Disclaimer :

Naruto dan kawan-kawan adalah ciptaan dari Masashi Kishimoto. Saya hanya meminjam nama-nama mereka.

LET IT FLOW

Uchiha Sasuke – Haruno Sakura

Genre : Romace

Rated M

By Bangtan's Wings

First Chapter : The Beginning

...

..

.

Takdir memang seperti itu. Menuliskan kisah manusia dengan alur tak menentu. Memberikan sesuatu yang tak ingin kita miliki dan mengambil sesuatu yang ingin kita miliki. Biarkan takdir mengatur sekenario untuk kisah kita. Kita hanya perlu memainkannya agar kisah itu bisa mengalir sesuai rangkaian cerita yang telah ditulisnya.

.

..

...

Pagi yang cerah bagi gadis dengan surai merah muda itu. Meski matahari masih nampak malu untuk memperlihatkan cahayanya, tak mengurangi aura positif pagi ini. Gadis itu berjalan di koridor Konoha High School yang lumayan sepi dengan langkah percaya diri. Seperti biasa, ia mengenakan seragam kebanggaan sekolahnya. Seragam putih lengan panjang dipadu dengan dasi kupu-kupu merah tua bergaris hitam yang selaras dengan roknya itu nampak sangat serasi dikenakannya. Mood-nya sedang baik kali ini.

Haruno Sakura, seorang gadis ceria dan berwawasan luas. Dia hidup dari keluarga yang bisa dibilang kaya dan bahagia. Gadis ini tipe orang yang realistis. Jika dia melihat lelaki tampan, maka ia katakan lelaki itu tampan. Dia suka belanja, dia juga ingin tampil cantik seperti kebanyakan gadis remaja seusianya. Dia menangis ketika ia bersedih. Dia tertawa saat ingin tertawa. Jika dia benci sesuatu, maka gadis ini akan mengatakan dia benci, begitu juga jika dia suka akan sesuatu. Dia bahkan tak segan mengatakan secara langsung penilaiannya kepada seseorang tanpa mengurangi kesopanan juga tidak melampaui batas.

Sakura telah sampai di depan ruang kelasnya, namun, naas. Pemandangan di depannya saat ia pertama kali masuk ke kelas membuat mood-nya hilang seketika. Hell, Bagaimana tidak? Seorang siswa berambut mencuat kemana-mana mencium seorang gadis yang tentu saja Sakura tahu siapa itu. Pasangan yang setiap orang seantero sekolah pasti tahu, Shion dan Uchiha Sasuke. Mereka berciuman di hadapannya. Ah, tak sengaja berciuman di hadapannya mungkin lebih tepat.

Apa mereka begitu mendalaminya sehingga tak menyadari keberadaan Sakura saat ini? Tolonglah Sakura ingin muntah sekarang. Dua orang yang paling dibencinya sedang bermesraan. Mereka melakukan french kiss. lalu tangan Shion mencengkeram rambut Sasuke, tangan pemuda itu bahkan masuk kedalam rok Shion. Sakura hanya melongo berdiri disamping pintu, dia sangat butuh plastik sekarang. Ciuman memang wajar bagi anak SMA, namun tidak untuk tindakkan yang terakhir. Sakura adalah tipe orang yang sangat menjunjung harga diri dan martabat seorang gadis. Tentu saja melihat adengan seperti itu dari orang yang dibencinya merupakan sebuah kesialan.

BRAKK

Tak tahan lagi, Sakura menggebrak pintu disampingnya, mengalihkan fokus dua anak manusia yang sedang bermadu kasih itu.

"Apa-apaan kau, Haruno?!" Bentak Sasuke tak terima acaranya diganggu. Sedang Shion buru-buru merapikan roknya lalu menatap sebal pada Sakura.

"Kau yang apa-apaan, Uchiha! Ini sekolah, bukan tempat pembuatan anak! Jika ingin mesum, carilah tempat sepi atau sewa hotel sekalian, kalian kan kaya."

"Bilang saja kau iri. Shion tidak rata sepertimu." Ujar Sasuke meremahkan.

