Blood Murk
Disclamier : Those who are in this fiction belongs only to God but the story is mine.
Main Pairing : Choi Siwon & Cho Kyuhyun
Another Character : Super Junior members, Shim Changmin, Choi Seunghyun and others
Warning : Shounen-ai, Mature content, OOC, OC, Typo(s), Alternate Universe!Modern.
This is just fanfiction made to pleasure myself and others. Beware this fic too full description and maybe minim dialogue. I emphasize that I don't get commercial profit in any form for this fic. And also sorry if there similarities title or place. Because it's only by chance alone without any element of intent.
.
.
.
.
Sekitar 4.000 tahun yang lalu, penduduk Assyiria dan Babylonia kuno sudah mengenal figur makhluk yang sangat ditakuti bernama Lamastu. Makhluk iblis ini dipercaya mampu memangsa manusia dengan menghisap darah dan menyebarkan penyakit mematikan melalui gigitannya. Sedangkan dalam kebudayaan Yahudi, dikenal dengan nama yang disebut Lilith. Lilith merupakan istri pertama adam sebelum hawa atau eve. Dalam legenda vampir, makhluk ini diyakini sebagai vampir pertama yang menduduki bumi.
Ia digambarkan sebagai seorang wanita iblis yang berambut panjang, memiliki kuku tajam dan berpakaian serba hitam. Adapun juga ia dilukiskan sebagai wanita berambut panjang berwarna cokelat keemasaan, bermanik scarlet dengan tubuh cantik ideal dan seekor ular piton melingkar di tubuhnya.
Datang pada malam hari untuk mencuri bayi atau janin yang tengah di dalam kandungan. Cerita mengenai makhluk supernatural ini adalah meminum darah dan daging manusia. Ia singgah hampir di seluruh dunia selama berabad-abad. Menurut banyak presepsi mengenai kisah Lilith yang kemungkinan terinspirasi dari Lamatsu. Mengingat kaum Yahudi pernah dibuang ke Babylonia ribuan tahun lalu.
Kemudian Vrykolakas adalah mayat hidup yang berbahaya dalam cerita rakyat negara Slavia. Berbadan kurus, berkulit gelap dan hampir tidak mempunyai rambut. Mengeluarkan air liur yang berlebihan. Air liur tersebut mengandung jutaan bakteri terinfeksi. Makhluk ini jarang dihubungkan dengan kegiatan meminum darah, melainkan memakan daging manusia tanpa sisa.
Selain itu legenda lainnya berasal dari Yunani maupun Romawi yang memiliki dewi peminum darah, yaitu bernama Lamie dan Empusae. Lamie merupakan monster atau berwujud manusia yang menghisap darah anak-anak dan Empusae adalah anak dewi Hekate wujudnya menyerupai setan bertanduk empat yang menghisap darah para pria.
Kadang kala mereka berparas cantik dan menawan yang mampu menyamar menjadi manusia untuk mengelabui korbannya. Sedangkan dalam legenda Rumania disebut Strigoi. Nama strigo berawal dari strigă bermakna "menjerit" atau "kandang hantu".
Strigo adalah roh yang bangkit dari dalam kubur. Sering disamakan dengan vampir atau zombie. Menurut mitologi, Strigo dapat hidup bersama manusia melalui benda-benda tertentu. Ia memiliki rambut merah, mata biru gelap dan dua jantung. Strigo bisa mengubah wujudnya berubah menyerupai burung hantu, kelelawar, tikus, anjing, ular dan lain sebagainya. Tak kasat mata dan menghisap darah manusia.
Makhluk legenda dari seluruh belahan dunia ini, lebih dikenal dengan sebutan vampir. Vampir adalah tokoh dalam mitologi yang hidup dengan memakan intisari kehidupan dari makhluk lain, yaitu dalam bentuk darah. Dalam legenda Balkan dan Eropa timur vampir memiliki penampilan yang beragam. Bermula dari makhluk mirip manusia sampai mayat hidup sedangkan di Eropa Barat, vampir digambarkan sebagai makhluk berpenampilan rapi dan elegan.
Pada abad 17 dan 18, histeria vampir pernah menyapu Eropa. Banyak penduduk Eropa yang melaporkan melihat keluarga mereka yang telah meninggal, hidup kembali dan berjalan di pedesaan serta menyerang penduduk lainnya. Menghisap darah mereka hingga kering. Peristiwa ini kemudian menyebabkan pemerintah turun tangan. Mereka membongkar kedok kejahatan dengan berbagai cara seperti menggali kuburan tersangka vampir, menusuk dada mayat itu dan membakar mayat tersebut.
Di akhir abad ke-17, salah satu catatan paling awal mengenai kegiatan vampir berasal dari wilayah Istria serta Kroasia tepatnya pada tahun 1672. Laporan lokal menyebutkan bahwa ada seorang vampir bernama Guire Grando dari desa Khring dekat Tinjan yang menyebabkan kepanikan masyarakat.
Pada saat itu, mantan petani bernama Guire meninggal pada tahun 1656 karena sakit. Penduduk desa setempat menyatakan ia kembali dari kematian dan meminum darah orang-orang serta melakukan pelecahan seksual pada istrinya. Pemimpin desa kemudian memerintahkan untuk menusuk jantungnya tetapi gagal. Dan akhirnya ia benar-benar mati ketika dipenggal. Mengubur bagian kepala dan badan secara terpisah agar roh jahat tidak kembali ke dalam tubuhnya.
Sedangkan pada abad ke-18, ada kehebohan tentang seorang vampir berjubah memangsa korbannya di siang hari. Meskipun disebut Abad Pencerahan karena pada masa tersebut banyak kepercayaan dan legenda kuno yang tak lagi dipercaya tetapi kepercayaan tentang vampir justru meningkat. Mampu menimbulkan kegaduhan massal di berbagai daerah di Eropa.
Kegaduhan tersebut berawal dengan dugaan adanya serangan vampir di Prussia Timur pada tahun 1721 dan di Monarki Habsburg dari tahun 1725 sampai 1735, yang kemudian menyebar ke daerah lokal lain. Dua kisah vampir yang terkenal pada zaman itu, melibatkan jenazah Peter Plogojowitz dan Arnold Paole dari negara Serbia. Plogojowitz dilaporkan meninggal pada usia 65 tahun tetapi diduga bangkit kembali dengan wajah pucat lalu berjalan pulang untuk meminta makan pada putranya.
Ketika putranya menolak, ia ditemukan tewas keesokan harinya. Disekujur tubuh putra Plogojowits, terdapat luka cakar yang cukup dalam tetapi tak ada jejak darah di dalam luka tersebut. Plogojowitz juga dicurigai menyerang beberapa penduduk lain, hingga di antara mereka kemudian mati kehabisan darah.
Di kasus lain, Arnold Paole yang seorang petani gandum digigt oleh vampir lain beberapa tahun sebelumnya. Ia meninggal ketika sedang memotong jerami. Setelah kematiannya, satu persatu penduduk sekitar mulai tewas mengenaskan. Dipercaya bahwa Paole bangkit dari kematian dan memangsa mereka.
Kepanikan masyarakat yang disebut sebagai "Kontroversi abad ke-18" terjadi selama satu generasi. Hal tersebut semakin meningkat karena ditambah dengan banyaknya klaim penyerangan oleh vampir di pedesaan, yang disebabkan tingginya kepercayaan masyarakat pada takhayul. Dan juga karena ketakutan mereka, banyak kuburan yang digali kembali dan jenazah tersebut ditusuk atau dibakar hingga menjadi abu.
