Disclaimer : Vocaloid isn't mine, but this fanfict is originally mine. Enjoy reading it.
Warning : OOC,OOT, typo dan semi typo, alurnya kecepatan, gak jelas, gak nyambung, dan sebagainya …
Rated : Teen
Genre : Romance, Friendship
Author : Yo! Selamat datang di fict baru saya! *bows*
Len : Gyaah! Ketemu orang yang menyebalkan ini la-
Author : *glare* *bekep mulutnya pakai pisang*
Len : Ufuf! Ughu gup hug fut ru #?
Rin : … Hah? ==
Lenka : Ah, sudahlah … Kita mulai saja ya, chapter pertamanya, minna-san? ^^
"Aku berjanji, aku akan selalu melindungimu, Lenka. Dari sekarang, hingga masa depan nanti."
.
.
Lenka's POV
"Lenka! Lenka! Ayo bangun! Sudah jam 6!"
Aku terlonjak dari tempat tidurku, kemudian melirik jam dinding di kamarku. Ah … Ya … Benar … Sudah jam 6.
"Iya kaa-san! Aku sudah bangun!" seruku.
"Cepat mandi, lalu sarapan ya! Kami menunggu di bawah!"
"Iya!"
Kemudian, terdengar suara langkah kaki kaa-san menuruni tangga. Aku segera bergegas membuka lemariku, kemudian mengambil seifuku sekolahanku. Lalu mengambil handuk, dan bergegas mandi.
Aku telah selesai mandi, kemudian bergabung bersama ayah, ibu, danYukari, adikku.
"Ohayou tou-san, kaa-san, dan Yukari." ucapku, lalu duduk di samping seorang perempuan berambut putih panjang. Dia adalah Yowane Haku, kaa-sanku.
"Lenka, akhir-akhir ini kau susah dibangunkan ya?" tanya seorang lelaki berambut putih pendek, yang sedang menyeruput kopi hangat. Sementara dia adalah Yowane Dell, tou-sanku.
"Ah, tou-san … Maaf … Akhir-akhir ini Lenka sering mimpi 'itu' …"
"Mimpi tentang masa lalumu?" kata tou-san sambil menghembuskan nafas panjang. Aku mengangguk pelan.
Ya … Aku kehilangan ingatanku, atau amnesia. Anehnya, kenangan yang aku lupa adalah kenanganku yang berumur 6 dan 7 tahun. Saat aku berumur 7 tahun, kaa-san mengatakan bahwa aku mengalami kecelakaan. Ah, sudahlah. Toh aku masih baik-baik saja hingga sekarang, bukan?
Setelah menghabiskan sarapan, aku segera berpamitan kepada keluargaku, kemudian menuju ke SMP Mirai, tempat di mana aku belajar, dan di mana tempat orang yang aku sukai berada …
Aku segera berjalan masuk ke kelas 2-1, kemudian duduk di bangkuku.
"Ah, ohayou Lenka-chaan!"
Aku menoleh. Ternyata Kamine Rin, dan Ring Suzune, sahabatku.
"Ah … Ohayou mo, Rinny, Ringy~!"
Kemudian, pintu kelas terbuka lagi. 3 orang anak laki-laki masuk. 2 berambut blonde, dan 1 berambut cokelat muda.
"Wah … Lenka-chan! Tumben nggak telat?" sapa sebuah suara dengan ramah, lalu segera duduk di bangku belakangku, di samping Rin-chan. Dia … Kagamine Len … Orang yang kusukai …
"A-Ah, halo, Len! Ahaha, entahlah, aku juga tidak tahu alasannya, ahaha!" jawabku dengan agak kelabakan. Dalam hatiku, aku merasa sangat senang karena Len menyapaku! Ahaha, mungkin agak berlebihan, ya?
Tiba-tiba, seseorang mengacak rambutku, lalu duduk di sampingku. Aku menoleh. Ah, Kaine Rinto! Orang yang sangat menyebalkan! Hng … Meskipun dia adalah sahabatku juga sih … Tetapi, berbeda dengan Len, dia sangat senang mengganggu dan menjahiliku! Tapi, meskipun begitu, dia baik kok …
"Rinto! Apaan sih!" kataku sambil pura-pura cemberut. Rinto hanya cengengesan.
"Ah ya, nanti jangan lupa latihan sesudah sepulang sekolah ya, semua!" kata seorang anak lelaki berambut cokelat yang duduk di depanku; dia duduk di sebelah Ring. Dia adalah Hibiki Lui.
"Yup! Sip~!" kata kami berlima bersamaan.
