Mata

Assassination Classroom © Matsui Yuusei

.

.

.


Ren masih terbaring kaku di ranjang rumah sakit, kedua matanya tertutup oleh lilitan perban. Yuuma yang melihat hal itu hanya dapat menatap sendu orang terkasihnya itu.

"Ren..." Yuuma menyebut nama dengan lirih, ia beringsut mendekat kearah Ren yang sedang beristirahat.

"Sampai kapan kau akan tertidur? Kapan kau akan kembali untuk menepati janjimu?" Yuuma bermonolog, suaranya terdengar bergetar. Ia menggenggam erat tangan Ren yang terasa dingin.

Air mata mengalir dari manik emas Yuuma, ia terisak pelan, dan mengucap nama Ren secara terus-menerus.

...


Keduanya sedang duduk di sebuah bangku berwarna putih, Ren mendekap punggung Yuuma, "Yuuma, aku berjanji akan selalu menemanimu, sampai akhir hayatku," dan menuturkan kalimat puitis.

Yuuma tersenyum sebagai balasannya, "Aku tau ... aku sudah tau hal itu sejak dulu,"

Mereka kembali menatap ke langit yang bertaburan bintang-bintang. Rasi Orion terlihat jelas dari posisi mereka saat ini, "Aku akan sangat merindukan momen berdua bersamamu seperti saat ini ... apakah kita dapat melihat Orion ini bersama-sama lagi?" Ren melontarkan pertanyaan spontan.

Mendengar hal itu Yuuma hanya dapat memiringkan kepalanya, bingung dengan apa maksud dari perkataan Ren. Yuuma mengerjap pelan, "Apa maksudmu Ren?"

Ren hanya menggeleng pelan―menyuruh secara halus untuk tidak terlalu memikirkan apa yang ia katakan.

...


"Maaf, tapi jika ingin melakukan penyembuhan terhadap Oklusi Cabang Arteri Retina, kemungkinan berhasilnya kurang dari dua puluh lima persen, dan juga memiliki resiko kematian," dokter berkacamata yang bernama Takebayashi Koutaro menjelaskan resiko tentang penyakit yang diidap oleh Ren.

Penjelasan dari Koutaro membuat punggung Yuuma sedikit bergetar―tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Melihat Yuuma, Ren mengelus pelan punggung Yuuma―bermaksud menenangkan.

"Apakah hanya itu satu-satunya cara?" Ren bertanya kepada Koutaro. Sebagai balasan hanya anggukan kepala yang ia dapat.

Tergambar sebuah tekad dari lekuk wajah Ren, "Baiklah, aku akan menjalani hal itu,"

Yuuma membelalakan matanya, "Ren ... apakah kau yakin?"

"Tentu saja, daripada aku terindikasi buta sepenuhnya, jadi lebih baik aku menjalani pengobatannya sekarang 'kan? Lagipula jika aku tak bisa melihat, aku tak dapat melihat Orion bersamamu lagi," Ren membalas sembari tersenyum lembut, melihat hal itu punggung Yuuma sedikit mengendur setelah tadi terlihat cukup tegang.

"Baiklah jika kau berkata begitu..." dan mengangguk pelan, mengiyakan perkataan Ren.

...


Hening terjadi, hanya suara guyuran hujan yang mendominasi. Yuuma memakai sebuah payung hitam untuk melindungi dirinya dari hujan.

Udara dingin yang menusuk sudah tak dihiraukan, Yuuma masih bingung dengan apa yang sedang terjadi. Saat ini di depannya terdapat makam seorang Sakakibara Ren, orang terkasihnya.

Hal ini tak seharusnya terjadi, pemakaman ini tak seharusnya terjadi. Ren harusnya masih hidup, menemaninya untuk melihat Orion, menemaninya untuk menjalani hari-hari yang berat. ―Semua ini hanyalah angan Yuuma belaka, dan semua angannya itu mustahil terjadi, ialah yang paling mengerti tentang hal ini.

Yuuma bahkan tak mengeluarkan setetes pun air mata, tetap saja ia masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Harusnya waktu itu ia hentikan saja niat Ren untuk melakukan pengobatan, harusnya ia mengetahui lebih awal bahwa Ren mengidap penyakit Oklusi Arteri Retina Sentral. Memang benar kata orang ... penyesalan itu selalu datang disaat terakhir.

Kini Yuuma sudah tak punya arah hidup, orang yang sedari dulu menjadi penopangnya telah hilang, lalu sekarang, apa yang harus ia lakukan?


A/N:

RenIso pertama tapi absurd kek gini ;; huhu maafkeun dirikuuuu /apa

This fic special for anclyne.

Thanks for reading!