.
.
.
.
Membuka lembaran berikutnya, pemuda berambut karamel menemukan artikel lainnya. Manik cokelat membaca sederet tulisan tentang kota Transylvania. Kota ini terkenal karena sejarah vampir yang melegenda. Penghisap darah tersebut diyakini pernah menguasai kota ini. Transylvania juga dipercaya menjadi tempat lahirnya dunia kegelapan. Kota yang terletak di bagian barat Rumania ini, menjadi tempat kediaman bagi vampir.
Salah satunya adalah Kastil Bran, yang merupakan kastil para vampir berdiri sekitar pada abad ke-14. Istana megah ini dikenal sebagai markas besar Kaisar Vlad. Ia tinggal pada saat berperang melawan Turki. Di kastil tersebut Vlad sering kali merajam dan menyiksa orang-orang Turki. Meskipun tidak pernah didakwa sebagai manusia penghisap darah, namun ia memiliki reputasi yang kelam.
Selama masa kecilnya, ia terlahir sebagai tahanan politik oleh kerajaan Ottoman dan menghabiskan sebagian besar masa mudanya di dalam tahanan Istanbul. Kemudian semasa hidupnya ia menjadi Pangeran Vallachia. Dikenang atas hukuman keji yang ia terapkan pada pasukan Turki. Yakni sebuah praktek umum dimana tentara musuh ditusuk dengan tombak dan dibiarkan agar mereka meninggal secara perlahan-lahan.
Karena alasan inilah ia dijuluki Vlad the Impaler atau Vlad si Penombak. Rupanya Vlad memandang hukuman keji sebagai balas dendam atas penganiayaan yang ia alami di Turki selama masa kecilnya.
Istana tersebut berjarak 20 mil dari kota Brasov, yang dikelilingi oleh gunung Bugeci. Daerah ini berada sangat jauh dari jalan besar dan harus menembis gunung Bugeci dengan jalur jalan yang sulit dilewati. Hingga tahun 1970-an, tempat angker itu masih saja terpencil. Jauh dari hiruk pikuk keramaian kota.
Masyarakat Transylvania mengatakan jika vampir itu 'exist' atau artinya adalah ada kebenaran. Hal ini ditujukan pada hari tertentu ketika mereka memasang bawang putih yang ditancapkan di depan pintu atau pagar rumah penduduk sekitar. Banyak orang menyatakan kalau vampir itu dari orang yang sudah meninggal lalu kemudian bangkit dalam wujud yang berbeda dari aslinya.
Jadi mereka menganggap vampir hidup dengan memberi makan pada hakikat kehidupan, tanpa memperhatikan apakah mereka seseorang yang abadi atau hidup.
.
.
Lelaki muda berpakaian busana rajut berlengan berwarna krem dengan bagian luar terbalut coat hitam panjang selutut. Tak lupa, skinny jins biru dongker melekat rapat dikedua kaki jenjang. Menopang dagu, pucuk bibir bergerak maju. Menutup buku mitologi setebal 10 senti, yang sebelumnya telah diberi kartu pembatas buku pada halaman ke-407. Bangkit dari kursi kayu panjang, sejenak ia melemaskan otot yang kejang.
Duduk kurang lebih selama enam jam, membuatnya jengah. Jika karena bukan tugas mata kuliah sejarah. Ia tidak ingin bersantai ria di perpustakaan nasional di tengah kota. Setelah mengisi formulir peminjaman buku, sepatu slip-on merah marun melangkah keluar. Menjejakkan kakinya ke arah tangga yang tergenang oleh jutaan air hujan.
'Sediakan payung sebelum hujan' merupakan satu pepatah yang sangat tepat digunakan untuk saat ini. Mendadak tetesan hujan serempak membasahi bumi. Alis bertaut wajah merajuk. Intesitas yang sedari awal menyusut kini bertambah kusut.
"Menyebalkan! Kenapa hujan harus turun sekarang?!" Bibir merah jambu itu tidak berhenti mengomel. Menggeledah seluruh isi tas ransel miliknya, berharap menemukan sesuatu yang berharga untuk melindungi kepala dari derasnya air hujan. Setidaknya kantung plastik berlogo supermarket menjadi andalan.
Bermacam jenis buku, kotak pensil, earphone plus charger, dompet, lembaran kertas fotokopi, botol minuman bergambar pikachu dan lain sebagainya memenuhi isi tas tersebut. Ia tidak menjumpai kantung poliolefin itu tersemat di dalamnya. Menggerutu kesal karena tidak berhasil mendapatkannya, ia menerjang hujan lebat sambil berlari kilat menuju pemberhentian bis.
Basah kuyup dari ujung rambut hingga ujung kaki tidak dapat dihindari. Meskipun seperti bebek tercemplung parit, alhasil penantian menunggu bis berhasil. Lampu sorot serta suara bising terdengar dari benda persegi panjang tetapi beroda. Bergerak pelan guna mengangkut penumpang. Dua daun pintu otomatis terbuka.
Sepasang kaki beringsut naik, jumlah penumpang bis semakin menanjak. Berdesakan di antara kaum penuh bau keringat selepas berkerja. Membuat dirinya pusing seketika. Menahan gejolak rasa mual yang mengocok perutnya. Ia berinisiatif menutup hidung menggunakan punggung tangan.
Lambat laun penumpang bis sedikit demi sedikit berkurang. Menghela nafas lega, ia bermaksud untuk duduk di kursi yang sudah kosong namun tiba-tiba bis tersebut melaju cepat. Spontan pemuda bermata bulat terdorong ke depan mengikuti arah hukum newton. Hampir terjatuh dari posisi yang sebelumnya berdiri, tangan kokoh terjulur meraih tubuhnya. Mendekap tubuh yang lebih manis, dengan sebelah tangan melingkar di pinggang.
Penasaran mengapa tubuhnya tidak merasakan sakit akibat terjatuh, akhirnya ia membuka mata. Memperlihatkan pada dunia, betapa indahnya indera penglihat pemberian Tuhan. Lelaki muda bermanik cokelat, mengerjapkan kedua matanya. Menegok ke belakang, beberapa pasang mata melihat ke arah mereka yang bagaikan sepasang kekasih sedang memandu cinta. Canggung akan situasi yang tidak terduga, ia terpaksa melepaskan pelukan.
Rona merah menjalar di seluruh wajah. Menggigit bibir bagian bawah, dengan kedua telapak tangan saling mengenggam di samping celana. Membungkukkan badan sekitar 45° derajat, sebagai ungkapan permohonan maaf atas insiden memalukan yang terjadi sebelumnya. Orang itu hanya terdiam dan melirik sekadarnya. Pengumuman melalui pengeras suara yang menyebutkan nama halte selanjutnya, akan segera disinggahi bis.
Pemuda penolong tersebut berlalu begitu saja. Berhenti di shelter bus, dekat dengan Whitehall. Berbelok ke arah kanan, kemudian menghilang diantara kerumunan orang yang melintas.
Menepuk dahi, ia bergumam pelan. "Ya Tuhan, aku lupa untuk berterima kasih padanya… bodoh!"
Neuron kolinergik membius otak. Mengangkat bahu tidak peduli, pengeras suara mengumumkan perhentian selanjutnya yaitu Cambridgeshire shelter. Dengan tubuh sedikit gemetar karena efek kedinginan. Jemari lentik menekan tombol merah untuk berhenti. Lantas ia turun bersama penumpang lainnya. Berlari kecil menuju jalan asrama Universitas Cambridge, gerbang baja menantang gagah di depan.