Sakura yang tidak terima dibilang rata, maju dengan langkah cepat kearah Sasuke, tangannya mengepal siap melayangkankan tinjunya pada si pemuda Uchiha itu.

Sebelum tangannya sampai pada pipi Sasuke, sebuah tangan besar lainnya memegang lengan Sakura, menghentikan aksinya pada Sasuke,

"Tak ada gunanya kau menanggapi orang seperti dia, Sakura." Itu Garaa, kekasih Sakura sejak satu tahun yang lalu.

Sakura menoleh terkejut, "Gaara.."

"Ayo duduk." Ajak Gaara.

Terimakasih Gaara, karenamu berakhirlah perdebatan kecil itu. Sasuke kemudian segera menarik Shion keluar kelas, mungkin mereka ingin mencari tempat sepi sesuai nasehat Sakura.

.

.

Bel masuk berbunyi lima belas menit yang lalu. Para guru juga telah memasuki kelas masing-masing sesuai jadwal. Sama halnya Kakashi, dia telah memasuki ruang kelas XI Science 1, kita bisa sebut kelas Sakura.

Kakashi menghela nafas, dia berdiri di depan kelas melihat pola duduk murid-muridnya yang selalu sama setiap kali ia mengajar. Sangat kentara bahwa kelas yang diampunya ini termasuk kedalam kelas yang membeda-bedakan teman. Sebagai guru fisika sekaligus wali kelas mereka, Kakashi tidak akan membiarkannya begitu terus. Sekelebat ide muncul di otaknya yang jenius. Hmm... ini mungkin akan menjadi lebih menarik.

"Pagi semua..." sapa Kakashi, bibirnya tersenyum di balik topeng yang menutupi setengah wajahnya.

"Pagi.." jawab muridnya serentak.

"Baiklah, pelajaran kali ini mungkin akan kosong." Kata-kata Kakashi berhasil membuat seisi kelas ramai, yah, mungkin ada beberapa yang berekspresi biasa saja.

"Namun, sebagai gantinya, aku akan menggunakan jam pelajaranku untuk mengundi tempat duduk kalian. Tidak ada yang boleh protes kali ini."

.

.

"Apa ini, sensei?! Kenapa aku harus duduk dengan Uchiha tengik ini?" Protes Sakura sambil berdiri, Sasuke yang meresa namanya disalah ucapkan langsung menoleh pada si pelaku, memberikan tatapan datar tapi tajam miliknya pada Sakura.

"Tidak ada protes, Sakura. Bukankah kalian itu 'sisa' tadi? Kalian yang terakhir, bukan?" Jelas Kakashi, ia lalu pergi keluar kelas menyisakan jam pelajarannya yang tersisa.

Sakura hanya bisa menghela nafas dan kembali duduk. Dia berada dibangku pojok kanan bersebelahan dengan jendela besar bersama Sasuke. Tempat strategis untuk tidur tentu saja, namun bukan itu tujuan Sakura datang ke sekolah. Dia tidak ingin menjadi anak pemalas dengan tidur di bangku paling pojok dengan lelaki seperti Sasuke.

"Jaga sikapmu, Haruno. Ucapkan namaku dengan benar." Sakura melirik bosan pada Sasuke.

Ia tak memperdulikan kata-kata yang terlontar dari mulut Sasuke. Matanya sibuk memandangi teman-temannya yang juga berubah posisi dari tempat duduk semula. Ino dengan Shikamaru, Hinata dengan Naruto, Kiba dengan Karin, intinya dirinya dan teman-temannya terpencar, kecuali Naruto dengan Hinata. Ditambah di depannya adalah tempat duduk Sai dan Neji, membuat Sakura berada dalam segitiga yang terdiri dari tiga lelaki tampan namun menyebalkan.

Matanya kemudian bergulir ke tempat duduk Gaara. Oh, Ya Tuhan! Gaara duduk dengan Shion, ini tidak baik. Shion adalah mantan kekasih Gaara, ini benar-benar bahaya untuk Sakura.

"Berhenti memasang raut aneh, Haruno. Itu tidak enak dipandang." Ucapan Sasuke membuat Sakura mendelik ke arah Sasuke. "Berhenti menyuruhku seenaknya Uchiha," balas Sakura tanpa mengalihkan tatapannya dari Gaara.

