Delapan tahun pun berlalu, kini sudah tak ada lagi rasa takut yang menghantui kedua insan yang bernasib sama. Ya, Black Organization (BO) sebenarnya sudah musnah sejak 5 tahun lalu berkat bantuan FBI, CIA, PSB, dan tentu saja organisasi hukum dari seluruh dunia. Namun, Ai sudah tidak melanjutkan penelitiannya lagi karena permintaan Conan sendiri. Sebenarnya Ai bersikukuh untuk melanjutkan penelitiannya, tapi apa daya ancaman Conan membuatnya takut hingga ia terpaksa menghentikan niatnya walaupun Ai tahu ia tidak akan melakukan ancamannya.

"Kalau kau tetap melanjutkannya, kubunuh kau!" itulah isi ancaman Conan yang membuat Ai ketakutan. Ai tidak mengerti kenapa Conan membuat keputusan itu.

Mungkin di antara kalian akan berpikir kalau penyebabnya adalah hubungan Conan dan Ran yang berakhir dengan menyebabkan luka di salah satu pihak.

Tapi nyatanya tidak. Mereka berdua merasa bahagia dengan keputusan tersebut. 5 tahun lalu, tepatnya 6 bulan sebelum penyerangan besar-besaran terhadap organisasi, Ran menikah dengan seseorang bernama Ohayashi Tamotsu yang merupakan teman kuliahnya di fakultas hukum. Entah apa yang membuat Ran menaruh hati pada pria yang jatuh cinta padanya sejak pandangan pertama.

Di sisi lain, rupanya di hati Conan juga tumbuh bibit-bibit cinta pada gadis yang bernasib sama dengannya. Ia bersyukur telah dipertemukan dengan gadis kecil itu dalam sebuah takdir yang sama.

Namun, ia merasa bimbang. Apa yang harus ia katakan pada Ran? Selama ia tinggal di agensi detektif, yang ia tahu Ran semakin ceria dari hari ke hari. Ia juga tak pernah lagi menghubunginya. Bahkan terakhir kali Ran meneleponnya sekitar 1 tahun yang lalu. Setiap kali Conan yang meneleponnya, Ran seperti tidak ingin berbincang lama dengannya. Sebenarnya itu bukanlah masalah bagi Conan, ia hanya heran kenapa sikap Ran berubah drastis padanya.

Hingga pada suatu hari...

"Halo, Shinichi?"

"Oh, hei, Ran! Tumben kau meneleponku, ada apa?" sapa Conan dengan suara yang diubah dengan dasi kupu-kupu menjadi suara Shinichi.

"Sebenarnya ada yang ingin kubicarakan denganmu.." ucap Ran dengan ragu.

"Apa itu? Katakan saja!"

"Tapi... Pertama aku minta maaf banget, Shinichi..." ucap Ran memohon.

"Kenapa kau minta maaf? Memangnya kau salah apa?" Shinichi bertanya balik sembari tertawa kecil.

"Shinichi, aku benar-benar minta maaf... Sebenarnya aku ingin memutuskan hubungan kita mulai sekarang." jawab Ran dengan rasa bersalah.

"Sejujurnya, aku memiliki seseorang yang berjanji akan mencintaiku selamanya, dan ia perhatian sekali padaku, jadi aku...mm..."

"Kau suka padanya kan?" Shinichi memotong ucapan Ran.

"Eh? Bagaimana kau tahu?"

"Sudahlah, Ran! Apa kau lupa aku ini detektif?"

Ran tersenyum mendengar pertanyaannya. Dasar, bertahun-tahun menghilang tapi sifat sombongnya tidak pernah berubah. Ran tahu betul watak detektif yang berteman dengannya sejak kecil.

"Tidak apa Ran, kuharap kau lebih bahagia bersamanya." ucap Shinichi alias Conan, sebenarnya jauh di lubuk hatinya ia merasa senang karena tidak membuat Ran menangis sebab Ran sendirilah yang akhirnya memutuskan. Kini ia memiliki banyak waktu bersama gadis kecil bersifat dewasa itu.