Menggesek kartu khusus, hanya untuk mahasiswa yang menimba ilmu di sana. Dan memberi cap sidik ibu jari sebelah kanan di tempat yang telah disediakan. Alat tersebut memindai kata sandi yang diberikan. Spontan gerbang berserta pengamanan ketat, terbuka seiring dengan ucapan selamat datang.
"Welcome in Cambridge University. Your password provided is correct, please get in and—" Mengabaikan suara tersebut, sepatu yang ia kenakan menginjak hamparan rumput kehijauan. Yang basah tergenang oleh air hujan.
Bangunan kuno seperti kerajaan, menjulang tinggi bagai sebuah harapan. Berjalan lurus hingga menjumpai pertigaan. Lalu berbelok ke kanan, mendaki puluhan anak tangga. Kemudian mengambil jalan sebelah kiri dan mendarat di depan pintu asrama bernomor 1013. Memasukan kunci ke dalam lubang pintu dan memutarnya ke arah kanan sebanyak tiga kali. Bunyi 'klek' terdengar nyaring di suasana hening.
Membiasakan diri untuk mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk. Tanpa ada yang menyahut, pintu berkayu jati dengan ornamen singa sedang mengaum, terbuka menyebar harum. "Annyeong…"
Sebelum pemuda ini berangkat menuju perpustakaan nasional, ia menyempatkan diri untuk meletakkan lilin-lilin aromaterapi di sudut ruangan. Harum dari aromaterapi jasmine bercampur peppermint, menciptakan suasana kamar yang tenang namun tetap dinamis.
Sisa tetesan air hujan mengalir dari mantel yang basah. Membanjiri ambal biru di bawah kakinya. Melepas seluruh pakaian, ia menyambar handuk kering lalu angkat kaki menuju kamar mandi.
Ruangan yang tidak terlalu luas kira-kira berukuran 4x4 meter persegi ini, terisi penuh dengan berbagai barang yang tersusun rapi. Cat yang menempel pada dinding memiliki dua warna yaitu di sebelah kanan dan belakang berwarna putih, sedangkan di sebelah kiri dan depan berwarna biru pastel. Di dinding sebelah kanan, tergantung papan softboard yang dipenuhi oleh lembaran foto, sketsa, artikel pengetahuan, jadwal kegiatan dan lainnya. Ditusuk menggunakan push pin yang berbentuk kecil dan terdiri dari aneka warna, menambah estetika pada tampilan.
Dinding bagian kiri terdapat jam Junghans antik buatan jerman tahun 1930. Seluruh elemen jam tersebut tetap original seperti pertama kali dibuat. Dari kaca luar, plat, jarum, boks kayu, mesin, bandul maupun senar dalam kondisi sempurna. Dan tepat disampingnya, terdapat gantungan baju.
Pada bagian tengah tampak ranjang tidur berukuran sedang yang terbuat dari kayu mahoni. Alas untuk menutupi kasur, berwarna putih gading dengan ditemani dua bantal dan satu guling. Di kedua sisi ranjang, berpijak dua buffet kecil yang masing-masing terdapat lampu. Melirik ke sudut kanan ditemukan meja berbentuk persegi, kursi, rak buku dan lampu belajar. Meja berkelir hitam tersebut, ada satu laci kecil dan satu laci besar. Memuat beragam buku, cadangan alat tulis, atau laptop.
Di sebelah papan softboard berdiri lemari besar berdaun dua di sudut selatan. Di samping pintu utama rak kaca bersusun enam, memajang benda-benda koleksi miliknya. Seperti novel terjemahan, buku sejarah dari berbagai belahan dunia, deretan buku atematika otentik, miniatur chibi Pikachu serta benda antik lainnya.
Kamar ini memiliki sebuah jendela yang terletak di dinding sebelah timur ruangan. Sehingga cahaya mentari pagi dapat langsung menembus dan membawa udara segar. Di seberang rak kaca, terpasang penghangat ruangan serta di atasnya terdapat air conditioner portable. Jika memandang ke atas, yang terlihat hanyalah langit-langit polos dengan lampu ditengahnya.
Aroma orange menguar ke seantero ruangan. Mengusap rambut setengah basah menggunakan handuk berukuran lebih kecil. Langkah kaki menuju penghangat ruangan dengan mengenakan pakaian rajut lengan panjang tanpa kancing dan celana bahan training. Menekan tombol power lalu memutar tombol besar yang berada disamping, dengan ujung penunjuk mengarah ke angka lima. Bunyi mesin penghangat berfungsi aktif, udara hangat menderu aktraktif.
Tangan yang semula membeku kini menjalar hangat. Mengusap telapak tangan dari atas ke bawah, mengalirkan friksi alami yang keluar dari dalam tubuh. Merebahkan diri di atas kasur empuk dan bersembunyi di bawah selimut. "Hahh.. lelahnya hari ini."
Mata bergerak sangat lambat dibawah kelopak, aktivitas otak menurun, merasakan sensasi seperti 'terjatuh' menyebabkan kontraksi otot secara tiba-tiba dan selanjutnya otot tubuh menjadi lebih rileks, detak jantung melambat serta temperatur tubuh berkurang. Memasuki lautan mimpi hingga tertidur lelap melewati satu malam.
.
.
.
.
Suara gaduh menggema di kamar bernomor 1013. Jarum jam menunjukkan pukul tujuh lebih lima puluh dua menit. Membutuhkan waktu sekitar lima belas menit, untuk bersiap diri menuju kelas pagi. Berpakaian seadanya, lelaki manis tersebut berlari kencang setelah mengunci pintu. Sepatu kets berciuman mesra dengan lantai. Beberapa kali hampir terantuk tangga maupun pijakan lantai yang tidak rata. Mahasiswa ataupun mahasiswi yang sedang berlalu lalang, hanya memandang heran.
Menaiki ratusan anak tangga, membuatnya haus akan dahaga. Sesampainya di pintu kelas ia bergegas. Mengetuk pintu sedikit keras didampingi wajah tersirat cemas. Rangkaian tulang ikut melemas, darah mengalir deras. Berharap otak berkerja waras, ia berjalan sesuai asas. Wajah dosen mendongak ke atas.
"What makes you late this morning, Mr. Cho?" Perempuan separuh baya mengenakan pakaian bercorak seperti kebaya, berbicara tegas sambil tangan melipat gaya.
"I'm sorry because I oversleep and please I can to continue for college this morning, Mrs. Brown." Jawabnya jujur.
"Classic reason that are too dramatic. If you repeat this again, I will subtract you're the value." Dosen berlipstik tebal itu, mengambil langkah melanjutkan ceramah.
Membungkukkan punggung beberapa derajat dan melangkah maju penuh tekad. Walaupun datang terlambat tetapi jiwa harus semangat. Memaksakan senyum hingga pipi berbentuk bulat. Tapi sayang, tidak ada satupun yang melihat, ia pun ingin bergulat sampai memeras keringat.
Bunyi ketukan pintu membuyarkan suasana. Seketika atmosfer membeku, membuat runtuh. Sosok pemuda bertubuh tinggi serta kaos v-neck putih berpadu dengan kemeja denim membuat para wanita menjerit tertahan. Tas backpack hitam bergantung nyaman di atas pundak tegap. Mata tajam menilik sekitar. Tatapan teliti berakhir fokus pada seseorang yang kini bersandar di kanan jendela. Menghirup nafas dalam, hingga otak mengkeram.