Yap … Sebenarnya, aku, Rin, Ring, Len, Rinto, dan Lui adalah anggota sebuah grup band. Band ini bernama Voice. Aku dan Rin adalah vokalis. Ring keyboardist, Len dan Lui adalah gitaris, serta Rinto adalah drummer. Kami sudah membentuk band ini sejak kami kelas 4 SD. Akhirnya, kami bersekolah di SMP yang sama lagi. Sejak kelas 5 SD, band kami telah banyak menjuarai event-event musik dan kejuaraan band, sehingga kami terkenal di sekolah!
Sebetulnya, Rin, Len, serta Rinto adalah sahabat dekatku sejak kami masih kecil; karena orang tua kami berempat juga dekat sejak dulu. Aku ingat, tiada hari tanpa bermain dengan mereka bertiga. Kami berempat selalu bersama. Kemudian, kami bertemu Ring dan Lui pada saat SD. Sehingga, sahabat kami pun bertambah~!
Tiba-tiba, bel masuk berbunyi. Kami segera tenang, karena sebentar lagi pelajaran akan dimulai.
Akhirnya, waktu istirahat tiba.
"Ah, aku dan Lui ada urusan sebentar nih! Nanti kami menyusul ya, ke kantin!" kata Len. Aku, Rin, dan Ring mengangguk, kemudian berjalan ke arah kantin.
"Ah ya, Rinto ke mana ya?" tanya Ring.
"Ah! Iya ya! Si baka itu ke mana ya …" kataku yang baru menyadari Rinto yang menghilang.
"Mattaku, Lenka-chan … Kenapa kau menyebutnya baka? Padahal kan, dia sangat perhatian kepadamu lho! Dari benci bisa jadi suka lho~" goda Rin.
"Rin-chan! Apaan sih! Aku kan sudah ada orang yang kusukai!"
"Hee~? Rinto ya~?"
"Tentu saja bukan!" ucapku sambil menggembungkan pipiku.
Akhirnya, kami sampai di kantin. Kami segera duduk di bangku yang masih kosong. Kantin sangat ramai, hingga kami hampir tidak kebagian tempat duduk …
Tiba-tiba, aku merasakan ada sesuatu yang dingin di kepalaku. Aku memegangnya. Ternyata, bungkusan roti isi madu dan sekaleng sari lemon. Ah, ini kan, roti kesukaanku! Aku menoleh. Rinto?
"Ah, kami pesan makanan dulu ya! Kalian jaga tempat ini dulu ya!" kata Rin sambil menarik tangan Ring. Ah, mou … Rin-chan!
Kami berdua mengangguk.
"Huft … Antri rotinya lama tau! Untung masih kebagian!" ucap Rinto sambil duduk di sebelahku.
"Hmm … Arigato, baka."
"Grr … Kau itu … Hmph, lupakan. Dasar nenek sihir."
"Apa kau bilang?"
Rinto hanya cengengesan melihat wajah cemberutku. Cih. Dasar baka pirang menyebalkan!
Aku memandang bungkusan roti pemberiannya. Memang, betul apa kata Rin, dia memang perhatian kepadaku. Memang sih, dia juga perhatian kepada Rin dan Ring, meskipun tidak seperhatian kepadaku. Dia juga mempunyai segudang fans, tapi entah kenapa dia mengacuhkan mereka. Hmm, meskipun dia baik, dia hanyalah teman masa kecilku. Tidak lebih.
Beberapa menit kemudian, Rin, Ring, Len, dan Lui datang. Kami lalu makan bersama.
Bel pulang menandai akhir dari pelajaran arimatika yang rumit dari Leon-sensei. Kami segera berkemas. Kemudian, kami berenam naik 1 lantai; menuju ke lantai 3, di mana ruang band kami berada. Lui segera mengeluarkan kunci dari saku celananya, lalu membuka pintu ruangan yang terkunci. Setelah terbuka, kami masuk. Ring membuka tirai ruangannya, lalu Len menutup pintu dan menyalakan pendingin ruangan. Kami duduk untuk berunding.
"Eh, biar kubuatkan teh ya!" kata Rin. Kami mengangguk. Yap, ruangan band kami juga dilengkapi dengan dapur kecil.
Lui tampak sibuk mengecek tumpukan kertas menggunakan kaca matanya. Dia memiliki sedikit rabun dekat, jadi dia menggunakan kaca mata saat membaca. Ah, dia merupakan ketua band ini lho! Lalu, Ring tampak sedang mempelajari nada sebuah lagu. Sementara Rinto dan Len, mereka tampak sedang berbincang-bincang. Aku hanya diam saja, memandang mereka semua (atau mungkin tepatnya, hanya menatap Len~?)
Beberapa menit kemudian, Rin datang membawa baki berisi 6 buah cangkir berisi teh dan 6 buah piring berisi cake. Dia langsung menghidangkannya di depan kami masing-masing. Aroma teh yang sedap langsung memenuhi ruangan.