Sasuke mengikuti arah pandang Sakura, "Apa kau takut kekasihmu itu kembali lagi pada masa lalunya?" tanya Sasuke sambil menyeringai.

"Haha. Lucu sekali, bukankah pertanyaan itu lebih cocok untukmu, tuan?" Sakura ikut menyeringai, "Hanya pastikan saja gadis –oh, mungkin saja dia sudah tidak gadis? Terserahlah, yang jelas pastikan saja Shionmu itu tidak menggoda milik orang lain." Ucap Sakura, lalu tersenyum penuh arti.

Sedangkan di sisi lain, Gaara melihat mereka berdua –Sasuke dan Sakura, seperti orang yang sedang bercanda, atau sedang saling menggoda? Entah kenapa dia berpikir seperti itu, namun, mereka berdua memang terlihat begitu di pandangan Gaara sejak lama. Itu menyakitinya.

.

.

.

"Sasuke, lewat." Suruh Sakura pada Sasuke yang sedang tidur dengan headset yang terpasang ditelinganya. Bel istirahat berbunyi satu menit yang lalu, dan Sakura sangat ingin ke kantin saat ini.

"Sasuke! Aku ingin ke kantin!" Sasuke masih saja tertidur. Sakura mencabut headset yang menyumpal telinga Sasuke dengan paksa, menyebabkan lelaki yang sedang tidur tampan itu terbangun.

"Kenapa lagi, Haruno?" Tanya Sasuke kesal. "Bisakah kau menyingkir sebentar? Aku ingin ke kantin."

"Tidak boleh."

"Heh? Apa maksudmu tidak boleh?"

"Jika kau pergi, maka sinar matahari dari jendela akan mengenai wajahku, dan itu silau, kau tahu? Jadi, berbaik hatilah sedikit dengan meminjamkan tubuhmu sebagai penghalang." Jelas Sasuke panjang lebar, kemana gaya irit omongnya sekarang?

Kening Sakura berkedut, apa maksud Sasuke adalah menjadikan tubuhnya sebagai payungnya? Hell no!

"Tidak mau, aku mau ke kantin!" Sakura masih ngotot, ia melihat sekeliling kelas dan tidak menemukan teman-temannya bahkan Gaara. Hanya ada dirinya sendiri dan Sasuke disini, sepi. Dia ditinggal! Dan ini gara-gara Sasuke! Dia tidak terima ini.

Sakura berdiri, mencoba mengambil celah antara meja dan kaki Sasuke. Sebelum Sakura melangkah, Sasuke terlebih dahulu memindahkan kepalanya ke meja. Sakura bisa saja melompat diantara punggung Sasuke dan kursi yang berhimpit dengan tembok itu, namun tidak! Di dalam roknya hanya ada celana dalam hari ini, dia tidak akan memberikan pemandangan gratis itu untuk Sasuke.

Sakura menghela nafas, dia pasrah.

Sakura kemudian kembali duduk di kursinya lalu melihat ke jendela, di bawah sana terdapat atlet basket sekolah yang sedang berlatih. Lihatlah, cara mereka menggiring bola, itu sangat keren dimata Sakura. Dia suka memandangi lelaki keren yang berkeringat, itu sangat seksi di matanya, ini mengingatkannya pada Gaara ketika bermain sepakbola, dia kapten team disana. Tunggu! Sakura menyadari sesuatu, bukankah Sasuke kapten team basket? Kenapa dia malah tertidur disini!?

Sakura menoleh lagi, berniat membangunkan Sasuke yang sedang tidur menghadap kearahnya. Melihat Sasuke yang tertidur dengan pulas, membuat gadis ini tak tega membangunkannya.

Dipandangi wajah Sasuke dengan seksama, haruskah dia iri dengan wajah tanpa cacat itu? Sakura bahkan tidak menemukan satupun bekas jerawat di wajah putih milik Sasuke. Sasuke memang tampan, siapa yang akan mengelaknya?