Dosen menggeleng bingung seraya memijat pangkal hidung. Sekumpulan mahasiswi menatap terpukau, dengan penuh imajiner cinta di kedua mata mereka. Sedangkan para mahasiswa menatap penuh gejolak perang. Dosen berkacamata bundar mengetuk pinggir meja menggunakan tongkat, sejenak semua terdiam. Tangan renta mempersilahkan untuk maju ke depan sebagai tanda memperkenalkan diri.
"My name is Choi Siwon, from France International University." Ekspresi datar, tatapan datar dan suara datar menciptakan langit repang. Setidaknya terpapar situasi hambar namun semakin gempar. Gerombolan wanita mendadak berteriak riuh, mengabaikan dosen yang hendak terkapar.
Tidak peduli pada arah pandangan, laki-laki yang sedang diperhatikan mengetuk meja bosan. Mempersilahkan mahasiswa baru tersebut untuk duduk dan menemukan kursi kosong tepat di belakangnya. Tanpa pemuda itu sadari, sang mahasiswa baru mengepal kedua tangan dengan erat di atas meja. Seolah menahan dorongan hasrat yang tidak dapat ditolak.
Sekejap sapuan dingin membuat merinding. Refleks menoleh ke arah belakang, sepasang manik cokelat bertemu dengan manik berwarna emas kebiruan. Waktu seakan lambat, udara serasa berat. Segera ia memutar badan, menjauh dari interaksi pandangan. Sepanjang pelajaran entah mengapa tubuh itu tidak merasa nyaman dan ingin lekas pulang.
"Ya Tuhan, semoga tidak terjadi apapun setelah ini."
...
Bunyi pergantian jam menjadi tanda interval. Seluruh mahasiswa maupun mahasiswi, menjejakkan kakinya mengarah kantin. Berbondong-bondong mencari tempat duduk yang tersisa atau berebut antrian makanan. Sekelompok proletar baru mengisi jejeran tempat duduk secara melingkar. Membangun rasa dominan di antara kerumunan manusia yang ada disekitar. Hampir setiap manusia yang berada di sana, melihat mereka bagaikan serangkai bangsawan.
Terutama kaum wanita yang memberikan tatapan tercengang atau terkagum dengan paras mereka. Berusaha untuk tampil memikat tetapi dibalas dengan wajah kecut. Masing-masing menyibukkan diri sendiri tanpa menafsir satu sama lain.
Di lain tempat, Kyuhyun mendapat kursi bagian sudut selatan dengan papan makanan yang berisi kentang goreng, telur dadar paprika, daging sapi panggang yang dilumuri dengan saus mozzarella, ditambah dengan daun salada serta aneka sayuran yang sudah terlebih dahulu diberi olive oil, merica bubuk, air jeruk lemon dan bawang. Terakhir sebagai hidangan penutup dilengkapi strawberry soft sponge cake dan jus jeruk.
Sudah lama sejak Kyuhyun meninggalkan Korea untuk menimba ilmu di Inggris, ia tidak lagi menggunakan dua sumpit untuk santapan tetapi beralih menuju garpu dipegang sebelah kiri dan sendok ataupun pisau di sebelah kanan. Hendak memotong Grill Beef With Melted Cheese London, tiba-tiba dua orang yang tidak diundang menghampirinya dengan membawa mimik muka yang cerah bersinar hingga seolah mengalahkan sinar mentari. Seketika raut wajah yang semula bernafsu untuk menyantap makanan, kandas di tengah jalan.
"Hey CutieKyuhyunnie… what's up baby?" Telapak tangan besar menepuk punggung Kyuhyun sampai tersentak ke depan dan duduk berdampingan dengan cengiran kuda gila. Sikap tersebut memicu pertumbuhan emosi dari sistem syaraf yang tersembunyi hingga selanjutnya bersiap mengeluarkan dua tanduk bayangan, yang kelak akan meracuni.
Apakah perlu Kyuhyun membawa tongkat baseball untuk memukul manusia siluman yang ada di depannya? Jawabannya adalah tidak, karena manusia siluman yang satu ini, tidak akan ampuh untuk dilukai dengan tindakan kriminal apapun.
Maka dari itu, Kyuhyun hanya bisa membalas dengan tatapan maut atau kalimat ekstra pedas bercampur sinis tingkat dewa, namun manusia siluman tersebut tidak menggubris sepatah kata pun bahkan sepertinya sudah terbiasa dan dianggap sebagai angin kentut yang berlalu.
"Kau, memuakkan Shim Stupid Changmin. Menjauhlah dariku!" Kyuhyun menggeser tubuhnya berlawanan ke arah kiri dan tidak lupa menjawab dengan kedua bola mata yang mendelik lucu. Lelaki tersebut justru tertawa geli menghiraukan makian serta tatapan kematian yang ditoreahkan untuknya.
Berdalih memungut kesempatan, Changmin mengangkat tangan Kyuhyun sebelah kanan kemudian mencium lembut tepat di atas punggung tangan. Si empu pemilik tangan terkesiap panik, segera mengambil tissue yang tergeletak di papan makanan, menyemprotkan cairan antiseptik dan menyeka jejak bibir tak kasat mata dengan ujung jari mencapai pergelangan tangan, sampai akhirnya kulit epidermis memerah akibat gesekan.
"Beraninya kau berbuat seperti itu padaku! Rasakan ini!" Kyuhyun melemparkan tonjokan spektakuler yang mengarah pada salah satu pelipis Changmin. Terlambat menghindar, pemuda dengan tinggi 186 sentimeter ini, mendapat bogem mentah langsung dihadapan orang banyak. Otomatis si korban pemukulan, terhuyung ke belakang tanpa ada seorang pun yang berniat menolongnya. Mereka yang melihat kejadian tersebut, hanya mengangkat bahu tidak peduli atau berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
"Aww, sakit Kyu—" Changmin mengelus pelan pipi yang sudah berubah warna menjadi biru lebam. "Kau kejam sekali seperti iblis sedang PMS." Ia berbicara sembari memonyongkan bibirnya, yang membuat Kyuhyun ingin muntah seketika.
"Sialan! Kau kira aku ini perempuan?!" Kyuhyun meremas tangan gemas. Menyisingkan lengan baju sampai siku, bersiap untuk memberi tinju di bawah dagu.
Laki-laki muda yang lebih pendek di antara mereka, hanya tertawa kecil sambil menutup mulut. Menyaksikan pertengkaran mereka yang bagaikan seekor anjing dan kucing, berebut seonggok daging di atas piring kecil. "Sudahlah kalian jangan bertengkar seperti ini. Dan juga untukmu Changmin, jagalah sikapmu untuk tidak selalu menggoda Kyuhyun. Atau jangan-jangan kau suka padanya ya?"
Telunjuk lentik menusuk kecil pundak Changmin, bermaksud untuk menjaili teman sebayanya yang sudah menegang malu.
"Hell, menggelikan!" Changmin menggerutu pelan kemudian spontan berdiri pergi tanpa menyentuh makanan kesukaannya.
Kyuhyun mendengus kesal. "Apa-apaan sikapnya itu? Memalukan." Jemari kanan mengambil kentang goreng yang sempat diabaikan, lalu mencolek secuil saus keju di atas daging panggang dan masuk tanpa malu ke dalam rongga mulut.
Sekarang tinggal mereka berdua menikmati waktu sisa makan dalam keheningan. Jenuh dengan situasi janggal, alhasil Kyuhyun membuka suara. "Ryeowook-ah, apa ada mahasiswa baru di kelasmu?"