Len mencolek krim yang ada pada cake buatan Rin.
"Rin-chan! Oishiii!" katanya, lalu menyendok cake itu.
"Ah? Benarkah? Arigato, Len. Aku baru mencoba membuatnya kemarin. Cream Orange Cake, kaa-san yang mengajariku membuatnya …" ucap Rin sambil tersipu. Eh? Rin-chan … Tersipu?
Kami menikmati cake buatan Rin. Ah, benar kata Len. Cake-nya benar-benar enak, krim-nya lembut dan manis! Teh buatan Rin, benar-benar harum dan enak. Rin kemudian menaruh baki yang dipegangnya kembali ke dapur, melepas celemeknya, kemudian dia duduk di sampingku. Lui menyeruput teh buatan Rin, lalu melepaskan kaca matanya.
"Begini, teman-teman, 2 minggu lagi ada event musik di kota sebelah. Sementara 1 bulan lagi, kita akan dikirim sekolah untuk mengikuti kejuaraan band SMU nasional." ucap Lui.
Kami langsung riuh dan tertawa senang.
"Ssst! Tapi, meskipun kita band kepercayaan sekolah, seminggu lagi akan ada seleksi, dan ada 2 band lagi yang terseleksi untuk 2 ajang itu. Jadi, orang yang tidak mempunyai band resmi; alias membuat band baru, dapat berpartisipasi. Jadi, kita harus berhati-hati dan berlatih."
"Hee … Seperti tahun lalu ya Lui …" ujar Ring.
"Yap. Kau benar, Ring. Karena kita band kepercayaan sekolah, kita tidak usah mengikuti seleksi itu. Tapi, setahuku, selain kita, ada lagi yang tidak perlu mengikuti seleksi juga." kata Lui lagi sambil menyeruput teh lagi.
"Kalau tidak salah … VoCa ya? Yang murid-murid kelas 3 itu?" tebak Len.
"Yup, yang vokalisnya si Hatsune Miku-senpai itu kan? Mereka hebat lho, sudah menyabet 2 kali juara event SMU." sahut Rin.
"Aku kenal drummer-nya. Kaito-senpai kan? Dia anggota basket juga, sama sepertiku. Dia boleh juga." lanjut Rinto.
"Nah, maka dari itu, semuanya, kita tidak boleh kalah dari mereka. Meskipun mereka senior kita, kita memiliki kesempatan untuk mengalahkan mereka. Karena itu, kita harus serius. Khususnya, Lenka dan Rin. Kalian harus jaga kondisi, agar suara kalian tetap bagus. Mengerti, semua?" tanya Lui.
"Baik. Kami mengerti!" jawab kami bersamaan.
Kami menghabiskan cake dan teh kami. Kemudian, aku dan Ring membantu Rin mencuci piring dan cangkir kotor.
"Ah, Lenka-chan, Rinto, aku dan Len pergi dulu ke suatu tempat ya? Kami ada urusan! Kalian pulang berdua saja tidak apa-apa kan?" ucap Rin.
Yah, biasanya, aku, Rin, Rinto, dan Len pulang bersama karena rumah kami berempat berdekatan. Tapi, akhir-akhir ini … Rin bilang dia sering ada urusan dengan Len …
"Ah, tidak apa-apa kok, Rinny-chan! Tenang saja! Aku sudah biasa bersama si baka ini kok!" kataku sambil mendorong Rinto sedikit.
Rinto melirikku dengan tatapan sewot, sementara aku hanya menjulurkan lidah. Rin tertawa kecil melihat kelakuan kami berdua.
"Ah, benarkah tidak apa-apa, Lenka-chan?" tanya Len.
"Daijobu, Len!"
"Baiklah … Jaa ne! Matta ashitta!" kata Rin. Kemudian, dia dan Len berjalan ke arah yang berbeda dari biasanya jalan pulang kami berempat. Kulihat, mereka sedang tertawa, kemudian menghilang dari pandanganku dan Rinto. Aku kemudian melangkah pulang bersama Rinto
.
.
"Aah …"
"Doushita, nenek sihir?"
"Apaan sih!"
"Lah? Aku kan hanya bertanya … Kok marah … Dasar nenek sihir … Kalau marah-marah terus … Keriputnya nambah lho …"
"Hhh! Baka!" kataku sambil menjitak Rinto.
"Wadaw! Ittai yo!"
"Salahnya! Hng … Sebetulnya aku hanya kepikiran sesuatu, baka …"
"Hah? Kepikiran apaan?"
"Kenapa akhir-akhir ini Rin-chan dan Len suka pergi bersama …" ucapku sambil menunduk. Aku berhenti melangkah. Rinto hanya diam, dan ikut berhenti. Dia menghembuskan nafas panjang, lalu memandangku.