Jujur, Sakura akui, dia sangat iri dengan teman masa kecilnya itu. Ya mereka adalah teman sejak kecil, bersama Naruto juga. Kali ini bukan masalah wajah atau sesuatu yang menjerumus tentang fisik. Ini tentang kemampuan dan bakat. Sejak kecil Sasuke sangat pandai, Sakura lelah menjadi nomor dua dan menjadi bayangan Sasuke. Sasuke bahkan jarang belajar, dan selalu tertidur saat ada sela, namun dia tetap memegang posisi pertama. Berbeda dengannya yang perlu belajar mati-matian untuk mendapat peringkat dua.

Lelah memandangi wajah Sasuke, Sakura memilih tidur mengikuti Sasuke. Kepalanya juga ia letakkan di meja menghadap wajah Sasuke. Mereka berdua tertidur, sejenak melupakan rasa tidak suka di hati masing-masing.

.

.

Seperti biasa, Ino, Kiba, Naruto, Hinata, Sakura juga Gaara ke kantin bersama dengan tempat duduk yang sama setiap harinya, tempat duduk paling pojok di kantin. Dan seperrti biasa juga, meja bundar yang berada di tengah kantin itu pasti akan ditempati oleh Neji, Shikamaru, Sai, Karin, Shion, dan Sasuke.

Namun, kali ini berbeda, Sakura dan Sasuke tidak berada pada tempat masing-masing.

"Kemana Sakura?" Tanya Gaara possesif.

"Entah.." jawab Naruto ogah-ogahan, dia sedikit tidak suka dengan sikap possesif Gaara pada Sakura sebenarnya. Naruto tahu persis Sakura suka kebebasan, bagaimana bisa ia mau dengan Gaara yang menurutnya terlalu membatasi gerak Sakura.

"Mungkin dia sedang tidak mood ke kantin." Kali ini Ino menanggapi. Gaara mengedarkan pandangannya ke meja Sasuke, Sasuke juga tidak ada disana. Sudah pasti, mereka sebangku kan, sekarang? Pikir Gaara.

Gaara beranjak dari kursinya ke kelas. Ino, Naruto, Kiba, juga Hinata hanya bisa menghela nafas melihat keprotektifan Gaara.

.

Di depan ruang kelas, Gaara melihat Shion yang mematung dengan tatapan kesal di tengah pintu.

"Minggirlah, kau menghalangi jalanku." Ucap Gaara dingin. Shion menyingkir memberi jalan pada Gaara agar dia bisa lewat.

Sama seperti Shion, Gaara berhenti pada langkah ketiganya. Matanya menatap tajam objek dengan radius tujuh meter di hadapannya. Seorang sisiwi dengan surai merah jambu tertidur menghadapkan wajahnya kearah siswa bersurai mencuat. Meski hanya dengan posisi seperti itu, emosi Gaara telah dinaikkan karenanya. Tentu saja ia tahu itu Sasuke dan Sakura.

Bukankah mereka saling membenci? Harusnya Gaara yang berada di posisi itu menggantikan Sasuke. Gaara ingin menghampirinya dan menarik Sakura darisana. Namun, Sakura yang yang tertidur seperti itu membuatnya tak tega membangunkannya. Dia menoleh kebelakang, mendapati Shion yang telah menghilang entah kemana, akhirnya ia memutuskan untuk mengambill langkah yang sama dengan Shion, dia masih percaya pada Sakura.

.

.

.

Akhirnya bel pulang berbunyi. Habis sudah penderitaan Sakura karena Sasuke. Pemuda itu hanya bisa menyuruhnya untuk diam, jangan mengeluh, mengatainya jelek, merusak pemandangan dan lain-lain yang tentu saja menyinggung hati Sakura. Bahkan Sasuke melarang Sakura ke kantin hanya untuk menjaganya tidur, dan menghalau sinar matahari dari jendela agar dia tidak silau, khusus yang satu ini Sakura benar-benar ingin marah, untuk hari ini saja gadis ini benar-benar tidak mau menanggapinya.

Sakura berdiri dan keluar kelas, meninggalkan Sasuke yang masih merapikan bukunya. Sesampainya di depan kelas, tiba-tiba tangannya ditarik kuat oleh seseorang, Sakura tentu saja kaget, refleks dia mendorong orang itu sampai jatuh.