Lelaki muda bersuara mayor sekejap menghentikan proses menggigit-mengunyah-menelan makanan. Sebelum menjawab pertanyaan dari Kyuhyun, ia menyambar sebotol air mineral dingin lalu meneguk sampai setengah.
Pemuda bernama lengkap Kim Ryeowook, berdeham dan menaruh sendok dan garpu di atas tissue kering. "Yang aku tahu, ada tiga orang yaitu Kim Joong Woon, Lee Donghae dan Lee Hyukjae. Tetapi sepertinya mereka mempunyai saudara lain namun berbeda kelas. Kenapa kau menanyakan hal ini?"
Kyuhyun berpikir sejenak sembari menggaruk pipi kanan yang tidak gatal.
"Tidak ada maksud apapun, aku hanya ingin tahu. Itu saja."
Ryeowook mengangguk, lalu berlanjut menghabiskan sisa makanan sedangkan Kyuhyun meminum jus jeruk serta melahap utuh sisa potongan kue strawberry. White sugar cream meleleh di mulut, membuat lidah berkerut. Kyuhyun mengalihkan penglihatan ke arah mereka, yang sedang duduk bersilang sopan sambil berbincang ringan.
Tersadar jika ada yang memperhatikan, salah satu di antara mereka menoleh padanya. Ekspresi wajah literal ditambah mata yang menilik tajam, melahirkan suasana curam. Sepasang mata yang ia kenal, memaku pandangan ibarat mata elang. Seperti tenggelam ke dalam lautan dan tersesat relung ruang. Ia mengingat jelas, bagaimana awal mula warna iris di bola mata tersebut. Namun kini, warna mata emas kebiruan memudar berganti dengan cokelat kehitaman. Mustahil jika pemuda misterius ini memakai lensa kontak.
Berbagai pertanyaan berkeliaran di dalam pikiran. Suara cempreng mengacaukan kontak batin mereka.
"Kyuuu—Kyuhyun. Kau kenapa?" Ryeowook menyadarkan Kyuhyun yang sedang memandang kursi kosong dari beberapa meter ke depan. Konsentrasi yang semula menguap entah kemana, kembali ke dalam raga.
Yang ditanya sekedar menggeleng kepala, Ryeowook menghela napas kemudian angkat bicara.
"Setahuku, satu dari sekian penyebab orang tidak fokus adalah karena kekurangan asupan air putih dalam tubuh. Mungkin itulah yang sedari tadi kau alami. Jadi, ini minumlah." Lelaki muda bertubuh pendek, berbaik hati menyodorkan sebotol air mineral setengah dingin yang masih tersegel rapat.
"Thanks." Kyuhyun menerima botol minum tersebut tanpa ada keinginan untuk membuka atau meneguk airnya, melainkan melamun lagi. Entah apa yang sedang dipikirkan, Ryeowook hanya tersenyum maklum dan tidak ingin mencampuri urusan orang lain.
"Sebaiknya kau bergegas sekarang dan tolong bersihkan sudut bibirmu." Ryeowook bangkit dari tempat duduknya, bergerak pergi dan tidak lupa menepuk halus kepala berambut sewarna karamel.
Kyuhyun melongo bingung, lupa mengusap bibir lalu kembali merenung.
.
.
Beberapa jam terlewati, rasa bosan terobati. Berjalan gontai di lorong yang sepi, membuat pikiran sejenak mati. Langit senja membidik warna jingga. Siluet seseorang membuyarkan pening, memicingkan mata hingga meruncing.
Langkah kaki berusaha melaju lurus, mengabaikan angin kencang yang berhembus. Sekilas terlihat refleksi hitam, menghentikan sepatu kets yang mendadak berdecit lambat. "Tadi itu apa?"
Kyuhyun berpaling ke arah kanan dan kiri sembari menggaruk belakang telinga, yang kemungkinan tidak gatal. Hanya ada sepoi angin malam yang menjawab. Tidak ada siapapun di sana selain dirinya. Berkedip sekitar tiga kali sambil mengusir halusinasi yang menghantui.
Bunyi tulang patah mengakhiri segalanya. Memberanikan diri menoleh ke belakang, hanya daun kering yang melintas serta lampu redup bergoyang sembarang. Bola mata melebar melihat sepercik darah tercetak di pijakan lantai. Menunduk ke bawah, ia menemukan jejak sepatu kaki yang berlumuran tanah. Tidak ingin bertindak lebih jauh, ia memilih berjalan mundur. Membalikkan badan secepat kilat serta kedua tungkai berlari pesat.
Seseorang mengejarnya, namun tidak terlihat. Detak jantung berdentum panik. Bulir keringat mengalir di sela rambut. Terus berlari entah kemana dan sampai kapan, Kyuhyun pun tidak tahu. Kedua kakinya hampir mati rasa, nafas berdesir asa. Berpegang teguh pada harapan rapuh namun mengigil di tepi takdir. Di ujung persimpangan malam, Kyuhyun mendesah keras. Detak jantung menggebu rusuk, menyentak akut.
Tangan beku menggapai tangan lain yang nyaris bersuhu sama. Kyuhyun merinding dan berteriak panik, "AAAAAAMPHH—" Bukan hanya menarik tapi juga membekap mulutnya serta mengunci pergerakan yang memicu sikap melawan.
Kyuhyun membeliak terkejut. "Siwoo—!"
Sinar rembulan setipis benang terpantul dari kaca jendela, membias di wajah pucat namun tetap terpancar aura kuat. Tumpukan debu serta peralatan tidak terpakai, tidak menghalangi mereka untuk saling berdekatan. Punggung Kyuhyun menyentuh langsung pintu besi berkarat.
Siwon meletakkan tangan kanan di sebelah samping tubuh Kyuhyun, dan sebelah tangan lainnya memeluk tubuh yang masih bergetar takut. "Jangan bersuara." Bisik Siwon.
Tidak sempat mengangguk, bayangan hitam tampak jelas di antara celah bawah pintu. Berjalan bolak balik mengitari area tersebut. Melayang beberapa senti di atas tanah, dengan sulur-sulur seperti sobekan kain usang. Bulu roma berdiri tegak tanpa disuruh. Kyuhyun tidak sengaja mendesis nanar. "Apa itumpphh—"
Dengan sigap Siwon membekap bibir itu agar tidak mengoceh lebih jauh. Bayangan hitam berhenti tepat di samping grendel pintu. Kyuhyun menahan napas tercekat, Siwon mendekap lebih erat. Hawa dingin menerpa keadaan. Partikel es tipis merayap menuju lantai, lalu singgah menuju seluruh bentuk pintu besi. Menyelubungi pintu tersebut hingga kaku membeku.
Punggung Kyuhyun menggigil kedinginan, sontak memeluk tubuh pria yang ada di depan mata. Aksi Kyuhyun membuat makhluk hitam itu, berani mencoba membuka pintu. Gerakan sekecil apapun tertangkap nyata oleh makhluk kurus berselaput hitam tanpa wajah. Hembusan uap panas nan tebal keluar dari mulut mereka. Menandakan bahwa betapa dinginnya suhu ruangan tersebut. Layaknya musim salju tahun lalu atau lemari pendingin daging beku.
Membenamkan wajah pucat kekakuan di perpotongan leher cokelat. Gigi mulai bergemeletuk ringan. Kedua tangan mencengkram kuat tubuh bagian belakang si lelaki tegap. Temperatur dingin semakin menyerbak. Sepatu yang Kyuhyun kenakan, seperti terpaku beku di atas pangkat.