"Maukah kau... Datang ke pernikahanku?"

"Pernikahan?" Conan mengangkat salah satu alisnya. Sejak ia meninggalkan rumah agensi detektif, ia tidak tahu apa-apa lagi. Ia memilih untuk meninggalkan rumah itu sejak ia mulai membuat rencana besar bersama FBI dan lainnya, apalagi Ran sudah masuk kuliah yang artinya waktu untuk mengurus rumah semakin sedikit. Sejak kuliah, Ran sangat sibuk dengan tugas-tugasnya yang menumpuk, membuatnya lalai mengerjakan tugas rumah. Karena merasa tidak enak, Conan memutuskan untuk pindah ke rumah Agasa-hakase, mungkin sekalian modus kali ya.

"Sebenarnya kami sudah bertunangan sejak 5 bulan yang lalu, tapi aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya padamu."

"Maafkan aku, Shinichi.. Aku tidak menghubungimu lagi sejak setahun lalu karena aku ingin melupakanmu, kumohon maafkan aku."

"Bodoh, tidak perlu sampai seperti itu Ran! Aku mengerti perasaanmu, tapi aku yakin ini yang terbaik untuk kita berdua."

"Apa kita tetap... Berteman?"

"Kau ini bicara apa? Tentu saja kita akan selamanya menjadi teman." Ran tersenyum lega mendengar jawaban yang diterimanya. Kini perasaan gelisahnya mulai luntur.

"Kalau begitu, kau harus datang ke pesta pernikahanku yang akan diadakan bulan November nanti."

"Eeh, tapi aku tidak bisa datang."

"Kenapa?" tanya Ran dengan nada membunuh.

"Po.. Pokoknya, sebagai gantinya akan kusuruh anak berkacamata itu untuk datang."

"Conan-kun termasuk daftar tamu vvip yang kuundang tahu! Mana bisa ia menggantikanmu?! Dasar aneh!"

"Ah, sudah ya Ran.. Aku dapat pesan kalau kasus yang sedang kutangani bertambah parah, daaah.."

Tuut.. Tuut..

"Huh, dia memutuskan telepon dengan seenaknya lagi." keluh Ran, ia melemparkan ponselnya ke atas kasurnya. Sesaat ia memikirkan sesuatu sebelum akhirnya mengambil ponselnya lagi dan mengetikkan beberapa kata yang akan dikirimkannya lewat email.

Oh ya, Shinichi... Aku sangat senang karena ibuku berjanji akan kembali ke rumah dua minggu sebelum pernikahanku setelah sebelumnya meninggalkan rumah selama beberapa tahun, kuharap kamu bisa datang untuk menambah kegembiraanku nanti.

-Ran

'Syukurlah, Ran.' ucap Conan dalam hatinya setelah membaca email tersebut. Ia kembali menyimpan ponsel ke dalam saku celananya.

'Tapi maaf, aku akan datang tidak dengan tubuh Shinichi.'

****

"Kau bengong lagi!" teguran Ai membuat Conan terperanjat kaget hingga hampir terjatuh dari kursi beranda yang sedang didudukinya saat ini.

"Biar kutebak, kau masih sakit hati karena kekasihmu diambil orang lain kan?" tebak Ai dengan tersenyum jahat.

"Tidak kok! Siapa bilang?" balas Conan dengan tersenyum jahat juga.

"Aku yang bilang!" Ai menyenderkan kedua tangannya di atas pagar pengaman beranda.

Conan memperhatikan Ai yang menatap langit biru yang cerah, hanya ada sedikit awan yang menutupinya. Sedikit demi sedikit, rona kemerahan muncul di kedua pipinya.

"Apa lihat-lihat?" tanya Ai dengan nada khas membunuhnya. Conan tak habis pikir, sampai kapan ia akan bersikap dingin seperti itu?

"Ti.. Tidak." Conan langsung memindahkan pandangannya ke arah lain. Dirinya merasa takut jika Ai sudah melemparkan tatapan menyeramkan padanya.