Oh, tidak. Itu Gaara.

"Gaara...!" teriak Sakura, sejurus kemudian, Sakura membantu Gaara bangun.

"Maaf.." lirih Sakura.

Setelah berdiri, Gaara kembali menarik tangan Sakura, "Pulang bersamaku."

.

"Kita mau kemana? Kau tahu ini bukan arah rumahku." Tanya Sakura. Dia membonceng pada motor merah milik Gaara yang serasi dengan rambut merah bata miliknya.

"Jalan-jalan." Jawabnya.

Lima belas menit kemudian mereka sampai di tempat tujuan. Sebuah sungai indah di Konoha. "Woahh.." reaksi pertama Sakura saat melihat sungai itu.

Sungai ini tidak terlihat seperti sungai, ini lebih seperti danau, karena aliran air disana sangat tenang. Airnya jernih, sehingga setiap pasang mata yang melihatnya akan mampu melihat kehidupan air tawar yang hidup di sana. Terdapat pohon Maple yang berada di tepi sungai dengan jarak setiap pohon sepuluh meter.

Sakura berlari-lari kecil mengikuti aliran sungai dengan Gaara yang mngikutinya dari belakang. Tiba-tiba Sakura tergelincir, tubuhnya oleng . Sebelum Sakura tercebur ke sungai, Gaara dengan tangkas menarik tangan Sakura dan langsung memeluknya erat,

"Kau selalu begitu, kenapa kau selalu ceroboh, Sakura?" Ucap Gaara tanpa melepaskan pelukannya dari Sakura. Sakura balas memeluknya erat, tangannya digunakan untuk mengelus punggung Gaara, menenangkan.

Sakura suka Gaara yang seperti ini. Meski teman-temannya berkata bahwa Gaara itu overprotektif, namun, yang membuat Sakura jatuh cinta pada Gaara adalah sikapnya yang overprotektif itu. Dia suka dilindungi, terlebih oleh kekasihnya sendiri. Benar jika Gaara kadang mengekangnya. Namun, apapun itu, asal Sakura bersama Gaara maka Sakura rela. Dia telah terjerumus terlalu dalam pada pesona pemuda yang memeluknya saat ini. Dia mencintainya, sangat. Jantungnya selalu berdegub kencang saat berada di dekat Gaara.

"Tenanglah, Gaara. Aku baik-baik saja. Kau sudah menolongku, bukan?"

Gaara melepas pelukannya, lalu menggandeng tangan Sakura untuk duduk di bawah pohon maple yang masih hijau disana.

"Kau suka?" tanya Gaara yang dijawab anggukkan oleh Sakura. Sakura sibuk menikmati pemandangan di hadapannya, sedangkan Gaara lebih memilih menatap sosok cantik disampingnya. Kadang mulut kekasihnya ini terbuka entah menggumamkan kata apa, lalu tiba-tiba tersenyum tak jelas. Gaara menarik kedua ujung bibirnya, membentuk senyuman menawan, dia sungguh tertarik dengan segala ekspresi yang dikeluarkan Sakura. Gadisnya ini unik, antik, langka.

"Sakura.." panggil Gaara lembut. "Hmm..." gumam Sakura, lalu mengalihkan pandangannya ke pemuda tampan di sampingnya. Mereka saling menatap, dua pasang iris hijau dengan nuansa berbeda itu bertemu. Dua pasang tangan dengan ukuran berbeda itu juga saling terkait.

"Ini milik Ayahku yang diberikan untukku, kita bisa setiap hari mengunjunginya. Belum ada orang yang tahu, karena ini memang khusus untuk keluarga Sabaku. Kelak saat kita menikah, ketika kau bukan lagi Haruno Sakura, dan kau menjadi salah satu dari Sabaku, tempat ini akan jadi milikmu juga. Kita akan piknik disini bersama anak-anak kita, menceritakan tentang kisah kita kepada mereka." Gaara mengakhiri ucapannya dengan senyum tulus yang meneduhkan. Sakura terharu, dia tak kuasa menahan liquid bening itu keluar dari matanya. Memikirkan kelak mereka akan menikah sudah sangat membuatnya bahagia.