Kaitan kunci pintu bagian dalam, bergeser sendirinya. Menimbulkan bunyi khas bercampur kesunyian senyap. Tatapan likat terpatok fokus pada titik ketegangan. Kyuhyun bisa merasakan detak jantung miliknya menggila liar, terdengar telinga.
Siwon berbicara melalui pandangan mata, menyuruh Kyuhyun agar tetap tenang dan percaya semua akan baik-baik saja. Siwon sangat tahu, jika pemuda ini sungguh ketakutan dengan apa yang terjadi saat ini. Menangis tidak menyelesaikan masalah. Kyuhyun berusaha menghalau setetes airmata, yang senantiasa jatuh di atas pipi pudar.
Siwon mengarahkan tubuh Kyuhyun, berdempetan dengan gundukkan kardus segunung. Langkah kaki pria berambut hitam legam, tidak menimbulkan gesekan suara. Begitu halus, pelan, minus sandungan. Kyuhyun berpegangan teguh pada lengan sekal yang seolah ingin menyingkir dari hadapan. "Aku mohon jangan pergi." Bibir bergerak isyarat.
Siwon mengusap surai Kyuhyun ke belakang, menyisih poni menjuntai. Sepasang mata cokelat berpendar geletar ragu, menatapnya balik dengan luapan datar namun bimbang. Celah pintu terbuka nanggung, makhluk tinggi hitam memperlihatkan jari kurus seperti kerangka, memakai jubah tertutup tudung. Kehadirannya menerbakan rasa dingin menusuk tulang. Didamping perasaan tertekan menjalar perlahan.
Kyuhyun dapat melihat langsung sosok aneh menakutkan dari jarak lima meter posisinya berdiri. Visual hitam menengok sekilas dan secara magnetik berlari menerjang dirinya. Siwon sigap berdiri melindungi Kyuhyun. Makhluk itu melesat melayang dari berbagai arah. Mencari celah untuk menghisap jiwa manusia murni, tak bersalah.
Makhluk brutal tersebut, menibaskan tangan panjangnya yang terbalut rancapan es tajam. Siwon terpental jauh menghantam deretan tonggak baja. Bunyi gemuruh keributan menjadi sebuah harmoni kegelapan.
Kini wujud hitam pemicu serangan, berdiri melayang dengan kedua tangan terbuka seolah ingin rengkuhan. Kyuhyun hanya diam tidak bisa bergerak. Hanya lirikan mata yang masih berfungsi baik. Mendadak hati tersengat rasa bersalah, melihat Siwon terkapar urakan berbaur kumpulan besi baja. Hendak memejamkan mata, tidak ingin melihat. Bayangan itu mengulurkan sebelah tangan, menyentuh pipi Kyuhyun yang entah sejak kapan basah tergenang.
Dingin menyusup pipi, merajah relung hati. Ingin sekali rasanya menepis tangan busuk sehitam arang dari pandangan licik.
"Sufet omenensc pur, înghifit gol și necɒżuriɣe…"
Kyuhyun tidak mengerti apa yang dikatakan. Lubang kecil menyerupai mulut di tengah kontur tanpa wajah, menganga menjadi lebar dari ukuran sebelumnya. Menujukkan gigi taring kecil berderet berantakan serta lendir berbau bangkai.
Kyuhyun mengernyit jijik. Makhluk hitam itu mencengkram sisi wajah Kyuhyun, menghadap telak di depan mulut bayangan. Menghindar pun percuma. Tubuh kaku membeku serupa patung batu. Gestur badan gemetar melayang bersama makhluk selubung kayangan. Perlahan menghisap energi jiwa yang tersembunyi di dalam raga.
"AAKKHHHHH—"
Rasa sakit merambat dari ubun kepala sampai ujung kaki. Jiwa seakan musnah. Lenyap menghapus sukma. Tidak terpikirkan oleh dirinya sendiri, jika ia akan mati secara tragis di tangan makhluk antah berantah.
Sibuk tenggelam dalam kehanyutan hayat. Siwon berdiri sempoyongan, efek buruk terserang bayangan gadungan. Mata separuh sadar, mengerling pada sebuah benda penyelamat. Berterima kasih kepada dewi fortuna atas kebaikan dadakan. Ia mengambil benda tersebut dari bawah meja lapuk, menyingkap kain lusuh yang menutupi benda berukuran medium lalu mencolok kabel di stop kontak beraliran listrik.
Mengukur tingkat sinar menuju angka paling tinggi. Jari telunjuk bersiap menekan tombol on berwarna merah. Seulas senyum remeh terpatri di mimik muka. "Say good bye to me dude."
Cahaya lampu maksimal membuat makhluk hitam menghentikan acara santap menyantap. Merongrong bak tikus curut terjebak saluran pembuangan. Berlari menubruk serampangan, tak tentu jalan. "Iňtuneric va atigne!" Berteriak garang, meradang pendengaran.
Tubuh lemas terkikis tenaga. Makhluk bajingan pergi meninggalkan perkara. Siwon melesat penuh kekhawatiran ganda. Pertama, ditilik dari degup jantung yang mulai melambat dan kedua, hembusan asimilasi pendek tidak beraturan. Pucat pasi setia menetap di wajah korban. Mempersingkat waktu, Siwon mengangkat tubuh ringkih ke dalam jangkauan.
Berlari kilat menuju tempat parkir, dimana mobil audy hitam bertengger manis. Hanya tiga puluh detik mereka sampai di tempat tujuan. Siwon kalap ketika tidak lagi mendengar irama jantung yang berdetak. Membuka asal pintu mobil lalu membawa manusia yang hampir merengang nyawa.
Jalan bebas hambatan, lengang dari haluan. Leluasa memacu mobil di atas batas normal. "Bertahanlah Kyu…" Mengenggam stir mobil hingga buku jemari menguat. Meremukkan apa yang terlewat.
Pohon pinus berbaris rapi di pinggir jalan. Batang kokoh bertahan pada terjangan angin badai atau terik mentari. Melewati jalan pintas, meliuk menukik tidak terbatas. Hunian besar namun tetap minimalis, sudah terlihat dari kejauhan. Menancap pedal gas ke taraf optimal. Stir mobil berbelok kanan, berhenti di depan perkarangan. Siwon membanting pintu mobil sampai lupa daratan. Membopong tubuh kritis, masuk ke dalam ruangan.
Langkah kaki melaju tergesa-gesa. Empat orang yang berada di ruang tamu memandang Siwon heran, penuh tanda tanya. "Apa yang kau lakukan Siwon?" Seorang pemuda matang, berpotongan rambut rust gelap sebahu menghadang cepat.
"Aku tidak mempunyai waktu untuk menjawab pertanyaanmu hyung." Siwon hanya memandang sekilas. Mata perseptif mencari seseorang yang ia harap ada di rumah.
"Hyukjae-ah, dimana Leeteuk dan Kangin hyung?" Sebelum empunya menjawab, kedua orang yang dimaksud datang dari pintu belakang.
"Ada apa Siwonnie? Sudah berapa minggu kau tida—" Pria berparas tampan sekaligus cantik, menyapa adik angkatnya namun perkataan terhenti di tengah pembicaraan. "Kenapa kau membawa manusia datang kemari Siwon?"
Park Jungsu atau lebih akrab jika dipanggil Leeteuk ini, menatap nanar manusia pucat di dalam pelukan.