"Kau benar-benar merelakan Mouri-san untuk menikah dengan pria lain ya." ucap Ai membuat Conan menoleh padanya.

Conan menghela napas pelan. "Aku senang dia bisa bahagia dengan orang lain, jadi aku tidak perlu mengkhawatirkannya lagi." Ai memandangi Conan dengan aneh, baru kali ini ia mendengar Conan dengan mudahnya mengucapkan kalimat tersebut, padahal selama ini Conan cinta mati dengan Ran.

"Satu-satunya alasanku untuk melepaskan Ran ada di sini." ujar Conan seraya memasang gaya cool-nya.

Krik.. Krik.. Terjadilah keheningan di antara mereka berdua.

"Ngomong apaan sih?" tanya Ai dengan tatapan datar.

Jleb... Conan merasa seperti jatuh dari gedung tinggi ketika Ai memperlihatkan wajah yang sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan padanya.

"Ngomong-ngomong, kau tidak mengunjungi Mouri-san?"

"Bagaimana caranya? Mereka berdua saja sekarang tinggal di Australia."

"Ya beli tiket pesawat lah, situ bukannya punya banyak uang? Apa jangan-jangan lagi miskin ya? Makan aja numpang di sini." ejek Haibara yang membuat Conan mendengus kesal.

"Bagaimana dengan paspornya? Masa aku harus bikin paspor baru lagi?"

"Iyalah, kalau kau kembali ke tubuh Shinichi juga percuma, kau tidak pernah memperbarui paspormu selama 5 tahun belakangan ini. Lebih baik buat saja atas nama 'Conan'. Lagipula aku tidak punya antidote lagi sejak kau menyuruhku untuk berhenti." Conan kesal, gadis di hadapannya ini selalu saja berhasil mendebatinya. Conan berdiri lalu meraih lengan Ai dan menggenggamnya dengan cepat. Ai yang terusik pun mengibaskan lengannya, berusaha melepaskan cengkeraman Conan dari lengan berharganya.

Brukk..

"Eh?" Ai terpaku, kedua matanya melihat tubuh kecil Conan yang terlempar ke dalam ruangan. Ia tidak menyangka bahwa sang detektif bisa sampai terlempar begitu, padahal ia hanya mengeluarkan tenaga yang kecil saat mengibaskannya tadi.

"Ka.. Kamu baik-baik saja?" tanya Ai dengan rasa bersalah, ia berlari mendekati Conan lalu mengulurkan tangannya.

"Uuh, Haibara... Apa kau ingin membunuhku?" tanya Conan kesal, ia berusaha bangkit dari posisi telentangnya akibat terlempar oleh Ai. Tangannya mengelus-elus belakang kepalanya yang terasa sakit.

"Kalau aku ingin membunuhmu, sudah kulakukan dari dulu." Conan meraih uluran tangan Ai yang membantunya untuk berdiri.

"Haibara, hari ini kau mau menemaniku ke mall tidak?" tanya Conan dengan sedikit gugup, sedangkan Ai hanya memandanginya sejenak.

"Untuk apa? Aku tidak akan mau pergi bersama magnet mayat, apalagi sampai terlibat." jawab Ai seraya memalingkan wajahnya.

'Taku, ternyata lebih sulit dari yang kukira.'

"Ngomong-ngomong, cepat lepaskan tanganku!" Conan menjadi gugup saat tersadar ia masih menggenggam erat tangan gadis yang merupakan cinta barunya itu. Buru-buru ia melepaskannya.

"Kalau kau menjadikanku sebagai pelarianmu dari Mouri-san, aku tidak akan memaafkanmu! Ingat itu!" ancam Ai yang membuat Conan terkejut, ia seperti bisa membaca pikirannya walau tidak seutuhnya benar.

੭ु ु ੭ु ु ੭ु

Bagaimana perjalanan cinta keduanya? Apa Ai menyadari perasaan Conan dan akan menerima cinta yang diberikan Conan atau malah sebaliknya? Tunggu chapter selanjutnya ~