Mata mereka masih saling menatap, menyalurkan kenyamanan satu sama lain. Perlahan wajah Gaara mendekat ke wajah Sakura, atensi matanya kini teralihkan oleh bibir ranum Sakura, begitu pula sebaliknya.

Akhirnya dua benda kenyal itu menempel, lalu saling melumat lembut penuh perasaan. Tangan Gaara melepaskan tautannya dengan tangan Sakura, berpindah memeluk pinggang Sakura guna memperdalam ciuman. Sedangkan Sakura mengalungkan tangannya ke leher lelakinya ini.

Ciuman itu semakin dalam, mereka mulai mengikutsertakan lidah mereka dalam ciuman itu. Lidah Gaara mengabsen setiap benda di rongga mulut Sakura. Sakura memindahkan telapak tangannya ke rambut Gaara, menggenggamnya untuk menyalurkan hasrat. Mereka saling bertukar ludah, lumatan demi lumatan mereka lakukan. Tubuh mereka semakin rapat, sedikit demi sedikit mengikis celah diantara mereka.

Sebelum terlalu jauh dan tak bisa mengontrol dirinya, Gaara dengan terpaksa melepaskan ciuman itu. Mereka terengah-engah kehabisan napas. Bibir Sakura yang ranum itu, Gaara ingin sekali mencicipinya kembali, meski berkali-kali mungkin Gaara tidak akan pernah puas akan itu.

Ia memajukan wajahnya mengecup bibir Sakura. Kali ini hanya kecupan singkat biasa tapi mempunyai sensasi tersendiri bagi Sakura karena gerakannya yang tiba-tiba. Gaara kemudian tersenyum melihat wajah Sakura yang melongo dibuatnya. Melihat Gaara tersenyum tak ayal membuat Sakura ikut tersenyum juga. Senyuman Gaara adalah kebahagiaan baginya.

.

.

Sakura melepaskan helm Gaara dari kepalanya, lalu memberikannya pada Gaara.

"Terimakasih untuk hari ini, Gaara-kun.. Aku sangat bahagia." Ucap Sakura.

"Iya Sakura, cepat masuk, sudah malam."

"Baiklah. Good night. Mimpi tentang ku yaa..!" Ucap Sakura lalu berbalik dan berlari mwnuju gerbang, dengan Gaara yag masih setia melihatnya.

Belum sampai lima langkah sakura berlari, dia berbalik lagi, dan mencium pipi Gaara tiba-tiba, lalu berlari kencang masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Gaara yang shock karena kejadian dengan senyum manis dan wajah merona.

.

.

"Tadaima.." Salam Sakura saat memasuki rumah. Didalam rumahnya yang cukup besar sudah ada Ibu dan Ayahnya yang menunggunya. Tumben, pikirnya.

"Darimana saja baru pulang?" Tanya Ibunya, Haruno Mebuki. Jam dinding baru menunjukkan pukul tujuh malam.

"Jalan-jalan. Biasanya aku kan juga pulang malam, Kaa-san."

"Tadi itu siapa?" Kali ini Ayahnya bertanya, Haruno Kizashi. "Ah.. Gaara? Dia kekasihku." Jawab Sakura sambil tersenyum malu."Ya sudah ya, aku ingin mandi dulu." Sakura beranjak ke kamarnya di lantai atas.

"Putuskan dia." Kata-kata yang keluar dari mulut ibunya membuat langkahnya berhenti pada anak tangga pertama.

Sakura berbalik lagi menuju Ayah dan Ibunya yang masih setia duduk di sofa keluarga. "Apa maksudnya tadi?" tanya Sakura meminta penjelasan.

"Kaa-san bilang, putuskan dia. Dia anak dari keluarga Sabaku kan? Ayahnya adalah musuh terbesar Ayahmu. Kalian tidak akan pernah bisa bersama kelak." Jelas Mebuki.

"Tidak! Aku tidak mau.. aku sudah terlalu mencintainya..."

"Sakura, kita bicarakan itu nanti. Sekarang cepat mandi dan ganti baju yang bagus, kita akan menghadiri acara penting." Perintah Kizashi.