Siwon berdeham keras. "Makhluk hitam ratusan lalu yang kita anggap punah, datang tak diundang lalu menghisap jiwa murni pemuda ini. Aku tidak tahu motif apa yang telah direncanakan iblis itu." Ia menyerahkan tubuh Kyuhyun yang sejak tadi, berada di bawah alam sadar. "Tolong selamatkan dia, hyung."
Leeteuk menerima ragu. Bola mata cokelat kemerahan berpijar menoleh ke arah Kangin, yang sedari awal hanya terdiam. Pria lain dengan tinggi satu meter lebih tujuh puluh tujuh senti, menyela percakapan. Cara jalannya santai dengan langkah angkuh menggiring di setiap jejak. "Apa pedulimu menolong manusia lemah seperti dia?"
Orang itu mengambil tubuh Kyuhyun yang semakin mendingin. Menempatkan di atas sofa panjang dan dibiarkan telentang begitu saja. "Mungkin manusia ini akan bangun jika aku menuangkan air dingin." Seperkian detik ia menyiram wajah Kyuhyun yang terbaring kolaps.
Raut wajah Kyuhyun tidak berubah, tetap seperti sedia kala. Pakaian yang dikenakan, basah dan lembap di sekitar bahu, leher serta dada. Mencoba melakukan hal konyol namun tidak manusiawi.
Mereka yang berada di sana hanya melihat dengan ekspresi datar, tidak peduli. Seakan penghinaan tersebut guyonan belaka. Tiga orang bertolak diri, keluar rumah. Tidak minat bergabung dalam tindakan 'Evakuasi Manusia dari Makhluk hitam'. Leeteuk memberi jarak sedikit jauh dengan Siwon, mengapit lengan kekar Kangin meminta pendapat tentang masalah sepele ini.
Siwon menahan amarah, meremat kuat tautan tangan. Ia menunduk mengatur napas dan emosi yang suatu saat akan memuncak. Ia bersuara. "Apa begitu sulit, membantu satu orang manusia?"
"Apa bagi kalian dia adalah manusia biasa? Kurasa tidak."
"Kalian adalah makhluk bodoh yang masih saja berpegang teguh pada peraturan kuno. Buka mata kalian selebar mungkin… lihatlah ke depan. Barang kali kalian sebenarnya budak? Tunduk terhadap hukum tua di saat era modern ini. Dramatis." Siwon memiringkan bibir setipis joker.
Kangin berbalik seratus delapan puluh derajat. Mimik meniti geram, mendengar ocehan anak bau kencur yang tidak tahu aturan. Kangin berlari secepat lintar. Tangan besar memegang leher Siwon, kemudian lengan berpindah arah ke belakang. Bersedia mengapit dan mematahkan leher itu kapan saja ia mau. Tiga orang yang sebelumnya meninggalkan rumah, kini berdiri di sudut titik perkelahian.
Melerai mereka berdua tetapi sebaliknya, Siwon menendang ketiganya berurutan. Hyukjae jatuh menerobos kaca, tubuh mungil jatuh di bawah tangga. Lekas kekasihnya loncat menghampiri dengan wajah tersirat cemas. "Sayang, kau baik-baik saja?"
"Aku terlihat baik bukan? Hanya terbentur kaca tipis, tidak masalah. Kaca ini hampir 115 kali ganti baru dalam setahun. Melelahkan." Bibir itu mengerucut jenuh.
"Nanti aku yang akan memperbaruinya. Serahkan padaku." Kekasih Hyukjae mengecup bibir secara tiba-tiba setelah itu tertawa terbahak melihat sang terkasih merona malu.
"Sialan kau Donghae!" Mereka tersenyum saling kejar mengejar satu sama lain. Sampai seseorang memutus candaan, memecah kebahagiaan. "Oi kalian berdua, berhentilah bermain. Kita sedang mengalami perang saudara saat ini. Bantu aku atau kugantung kalian di gunung?" Pasangan childish ini menurut pasrah. Tidak ingin membantah perintah dari salah satu saudara tertua. Berjalan lesu bagaikan kucing yang terbuang.
"Hey… cepatlah!" Desak lelaki surai ungu kemerahan, dengan poni sebelah kiri. Segera pasangan kekanakan itu, berlari menuju tempat pertarungan sementara raut muka kesal tertahan endapan.
.
.
"Aku tidak tahu jika Heechul Hyung, berbicara seenaknya tanpa disaring terlebih dahulu. Seharusnya Hyung memeriksakan diri ke dokter spesalis otak untuk dideteksi fungsinya. Masih baik atau sudah berkarat?" Siwon menghina secara halus tapi tertohok di hati.
Heechul menatap bengis, tidak terima dengan apa yang dikatakan mantan adik angkatnya. "Kau tidak pandai bicara Choi kecil. Sebaiknya kau intropeksi dirimu sendiri, melawan peraturan yang sudah digariskan?," Heechul tertawa hina.
"Kau terlalu bermimpi untuk bisa menggapainya. Sadarlah jika kau tidak mampu. Cepat bangun dari khayalan dan bersihkan otak sok optimismu itu." Pria setengah cantik tapi kejam, menyilangkan sebelah kaki kiri bertumpu pada paha kanan.
Kangin menambah ejekan. "Kau harus menerima pendapat para hyungmu dan dicerna baik. Kita berbeda dengan mereka yang mengaku kasta tertinggi di antara makhluk hidup lain di bumi—Kangin memperkuat remukkan tangan. "Mereka tidak punya keahlian khusus kecuali akal pendek dan nafsu birahi."
Siwon dan Kangin tetap mengunci pergerakan lawan masing-masing. Mereka berdua bergelut, bertarung dan memukul serta menciptakan suasana dalam rumah terlihat habis berperang. Mengabaikan sosok manusia yang butuh pertolongan sebelum nyawa terengut hilang.
Siwon berdecih lalu tertawa kecil. "Lucu sekali kehidupan ini. Selama aku masih bertahan di dunia naif, kalian selalu menganggap diri klan kita paling benar di antara yang lain. Padahal di dalam kitab suci, gerombolan seperti kita adalah iblis yang tidak pernah diijinkan untuk mencicipi nikmatnya suasana surga. "
"Cukup! Kau jangan sok suci Siwon. Dan semuanya berhentilah untuk saling mengejek seperti anak TK." Awalnya pemuda ini hanya diam, tidak ikut urusan namun lama-lama ia jengah. Bosan mendengar cekcok antar spesies yang sama.
"Fuck you Big Head! Diam atau kupatahkan tanganmu." Heechul mengumpat kasar. Yesung menjawab,"Terserah."
Pria tertua di antara mereka, mengusap wajah gusar. Lelah tak terhingga. Ia sudah malas membubuhi nasihat atau melerai perkelahian. Langkah kaki tidak disadari, memapah tubuh orang yang menjadi biang keladi. Membawa ke dalam ruangan ekstensif seorang diri. Manusia yang sama sekali tidak dikenal seluk beluk identitas, ditidurkan di atas ranjang hangat.
Di bawah ranjang tersebut terdapat tungku bara api tradisional khas Negeri Tirai Bambu. Mengalirkan suhu panas atau hangat sesuai kebutuhan. Merebahkannya hati-hati. Lelaki yang memiliki julukan 'Malaikat tanpa sayap', melepas seluruh pakaian yang masih melekat. Membungkus tubuh itu ala kepompong, menggunakan selimut berdaya magnet positif.