"Oh, kau mencemaskan mereka? Apa yang kau khawatirkan?"
"T-Tentu saja aku cemas!"
"Memangnya kenapa? Kita berempat kan sahabat sejak kecil? Bukannya dari dulu memang mereka sudah dekat?"
Aku terdiam. Ya, kata-kata Rinto memang benar …
"Bagaimana kalau misalnya Len suka Rin-chan?!" seruku sambil menatap Rinto. Rinto tampak kaget, lalu melepas jas seifuku-nya, kemudian memakaikannya kepadaku. Dia mengelus rambutku.
" … Tentang perasaan mereka berdua, itu bukan urusanku, Lenka. Meskipun mereka berdua sahabat kita, mereka juga memiliki privasi."
Aku terdiam lagi. Perkataan Rinto memang ada benarnya. Tapi …
Rinto kemudian menatapku dengan serius, kemudian mendekatiku.
"E-Eh? A-Apa, Rinto?"
" … Memangnya, bagaimana tanggapanmu terhadap Len?"
DEG! Mukaku memerah, sekaligus takut karena tatapan Rinto tidak seperti dirinya yang biasanya. Dia tampak serius.
"Sekarang mukamu memerah. Kau sakit?" tanyanya.
Aku menggelengkan kepalaku, kemudian menunduk sambil memeluk tas yang tadinya kubawa. Rinto menarik nafas panjang lagi.
"Ah, lupakan tentang pertanyaanku tadi, nenek sihir." katanya sambil menyentuh dahiku dengan jari tengahnya.
"Ittai!" ucapku. Dia hanya cengengesan. Kemudian, kami melangkah lagi.
Rinto's POV
"Tadaima …" ucapku.
"Okaeri, Rinto. Sudah makan? Tumben pulang cepat?" tanya seorang berambut hitam pendek. Dia adalah kaa-sanku.
"Hmm. Rinto masih kenyang. Hng, soalnya nggak ada latihan band tadi, Cuma rapat saja." jawabku sekenannya. Kaa-san mengangguk-anggukkan kepalanya. Aku kemudian melangkah ke kamarku, kemudian masuk dan menghempaskan diriku ke tempat tidur. Aku memandang foto diriku, Len, Lenka, dan Rin yang diambil pada saat kami masih kecil. Aku merangkul Lenka, dan Len merangkul Rin. Kami tampak tertawa bahagia bersama.
Aku memikirkan kata-kata yang kuucapkan pada Lenka tadi. Kemudian, aku merenung.
'Bagaimana jika persahabatan kami terganggu karena kami … Sudah mengenal cinta?'
Aku memandang ponselku. Di situ ada foto Lenka yang memakai kimono. Tangan kanannya membentuk tanda 'V'.
Aku tau bahwa dia menyukai Len. Makanya, aku mengerti perasaannya tadi. Ya, dia cemburu. Dia cemburu akan kedekatan Len dengan Rin.
Aku menatap lekat-lekat foto Lenka. Ia tampak cantik. Rambut blonde-nya, mata blue azure-nya, senyumnya … Hhh …
Aku tau, aku tidak dapat mengalahkan Len. Len selalu lebih dariku. Dia lebih jago musik dibandingkan denganku. Dia juga lebih jago pelajaran menghitung dibanding aku. Meskipun dulu, pada saat kami masih kecil, orang selalu menganggap kami kembar, hanya karena model rambut kami yang sama. Tapi sekarang … Dia selalu 'lebih' daripada aku. Meskipun kami mempunyai kelebihan masing-masing, tapi …
Aku memandang siku tangan kiriku, yang terdapat bekas luka. Bekas luka karena kejadian 6 tahun lalu.
"Hhh, nenek sihir, seandainya kau menyadari perasaanku … Apakah kau masih mengingat janjiku kepadamu? Dasar nenek sihir … Kau pasti lupa."
Author : Yo! Akhirnya selesai juga … Huft, maaf, akhir dari chapter 1-nya ngegantung dan gak jelas begini, minna QwQ
Ring : Gapapa author, ini kan masih awalnya … *pukpuk*
Len : Orang gaje gitu dibelain =_=
Author : Oi monyet. Nantangin ane nih?
Len : Ayo aja!
*kemudian Agresi Militer ke 3 (?) terjadi*
Lenka : Ini saya tokoh utamanya sampai terlupakan … Ah, sudahlah. MINNA, REVIEW PLIS YAA~~~! #maksa #dibacok
(( P.S. (Nih Author PS mulu yak perasaan ==) : Orang tuanya Rinto itu Kagene Rui sama Kagene Rei. Gomen kalau OOC yang super beraaat! =v=)/ ))
