Atsushi menunduk malu saat detak jarum jam berbunyi di antara kesunyian ini. Ia tak sanggup mengadahkan wajahnya, tidak saat sebagian besar dari anggota Agensi Detektif Bersenjata menatapnya horor. Ia tidak suka ini, di interogasi dengan tatapan membunuh seperti ini.
"Jadi," Kunikida membuka suara. "bisa kau jelaskan pada kami apa yang terjadi?"
Atsushi memberanikan diri menatap mereka semua, sebelum ia membuka mulutnya untuk berbicara.
Dan kita akan memundur waktu sampai seminggu yang lalu, hari dimana semua masalah ini dimulai.
.
Atsushi mengerjapkan matanya saat pagi datang menjelang. Ia melenguh pelan, berguling sesaat sebelum ia benar-benar terbangun. Ia merasa tidak begitu nyaman karena semenjak ia tidur tadi malam, seseorang mendekapnya. Sekarang orang itu sudah tidak ada di sampingnya.
Lalu, ia mendengar sesuatu dari arah dapur.
Ah, mungkin ia disana. Atsushi pun bangkit, berjalan perlahan karena yang tadi malam cukup menyakitkan. Yah, walaupun ia menikmatinya. Tapi sekali lagi, itu adalah pertama kalinya ia merasakan sesuatu yang nikmat... tanpa pengaman! Serius, TANPA pengaman! Karena itulah jalannya menjadi aneh gara-gara sang kekasih tidak mau membiarkan istirahat sejenak.
Di dapur, ia menatap pria tinggi yang tengah menyeduh teh. Tidak begitu lama hingga akhirnya pria itu berbalik sambil membawa cangkir berisi teh panas. Kalian bertanya itu siapa? Sudah jelas bahwa itu adalah Akutagawa Ryuunosuke, kekasih Atsushi. Mereka sudah berpacaran selama sebulan, namun mereka merahasiakan hubungan mereka dari siapa pun.
"Oh, kau bangun." Atsushi mengernyitkan dahi, merasa aneh karena bukan sapaan 'selamat pagi' yang ia dapat dari kekasihnya.
"Selamat pagi," ucapnya. Kakinya menghampiri bagian ujung dapur, membuka seenak jidat pintu kulkas milik kekasihnya.
Akutagawa terus memperhatikan gerak-gerik Atsushi yang mencari sesuatu untuk dimakan dari dalam kulkas—walau akhirnya manusia harimau itu menghela napas pasrah karena tidak mendapatkan apapun untuk dimakan. Melihat Atsushi masih bertingkah cuek-ngambek seperti semalam, ia menafsirkan bahwa Atsushi masih marah padanya.
"Sudah kuduga kau masih kesal denganku," katanya sambil menyesap teh camomile miliknya. Sebelah tangannya bersandar pada tempat pencucian piring di belakangnya.
Atsushi dengan cepat menutup pintu kulkas dan menoleh ke arah Akutagawa. "Bu-bukan begitu! Kau salah!" bantahnya.
"Lalu apa?"
"A-aku hanya masih mengantuk. Itu saja."
Akutagawa meletakkan cangkirnya di wastafel, berlanjut dengan dirinya mendekati surai perak itu. Ia mengunci pergerakan Atsushi dengan memojokkannya di depan kulkas. Seketika darah Atsushi mulai menari-nari hingga ke wajahnya.
"A-Akutagawa..." lirihnya. "I-ini masih pagi..."
Akutagawa mendengus menahan tawa, namun ia tidak bisa menghentikan senyumannya yang menggoda. "Memangnya kau pikir aku akan melakukan apa padamu, Jinko yang mesum?"
Psssh. Asap imajiner menguap keluar dari kepala Atsushi dan wajahnye memanas sempurna. "A-Akutagawa bodoh! Itu karena kau terlalu dekat denganku! Makanya aku..."
Kata-kata Atsushi terhenti. Bibirnya terkunci oleh jari telunjuk bewarna pucat yang menyentuhnya. Jantungnya berdetak dengan frekuensi lebih. Kini, jarak dirinya dan Akutagawa mencapai jarak yang bisa dibilang cukup intim. Ah, lihatlah itu. Manik-manik onyx yang berkilau dihadapannya. Atsushi baru menyadari itu sangat indah dan sayang dilewatkan.
Akutagawa semakin mendekat, ingin mencium bibit kekasih harimaunya ini. Namun saat ia akan melakukannya...
"Oh iya, Akutagawa. Apa kau sudah mandi?"
...pertanyaan polos langsung menyerang tepat di jantung.
"Sudah." Akutagawa berbohong dengan ketus. Ia masih tidak suka dengan Atsushi yang mengalihkan pembicaraan.
"Bohong. Aku tahu kalau kau tidak mandi."
"Aku serius. Percaya padaku."
"Apa yang bisa dipercaya dari orang sepertimu?"
Menghela napas pasrah, ia mencium singkat bibir ranum Atsushi. Dengan nada seduktif, ia berbisik. "Baiklah kau menang. Kalau begitu, aku akan membuatmu memandikanmu."
"Ahahahaha! Geli! Hentikan! Hahahaha..." Atsushi tertawa. Tangan Akutagawa yang semula berpengangan pada kulkas beralih ke arah perut Atsushi dan menggelitikinya. Sambil tertawa menahan geli, Atsushi mencoba melepaskan tangan Akutagawa. Ia berjalan menyamping menghindari kulkas, dan berjalan mundur.