"Baiklah. Tapi, kaa-san, tou-san, aku tidak akan memutuskan hubunganku dengan Gaara." Ucap Sakura keras kepala. Lalu berlari ke kamarnya.

.

.

Sakura mengenakan dress hitam elegan berenda yang menampakkan pertulangan selangka dan bahunya, dipadu dengan flatshoes yang juga berwarna hitam senada dengan dressnya. Rambutnya ia gelung ke atas, menyisakan beberapa helai anak rambut yang menambah kesan elegan baginya. Wajahnya ia poles dengan make up yang natural, pas pada wajahnya.

Keluarga Haruno baru saja turun dari mobil, memasuki restoran mewah di kawasan Konoha ini dengan anggun. Restoran ini sepertinya sudah disewa oleh orangtua Sakura, terlihat dari pengunjung yang bahkan tidak ada sama sekali. Mereka menuju ke halaman belakang restoran yang menghadap langsung pada danau indah disana, hal ini malah mengingatkan Sakura pada Gaara, padahal baru satu jam mereka berpisah.

Sakura melihat ayah Sasuke, juga ada Itachi –kakak Sasuke, dan tentu saja Sasuke sendiri. Reuni ya? Pikir Sakura. Keluarga Haruno dan Uchiha memang sahabat sejak SMA sampai sekarang, Itulah kenapa Sasuke dan Sakura sudah mengenal sejak kecil, ditambah lagi fakta bahwa rumah Haruno dan Uchiha bertetangga.

"Itachi-ni!" Panggil Sakura pada Itachi, Kakak Sasuke. Sakura lalu berlari mendahului Ibunya dan Ayahnya, menghambur memeluk Itachi. Mereka seperti saudara yang terpisahkan. Sakura dan Itachi memang belum pernah bertemu sejak Itachi kuliah di Oxford, Inggris. Sakura sangat merindukan pemuda yang sudah dinggapnya kakak ini

"Sakura, beri salam pada paman Fugaku terlebih dahulu." Tegur Mebuki setelah sampai disana. Sakura segera melepaskan pelukannya pada Itachi dan membungkuk kepada Fugaku. "Selamat malam, paman."

Sakura kemudian mengalihkan pandangannya pada Sasuke, "Hai, pantat ayam...!" Ucapnya tersenyum sambil melambaikan tangannya.

"Huh, rata." Gadis itu kehabisan kata-kata, bagaimana bisa Sasuke mangatakannya di depan semua keluarga Sakura dan keluarganya sendiri begitu. Itu benar-benar pelecehan. Sakura yang bertampang shock menjadi bahan tertawaan semua orang yang ada disana.

"Itachi-ni, jangan ikut tertawa!" Hardik Sakura, namun tak mempan, karena mereka malah tertawa semakin keras dengan Sasuke yang hanya menyeringai.

Sakura kemudian duduk dibangku yang tersisa disana. Sakura baru sadar ada yang kurang disana, "Mana bibi Mikoto, paman?" Tanya Sakura.

Fugaku menghentikan tawanya, tatapannya nampak lebih serius kali ini, "Sebelum membicarakan itu, lebih baik kita makan dahulu. Kasihan, mereka menunggu giliran untuk dimakan." Ucap Fugaku.

Dua keluarga itu pun khusyuk dengan acara makannya. Disana terdapat berbagai menu Jepang juga Eropa. Berbagai seafood dan dessert ada disana. Apa mereka memesan semua menu yang ada disini? Tanya Sakura dalam hati. Bagaimana tidak? Meja bundar besar berukuran 4x3 meter digunakan untuk enam orang dengan menu sebanyak ini?

Beberapa saat kemudian mereka selesai makan. Fugaku mengawali pembicaraan. "Baiklah, acara ini berhubungan dengan permintaan isteriku yang tidak bisa hadir pada saat ini karena sakit, juga mengenai perjanjianku bersama isteriku dengan Kizashi dan Mebuki ketika kita masih berada pada tingkat SMA, bahwa kelak jika kita memiliki anak yang seumuran dengan kelamin yang berbeda kita sepakat untuk menjodohkannya. Dan atas permintaan Mikoto kita akan menggelar acara pertunangannya malam ini."