Didiamkan sembari meracik obat-obatan herbal yang berkhasiat. Tangan lentik sepertinya sudah terbiasa menyediakan bahan maupun alat yang dibutuhkan, dengan inisiatif sendiri. Tungku air, pemanas api, akar tumbuhan, minyak zaitun, putik bunga mahkota dewa, cengkeh, ginseng kering serta daun herbal lainnya. Satu tumbuhan langka yang tidak boleh dilupakan yaitu Kuntum Teratai Salju Himalaya.
Tumbuh di daerah puncak pegunungan dengan suhu sangat dingin, menghasilkan molekul enzim yang baik bagi biologis sel manusia. Leeteuk memantik api, meletakkan tungku air yang terbuat dari tanah liat di atas pemanas. Jika air sudah mendidih, baru ia masukan tumbuhan herbal ke dalamnya. Meramu bahan hingga nyaris sedikit kering namun tetap basah. Mengaduk searah jarum jam, ia tidak lelah menunggu. Bersabar sampai beberapa jam ke depan untuk hasil maksimal.
Akhirnya hasil yang ditunggu telah tiba. Setelah dingin, ia menuangkan minyak zaitun dan mencampurkan bersama ramuan. Membuka selimut magnet yang membelit tubuh Kyuhyun sebatas perut. Leeteuk dapat melihat dampak buruk yang ditimbulkan dari penyerangan makhluk hitam berkerangka, yang bernama Ventorus.
Meskipun urat biru kehitaman yang muncul di sekujur tubuh malang ini, tidak akan mungkin terlihat oleh mata telanjang. Lantas manusia biasa, memerlukan bantuan sinar x-ray berteknologi canggih. Leeteuk memegang bahan ramuan jadi dalam satu kepalan tangan. Meremas obat herbal tersebut, lebih dulu memberi daun mint yang sudah dicacah kecil dan sejumput serbuk putik mahkota dewa.
Segala tanaman herbal ini, didapati ketika ia dan Kangin sedang berkelana keliling dunia beberapa tahun lalu. Mempelajari ilmu nenek moyang atas dasar keingintahuan tentang tumbuhan herbal yang bermanfaat dari dulu hingga kini. Kangin sempat menertawakan dirinya, jika ia ingin belajar lebih giat tentang ramuan herbal. Menurutnya tidak masalah bukan, apabila kita menggali ilmu mengenai flora istimewa di planet sendiri?
Pertama, Leeteuk membalurkan obat herbal di atas dada, selanjutnya mengusap ke arah tulang selangka lalu berdalih menuju perut. Memijat pelan daerah yang terkena imbas dari makhluk berjenis iblis, mengurut selembut mungkin agar tidak mengalami kerusakan fatal yang terjadi pada alat vital. Selesai dengan kewajiban, ia membasuh ramuan yang sudah lama mengering dengan kain basah. Kemudian memakai baju bersih yang telah disediakan sebelumnya.
Leeteuk menarik napas lega, puas dengan hasil yang ia kerjakan. Membenarkan posisi tidur Kyuhyun supaya nyaman dan rileks. Bantal empuk menyanggah kepala. Jari berbau aneka macam tumbuhan, menghitung waktu yang diperlukan manusia ini untuk pulih dari kondisi.
"Hmm mungkin dua hari selanjutnya, manusia manis ini bangun dan sehat kembali. Semoga…"
Ketukan pintu merusak lamunan, otomatis Leeteuk mempersilahkan masuk. Siwon terburu-buru menyusup ke dalam, mengacuhkan Leeteuk yang hampir jantungan. Duduk di tepi ranjang, menatap sekilas rasa kasih sayang. Menyisir halus helaian brunette menjulai acak. Tersenyum tipis mendengar detak jantung yang teratur. Merapikan lipatan selimut di sisi dada sampai bawah rahang.
Leeteuk dapat merasakan feromon berbeda yang terbit dari tubuh Siwon. "Siwonnie.. kau tetap menjadi adikku dan aku selamanya menjadi kakak yang baik untukmu. Kau harus ingat bahwa kita adalah saudara." Leeteuk memulai bicara sambil menaruh lilin senyawa aromatik di setiap sudut kamar.
"Walaupun bukan sedarah, kita pernah tidur dalam satu atap yang sama. Jadi hyung mohon padamu, agar selalu mendengarkan nasihat positif dari hyung atau orang yang seumuran denganmu."
"Kau tidak boleh gegabah mengambil keputusan. Prioritas utama adalah keselamatan dirimu sendiri. Memang tidak mudah berdamai dengan hati, sebaliknya kau berusaha menghargai diri." Pria berlesung pipi bagian bawah, duduk sopan di kursi rotan.
"Sudah selesai berkhotbah?"
Leeteuk tersenyum maklum. "Aku tidak pernah tahu, sebab kenapa sekarang kau mulai berbicara sinis padaku. Maaf andaikata kau tidak menyukai pokok percakapan ini, jika hyung tidak ada, siapa yang akan berbicara panjang lebar seperti ini?"
"….."
"Aku juga mulai lelah hidup berumur ratusan tahun. Melewati berbagai macam masa, menjumpai teman manusia yang pernah ku kenal namun kini sudah tiada." Ia memejamkan mata sejenak.
"Banyak hal yang telah ku alami. Aku pernah menjadi sosok terkenal misalnya anak tunggal dari seorang Raja korea, menjadi penyanyi pada awal tahun 60-an, perampok ulung Bank Dunia, dan lain sebagainya." Leeteuk menutup separuh wajah dengan sebelah tangan. Malu menceritakan nostalgia lama.
"Ha ha ha, abaikan. Aku terlalu banyak mengoceh hari ini. Maaf ya." Ia memaksa tertawa agar terlihat natural. Siwon diam tidak menjawab. Sepuluh menit terbuang sia-sia, Siwon angkat bicara. "Secara personal, aku berterima kasih pada hyung karena telah menyelamatkan Kyuhyun." Sadar kakak tertua memperhatikan, Siwon menegok ke arah jendela besar.
"Maaf atas perkataan kasar dan jujur aku merasa lapang saat hyung mau bersusah payah melakukan ini semua." Siwon mengalihkan pandangan tertuju pada 'pangeran tidur'.
"Menurutku, Kyuhyun adalah manusia yang pertama kali membuatku jatuh tenggelam laksana ia serupa dengan air laut dan aku nahkoda kapal yang kehilangan petunjuk,"
Siwon menerawang jauh di atas langit plafon. '….tetapi ia datang seperti pahlawan kesiangan, menuntunku ke jalur yang benar."
Ekspresi Leeteuk berujung bahagia, berjalan kilat menepuk pundak. "Dapat disimpulkan bahwa, adikku kini sedang jatuh cinta."
.
.
.
.
To be Continue
Glossary
Sufet omenensc pur, înghifit gol și necɒżuriɣe : Pure human soul, swallowed empty pain
Iňtuneric va atigne : Darkness will touch you
A/N:
Bonjour à tous… saya kembali dengan membawa fiksi bergenre supernatural yang masih amburadul menurut saya.
Blood Murk mendapat inspirasi berat dari novel ataupun film fiksi terkenal dan mendunia yaitu Twilight, Harry potter dan secuil film supernatural lainnya. Tetapi secara garis besar, saya tidak menjiplak alur cerita tersebut. Hanya sebatas sebagai bumbu imajinasi abstrak saya.
Jadi akhirnya saya membuat fik membosankan ini, untuk sedikit menghilangkan stress abnormal di dalam internal otak yang terbayang jadwal ujian. Sebenarnya saya juga bingung untuk melanjutkan fik abstrak ini untuk lanjut atau tidak.
Bersedia memberi review?