Mereka terus bersenda gurau—Akutagawa menggelitiki perut Atsushi sementara empunya mencoba menghindarinya—hingga Atsushi terjatuh ke belakang. Tidak, itu memang disengaja. Akutagawa sengaja mendorongnya jatuh. Untunglah ia masih sempat menahan tubuh Atsushi agar tidak terlalu terbentur oleh lantai.
Di posisi ini, Atsushi berhenti tertawa. Bagaimana tidak, Akutagawa kembali menindihnya (setelah malam tadi). Perlahan Akutagawa mendekatkan jaraknya pada Atsushi. Bibir mereka pun bersentuhan. Akutagawa menjilat bibir kekasihnya, meminta untuk membuka mulutnya. Aktsushi menurut, dan ciuman itu berlangsung panas. Kalau sudah begitu, mereka biasanya lupa waktu, menikmati waktu intim mereka berdua.
Ponsel Atsushi berdering dari balik kamar Akutagawa. Suaranya cukup nyaring, hingga terdengar oleh mereka berdua. Tapi mereka mengabaikannya, merasa tidak punya waktu untuk meladeni ponsel sialan yang berdering itu.
Namun, Akutagawa melepasnya.
"Pergilah." Sesaat Atsushi cemberut mendengar perkataan pacarnya ini. Dan pada akhirnya ia menuruti perkataan kekasihnya. Akutagawa menarik diri, membiarkan Atsushi beranjak kembali ke kamar dimana semalam mereka bercinta. Atsushi memeriksa ponselnya, melihat pemberitahuan alarm yang sudah ia pasang di ponselnya.
"Ya ampun, sudah jam segini?!" serunya panik. Gelagapan, ia mencari-cari pakaiannya yang mungkin terserak di berbagai tempat—jika itu benar, salahkan Akutagawa. Ia melihat setelan pakaiannya yang tidak telripat dan berserakan di lantai. Dengan segera ia memungutnya dan memakaikannya di tubuhnya. Akutagawa menunggunya di bibir pintu, bahunya bersandar dan tangannya terlipat di depan dada. Ia memperhatikan dengan seksama tingkah kekasihnya yang sangat gelagapan.
Seketika matanya membulat mengingat sesuatu.
"Jinko, aku ingin bertanya padamu."
"Oh, silahkan saja. Kau ingin bertanya apa?" kata Atsushi sambil berbalik badan. Tangannya begitu terampil memasang kancing-kancing kemejanya satu persatu.
Akutagawa menatapnya intesn, membuat Atsushi merasa tidak enak. Kemudian pria bersurai hitam dengan sedikit warna putih itu membuka suara.
"Bagaimana jika kau menikah denganku? Dan apa perasaanmu?"
Kali ini Atsushi menatapnya kaget. Semburat merah menghiasi pipinya. Ia menundukkan kepalanya sambil tersenyum malu. "Aku akan bahagia. Sangat bahagia. Bahkan jika itu benar-benar terjadi, aku pasti tidak akan memercayai hal itu karena rasanya seperti mimpi.
Pastinya menyenangkan. Aku mengurus rumah dan dirimu sebagai seorang istri. Makan malam berdua, melakukan apapun secara bersama-sama. Hanya kita berdua di sebuah kamar apartemen dan mencoba hidup sederhana namun bahagia. Ah, entah mengapa aku jadi ingin mempunyai anak. Pasti rumah akan ramai dengan celotehan mereka. Aku menantikannya. Yah, walau itu tidak mungkin terjadi, sih."
Mendengar seluruh curahan hati atas keinginan sang pacar untuk berumah tangga, Akutagawa kini mendekat pada Atsushi yang telah berpakaian lengkap. Dikecupnya dahinya, lalu menatap mata amethyst itu lekat-lekat.
"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini," katanya. "Kita akan wujudkan mimpi itu bersama."
Atsushi terkikih geli. "Kau ada-ada saja."
"Aku serius."
Ha?
Hening di antara mereka berdua. Tidak ada satupun yang bisa memecahkan keheningan ini, termasuk ponsel Atsushi yang berdering menandakan panggilan masuk. Beberapa detik Atsushi masih mencerna perkataan Akutagawa. Sebenarnya, otaknya sudah menjawab pertanyaan itu di kepalanya, namun itu tida masuk akal. Serius.
Tak lama saat keheningan terjadi, Akutagawa berlutu di depannya. Ia mengambil kotak kecil berwarna merah marun dari sakunya. Ia membuka kotak itu dan menunjukkan isinya pada kekasihnya. Sepasang cincin perak sederhana yang terbuat dari emas putih dengan ukiran huruf kanji kecil di atasnya.
"Aku ingin kita menikah, Jinko. Menikahlah denganku."
.
..
...hah?
"HAAAAHHH?!"
WeddInG TroUbLE!
Bungou Stray Dogs from Asagiri Kafka dan Harukawa35
This Fanfic by Me
Shin Soukoku (Akutagawa x Atsushi)
Rated T
This fanfic full some AU, TYPO, OOC, or anything
Sequel AkuAtsu from my Fanfic : INGAT
Prologue: TroUbLE 01 – I think that marriage proposal was a JOKE!
Haaaii! saya balik lagi~! /siapa elu?
Kali ini saya membawa AkuAtsu pengen nikah. Hahaha, karena Soukoku sudah terlalu mainstream /plak
Mungkin jadwal apdet akan sedikit lebih lama daripada yang fanfic dulu. Tapi semoga kalian suka!
Akhir kata, Review? :3
