak…
Tap tap tap
Yunho berjalan menuju kamarnya dengan pandangan kosong. Tubuhnya basah kuyup terguyur hujan. Tangan besarnya membuka sebuah lemari rahasia yang ada di pinggir ruangan dan mengambil sebuah senapan dengan peredam yang sudah tiga tahun ini menemaninya bertugas. Dia mulai berjalan menuju ruang utama.
Mansion Jung tengah sepi karena semua penghuninya pergi ke pemakaman.
Yunho memandang potret besar yang ada di dinding ruang tengah. Dimana ada dirinya, kedua orang tuanya, kakak pertamanya Jung Siwon dan terakhir….adik bungsu yang sangat disayanginya….Jung Changmin.
Tes
"Maafkan hyung Changmin-ah…."
Yunho menggenggam erat senapan yang ada di tanganya. Air mata kepedihan tidak berhenti keluar membasahi wajah kecilnya yang tampan.
"Hyung akan membayar semuanya…."
Yunho menutup mata musangnya dan mengarahkan senapan yang ada di tanganya ke kepalanya sendiri. Jari telunjuknya mulai menarik pelatuk senapan itu dengan pelan. Namja tampan itu bertekad untuk mengakhiri semuanya.
.
Tap
"H-Hyun…."
.
Yunho membuka matanya ketika suara cadel seseorang menyapa indera pendengaranya. Mata musangnya kembali terbuka dan memandang ke bawah dimana seorang bocah kecil tengah memegangi ujung jas miliknya dengan tanganya yang mungil. Sedangkan di tangan kirinya terdapat sebuah boneka kelinci berwarna putih. Bocah kecil itu memandangnya dengan mata bulatnya yang besar.
"Hyun…"
Yunho merasakan amarahnya kembali muncul ketika menyadari siapa bocah kecil itu. Tanganya bergerak secara otomatis hingga tubuh mungil namja kecil itu jatuh ke lantai. Pelipisnya menabrak pinggiran meja dan berdarah membuatnya langsung menangis dengan keras. Mata musang Yunho berkilat mengerikan.
Dia masih ingat dengan jelas bagaimana niatan baik Changmin untuk menolong bocah ini berujung dengan kematianya sendiri. Dia juga masih ingat jika dia dengan cepat membunuh bocah sial ini maka adiknya pasti masih hidup hingga sekarang.
"Huwaaaaaaa" tangisan bocah malang itu menggema di seluruh mansion.
"Jung Yunho!" keluarga Jung yang baru saja pulang langsung dikejutkan oleh pemandangan yang ada di depan mereka.
Yunho mengangkat senapan yang ada di tanganya dan membidikanya ke tubuh bocah kecil yang ada di depanya.
Semua orang yang ada di mansion itu terbelalak ketakutan.
Cklak
"Hikss…hikss…." mata bulat Jaejoong memandang Yunho yang terlihat sangat menakutkan.
Namja tampan itu mengertakan giginya.
Bunuh!
Tanganya mulai bergetar tak beraturan.
Bunuh dia Jung Yunho!
.
Dor!
.
Prang!
Dor!
Dor!
Dor!
Pranggg!
.
Setiap orang yang ada di ruangan itu membeku di tempat ketika melihat Yunho menembaki vas bunga dan barang-barang lain dengan brutal. Namja tampan itu sudah memantapkan hatinya untuk menghabisi nyawa bocah kecil itu dengan tanganya sendiri tapi hati nuraninya menolak.
Tanganya tidak mau melakukanya.
Yunho berteriak sekuat tenaga mengutuk dirinya yang terlalu lemah.
Tubuhnya jatuh ke lantai ketika dadanya mulai terasa sesak.
Tangan besarnya mengepal erat, menghantam dadanya sendiri untuk mengusir rasa sakit yang tak tertahankan.
"Uhukk!"
Mrs Jung menjerit nyaring ketika putranya itu mulai memuntahkan darah segar.
Lukanya kembali terbuka.
.
.
.
.
Bersambung….
.
*Behind the scene
Halo. Taby here… genki desu ka? ^o^/
Chapter kemarin hanya foreword alias teaser jadi maaf jika masih banyak yang bingung. Untuk usia Yunho dan Jaejoong akan aku buat beda 10 tahun. Hm…next chapter mungkin Jaeumma akan sedikit dipaksa ya, dan rencananya ini mpreg. Selain itu cerita ini terinspirasi dari film American Sniper yang dulu pernah aku lihat. Sniper-sniper itu terlihat keren dan ketika mereka memicingkan sebelah matanya untuk menembak, Ah….
They looks sooo freakin handsome. And Jung Yunho being a sniper? Oh my…It's something worth to die for. LOL
Jadi untuk teman-teman yang kurang berkenan dengan genre ini mohon dipikir2 dulu ne ^^ mumpung kalian belum terjerumus terlalu jauh.
Arigato. Ketemu lagi next chapter ya? See you~
