Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto

/implisit SasuSaku/Short fic/

Don't like? Don't read!

.

Hanya sebuah persembahan kecil untuk SasuSaku Fanday

Dan untuk seseorang yang mungkin tak 'kan pernah baca fanfiksi ini


"Sakura…"

Angin bertiup lambat, memainkan helai merah muda gadis itu. Sakura menatap nanap, menoleh dengan terbata, sebelum pada akhirnya melempar senyum. Kakinya yang sedari tadi meringkuk, kini dibiarkannya diselonjorkan. Hanya sejenak, ia menatap lekat-lekat pemuda berambut legam didepannya. Netra hijaunya kembali berpaling, menatap hamparan rerumputan.

"Aku menjemputmu. Kita ditunggu di kedai Ichiraku…" pemuda itu kembali berujar.

Sakura menulikan diri, ia kembali menyamankan dirinya untuk bersandar pada sebuah batang pohon. Ia hanya ingin berada di sini barang sebentar, sejenak.

Ada jalinan benang ambigu yang seolah menjadi keterikatan absolut antara batinnya dan tempat ini. Jalinan rumit, putus-putus, tapi ada.

Hutan kematian.

Hening.

Embusan angin menerjang. Pemuda itu beringsut mendekat, melepaskan jaket jouninnya guna dipakai si merah muda.

"Kau jadi lebih pengertian…" Sakura menatap lama pemuda itu.

nyatanya bukan. Suaranya tercekat di tenggorokan.

"…Sai."

Pemuda itu melempar senyum, matanya menyipit. Ia beringsut mendekati murid Godaime itu.

"Peperangan membuat tempat ini tampak berbeda, eh, Jelek?"

Sakura menebalkan telinganya saat mendengar penuturan terakhir Sai, matanya bersinar kecut, "Ya, pada akhirnya peperangan membuat semua hal terasa janggal."

Ia kembali melempar pandangannya pada hamparan rumput luas disana. Hutan-hutan berbayang kegelapan, kunang-kunang yang terbang rendah, rembulan dibalik mega, dan setangkai bunga dandelion disekitar kakinya.

Sakura masih berbayang ilusi, "Dari kabar yang beredar, kudengar Sasuke-san berada di Otto pasca perang dunia ninja berakhir."

Sai menatap kedepan. Pada hamparan rumput, bayang pohon dan kerlip kunang-kunang.

—Kemudian semua menjadi terang bagi Sakura. Ia menegakan tubuhnya, berniat bangkit. Rambut merah mudanya bergerak diterbangkan angin, ia mengambil beberapa langkah ke depan, berniat menghampiri bunga dandelion itu. Memetiknya.

Matanya terpejam. Bibirnya menghembuskan udara, dandelion terbang dibawa angin.

seperti impiannya.

"Dandelion adalah simbol harapan, benar 'kan, Jelek?"

Kali ini Sakura mendelik, bibirnya mencebik jengkel.

"Sudahlah Sai, ayo ke Ichiraku."

Sakura bangkit, menepuk-nepuk pakaian belakangnya yang sedikit terkena debu. Ia melenggang meninggalkan pemuda itu dibelakangnya.

"Pada akhirnya, kau masih percaya dan berharap 'kan, Sakura?" Sai tersenyum tipis. Ini bahkan jauh lebih indah ketimbang cerita karangan almarhum Jiraya, lebih natural dan sarat perjuangan.

Dandelion tiupan Sakura berputar-putar sesaat didepannya. Kunang-kunang seolah menjadi penerang jalan si dandelion. Terus berputar dengan kunang dalam keremangan cahya, lalu tertiup kearah utara.

Otto membayang.

Kembali Sai tersenyum tipis.

"Kau bilang apa, Sai?" suara Sakura sayup-sayup terdengar dari kejauhan.

"Tidak." Sai meninggikan suaranya, menginggat jaraknya yang tertinggal cukup jauh.

"Ayo cepat, Sai. Hari ini perayaan Naruto jadi hokage, 'kan?"


Karena kepercayaan dan harapan adalah dasar dari semua hal.

Jadi,

teruslah percaya dan berharap, Sakura.

Karena Kami-sama selalu punya rencana yang terbaik.


Author note:

nanap= membeliak matanya.

Ini absurd banget peke ngetngetnget. Setelah lama nggak pernah buat dan berkutat sama laporan tugas. Tulisan berasa aneh. Dan entah kenapa akhir-akhir ini kecanduan bikin OS. Jadi males ngelanjutun fic yang MC. Hihihi… *plaaak

Oke. Terakhir.

Tinggalkan kritik, komen, atau konkrit jika berkenan.

Love

Nilakandi

Bandung,17 februari 2013

12.20 p.m