Seketika ucapan Fugaku menjadi petir bagi Sakura, apa ini berarti dia akan dijodohkan dengan Sasuke? Dengan Uchiha Sasuke? Sebenarnya beban terberat bagi Sakura bukan karena dia akan bertunangan dengan Sasuke, namun ketika dia sudah sangat mencintai pria lain. Dia memikirkan Gaara. Dia ingin Gaara, bukan Sasuke.

Sakura berdiri kemudian berlari meninggalkan meja makan yang berada di luar ruangan itu. "Sakura!" Ucap mereka serentak.

"Biar aku yang kejar." Ucap Sasuke kemudian beranjak darisana.

.

.

"Sakura!" panggil Sasuke, namun nihil, Sakura tak mungkin menjawabnya. Pemuda ini terus mencari ke seluruh penjuru restoran. Berlari kesana kemari.

Sasuke berhenti sebentar. Dia mendengar seseorang menangis di belakang pohon, itu pasti Sakura.

"Hiks... hiks.. Gaara.." Tangis Sakura menyebut nama Gaara. Sasuke mengurungkan niatnya sejenak dan menghela napas. Dia lupa jika Sakura sudah mempunyai Gaara.

Sasuke akhirnya melanjutkan langkahnya menghampiri Sakura. Sakura sedang berjongkok menyembunyikan kepalanya pada lipatan tangannya. Dia terlihat sangat terbebani dengan ini.

Terpaksa Sasuke menarik pergelangan tangan Sakura, membuatnya berdiri, lalu memeluknya erat. Sakura meronta sekuat tenaga, dia butuh Gaara saat ini.

"Sasuke, lepas!" Ucap Sakura parau.

"Tidak akan kulepas sampai kau menerima pertunangan ini." paksa Sasuke

"Kenapa? Kau sudah punya Shion, kan?! Bukankah kau membenciku?!" Parau Sakura marah.

"Kau hanya terlalu mudah menyimpulkan, Sakura." Sasuke melepas pelukannya,

Pemuda itu kemudian berlutut.

"Kumohon.. Ibuku sekarat, dan ini keinginannya untukku agar aku bisa menikah dengan anak dari sahabatnya." Pemuda ini meneteskan air matanya, ini seperti bukan Sasuke yang Sakura kenal, atau mungkin inikah Sasuke yang sebenarnya?

"Aku hanya takut jika ini adalah permintaan terakhir darinya... Kumohon, Sakura.. Dia terkena leukimia, mustahil baginya untuk sembuh. Dia ingin aku dan kau berada disisinya selagi dia masih punya waktu untuk bernapas. Ibuku ingin kita tinggal bersama dengannya, makan bersama dengannya. Dia ingin kau menjadi menantunya."

Sakura terkejut mengetahui bibi kesayangannya menderita leukimia. Air matanya yang tadi masih mengalir, kini berhenti karena rasa terkejut yang juga menyakiti hatinya. "Kumohon Sakura, bantu aku.."

.

.

Meja makan besar itu hening. Hanya ada rasa gelisah yang bersuara disana. Empat orang yang ada disana khawatir kepada seorang gadis dengan rambut merah muda yang baru saja berlari meninggalkan mereka. Mereka tahu ini berat untuk gadis itu, namun, apalagi yang bisa dilakukan untuk memenuhi keinginan terakhir dari seorang wanita paruh baya yang sama-sama mereka sayangi?

Dari kejauhan terlihat Sasuke yang kembali diikuti dengan Sakura di belakangnya. Rasa lega juga khawatir hadir bersamaan pada hati mereka. Mereka hanya takut tentang keputusan Sakura yang mungkin akan bertolak belakang dengan keinginan mereka.

Sasuke dan Sakura telah sampai di depan mereka, dua orang anak sekolah itu berdiri sejajar di hadapan mereka.

"Aku sepakat dengan perjodohan ini." ucap Sasuke serius.

"Aku..." Sakura menjeda ucapannya, berfikir lagi mengenai keputusan yang telah ia buat.

"...sepakat."

Dan dari sinilah kehidupan baru mereka dimulai.

.

.

Keep or delete?