.
"APA?!"
Suara pekikkan nyaring itu memenuhi seisi ruang keluarga kediaman Namikaze. Selang beberapa saat, suara pekikkan kembali terdengar namun dengan intonasi yang berbeda.
"Berhenti berteriak, Naruto!" Omel seorang wanita bersurai merah panjang. Tangannya bersedekap di depan dada sedang matanya memperhatikan anaknya dengan garang. "Jangan berteriak di pagi hari."
Pemuda yang dipanggil Naruto mendumel kesal sembari mengelus kepalanya yang baru saja mendapati pukulan dari sang ibu. "Ibu sendiri berteriak," gumamnya pelan.
"Huh?" Naruto menggeleng dengan ribut saat ibunya kembali bersuara. Bahaya jika ibunya mendengar.
"Kushina, tenanglah." Pria yang sedari tadi hanya terdiam memperhatikan interaksi istri dan anaknya akhirnya buka suara.
Tangannya terjulur untuk menarik Kushina dan membawanya kembali duduk. Tatapan prihatin ia berikan kepada sang anak. Ia tahu dengan jelas betapa sakitnya pukulan dari Kushina. Meski wanita, ia memiliki tenaga yang luar biasa.
Minato menggaruk pipinya sesaat, merasa suasana menjadi sedikit tidak enak setelah perdebatan kecil tadi. Ia pun berdeham sekali untuk menarik perhatian Naruto dan Kushina. "Naruto, seperti yang ayah katakan sebelumnya, kami—ayah dan ibu, akan pergi dinas untuk beberapa waktu. Jadi, kau akan tinggal bersama keluarga Uchiha."
"Tap—" Belum selesai Naruto berujar, pemuda bersurai pirang itu mendapat tatapan mematikan dari sang ibu. Mau tak mau, Naruto mengurungkan niatnya untuk protes.
Uh, hilang sudah rencananya untuk sendirian di rumah.
.
My Lovely Wolves
.
(0/10)
.
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Rate : T/M
Pair : SasuNaru, ItaNaru slight other(s) pair
Warning : YAOI , OOC, typo(s)
Inspired : My Gentle Wolves by Shiba Nana
.
DON'T LIKE? DON'T READ!
.
.
"Naruto, duduklah terlebih dahulu," Seorang wanita bersurai raven panjang berujar lembut. "Jangan sungkan dan anggaplah seperti rumah sendiri." lanjutnya kemudian.
"Baik." balas pemuda bersurai pirang yang sebelumnya dipanggil Naruto. Tanpa menunggu lama, ia segera mendudukkan dirinya di atas sofa yang berada tepat di belakangnya.
Saat ini Naruto tengah berada di kediaman keluarga Uchiha yang terbilang mewah. Iris kembar berwarna sebiru langit itu berpendar. Sesekali berdecak kagum dalam hati melihat betapa rapi dan indahnya ruangan dimana dirinya berada.
Lamunan Naruto buyar kala mendengar suara Mikoto. Ia melemparkan senyuman dan ucapan terima kasih karena sudah dihidangkan teh hangat. Cangkir yang semula dipegagangnya, ia letakkan kembali ke atas meja lalu kembali bercakap-cakap dengan Mikoto dan Fugaku yang sebelumnya sedang sibuk membaca koran.
Tak berapa lama, pintu rumah terbuka diikuti dengan masuknya dua orang pemuda berparas rupawan yang Naruto yakini adalah anak-anak dari pasangan Uchiha.
"Naruto, perkenalkan, ini adalah kedua putra kami. Itachi dan Sasuke."
Naruto memperhatikan keduanya dengan seksama. Kedua pemuda di hadapannya memiliki rambut berwarna raven dan bermata segelap malam seperti kedua orangtuanya. Yang membedakan hanyalah bentuk rambut serta tinggi badan mereka.
"Siapa dia?" suara berat milik pemuda yang lebih tinggi memecah keheningan yang sempat tercipta.
"Ah, dia adalah putra dari paman Minato yang akan tinggal bersama kita untuk sementara waktu." jelas Mikoto.
Baik Itachi maupun Sasuke memperhatikan Naruto dari atas hingga ke bawah secara berulang. Membuat yang ditatap berdiri dengan tidak nyaman di posisinya.
"Bodoh." Adalah kata selanjutnya yang diucapkan Itachi dan Sasuke secara bersamaan.
Kedutan kesal muncul di sudut dahi Naruto. Ingin rasanya menghantam kepala kedua kakak beradik di depannya yang dengan kurang ajar mengatainya bodoh. Namun hal itu ia urungkan, mengingat dirinya hanyalah seorang tamu di sini.
"Bersikaplah dengan sopan, Sasuke, Itachi." Tegur Fugaku.
Teguran yang diberikan hanya dibalas dengan sebuah kata 'Hn' dari kedua orang tersebut. Fugaku sendiri hanya bisa memaklumi tingkah anaknya yang tidak jauh berbeda dengan dirinya dulu saat muda.
"Maafkan mereka berdua, Naruto. Mereka selalu seperti itu." Mikoto berujar dengan tidak enak saat mendapati wajah masam Naruto.
Naruto berjengit. "Uh, tidak apa-apa, bibi." Ujar Naruto lalu melemparkan sebuah senyum kepada Mikoto.
.
Tubuh berbalut kaus berwarna kuning cerah itu dibaringkan di atas tempat tidur. Tas punggungnya ia biarkan tergeletak begitu saja di samping tempat tidur. Dirinya tak repot-repot untuk mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Rasanya Naruto terlalu lelah untuk melakukan apapun. Bahkan ia tidak memiliki tenaga lagi untuk mengagumi kamar yang bisa dikatakan bagus ini.
Iris kembarnya menatap ke arah langit-langit kamar lalu sebuah helaan nafas berat dihembuskan dengan keras oleh Naruto. Kepalanya sibuk memikirkan bagaimana nasibnya selama beberapa waktu ke depan. Apakah ia akan betah tinggal di sini?
Naruto meremat guling di pelukkannya dengan gemas ketika ingatannya kembali berputar pada kejadian beberapa saat lalu. Perasaan jengkel itu masih ada. Naruto berjanji akan menghajar kedua kakak beradik itu jika dilain waktu berani mengatainya lagi.
Helaan nafas kembali dihembuskan namun lebih pelan daripada sebelumya. Tubuhnya ia gulingkan ke samping sebelum matanya perlahan terpejam dan jatuh terlelap.
.
ToBeContinued
.
Well, hello there~ Sesuai janji, saya udah remake cerita ini dan inilah hasilnya~ Memang gak sebagus buatan author lain, tapi saya udah berusaha semampu saya~ Untuk chapter selanjutnya, gak tau bakal saya post, tapi yang pasti cerita ini bakal diupdate sampe tamat kok :3.
Then, mind to review?
