My Love for You
Rate T-M
Byun Baekhyun, Namja cantik bermata sipit. Hidup bahagia bersama keluarga lengkapnya. Seorang siswa SMA di kota Seoul yang cukup tersohor. Meskipun bukan bintang kelas tapi kecerdasannya tak bisa dipandang sebelah. Dia adalah Namja yang ramah dan murah senyum.
Hari ini adalah hari pertama tahun ajaran baru di sekolah LeeMin High School (LHS). Semua calon peserta didik sedang berbaris rapi di lapangan sekolah. Cuaca mentari sangatlah terik. Hari ini adalah jadwal untuk Masa Orientasi Outdoor. Baekhyun yang sejak tadi pagi belum memasukkan makanan sedikitpun ke mulutnya merasa lemah. Kepalanya terasa pening. Kulit muka pun mulai pucat. Ditambah bentakan-bentakan kakak senior yang tak punya rasa kasihan.
Waktu menunjukkan pukul 10:30. Sudah terlalu siang untuk jogging. Namun para kakak senior justru menyuruh untuk mengelilingi lapangan sebanyak lima kali.
'Apa benar ini masa orientasi, kenapa rasanya seperti sendang dalam karantina wajib militer.' Keluh Baekhyun dalam hati.
Baru empat putaran tapi pening di kepala Baekhyun semakin terasa. Pandangannya tiba-tiba mengabur. Seseorang yang tak jelas wajahnya sedang menggoyang-goyangkan tubuhnya sebelum kemudian gelap.
Perlahan-lahan baekhyun membuka matanya. Pandangannya masih buram dan pening di kepalanya belum juga hilang. Sedikit demi sedikit pandangan Baekhyun mulai jelas kembali. Satu hal pertama yang tertangkap oleh mata Baekhyun setelah pandangannya kembali.
"Eh, tampan sekali namja di depanku. Aku pasti sedang bermimpi bertemu pangeran" Ucap Baekhyun sekenanya. Kemudian tersenyum dan menyentuhkan tangnnya ke muka namja itu. Tanpa ia sadari kalau ini bahkan bukan mimpi. Namja itu tampak kebingungan dengan reaksi pertama Namja di depannya setelah pingsan.
"Permisi." Ucap namja itu. Baekhyun terkejut. Kemudian menggosok-nggosokan matanya dan kemudian mencubit sendiri pipinya. Dan 'AW' sakit.
"Eh, ini bukan mimpi ya?" Tanya Baekhyun sambil memasang cengiran tanpa dosa. Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang terkalung menggantung di leher namja itu. 'Eh, ID card nya kok kayak punya kakak senior ya?' batin Baekhyun. Baekhyun tersadar spenuhnya. Ia susah payah menelan ludahnya. Dan dalam sekejap menyembunyikan kembali tubuhnya dibawah selimut. Namja itu semakin bingung dengan prilaku Baekhyun.
'Aduh mampus aku. Belum juga mulai sekolah udah kena masalah. Malu-maluin banget. Mana masalahnya konyol gini lagi. Dasar Baekhyun bego' Batin Baekhyun.
"Ekhem." Namja senior itu berdehem. Ups, Baekhyun semakin ketakutan. Perlahan ia membuka selimut yang menutupi tubuhnya.
Tarik nafas-buang, tarik nafas-buang, tarik nafas-buang. Siapkan mental untuk kena semprot kakak senior.
"Permisi, tampaknya kau pucat, apa kau belum sarapan." Ucap namja senior itu dengan suara bassnya yang berwibawa.
'Eh, kok nggak marah teriak-teriak gitu.' Batin Baekhyun. Baekhyun hanya menjawabnya dengan anggukan kepala.
"Tunggulah sebentar." Namja senior pergi meninggalakan Baekhyun yang kini bernafas lega.
"Untunglah dia senior yang baik dan tampan. Hihihii." Guman Baekhyun.
Tak lama pintu ruang kesehatan kembali terbuka. Sosok tinggi semampai itu datang kembali.
"Ini untukmu. Kalau sudah enakan kau bisa kembali bergabung bersama temanmu. Dan kalau butuh pertolongan panggil saja senior yang ada si sekitar sini. Jika mereka tak mau membantu panggil saj aku. Baiklah aku pergi dulu."
"Tunggu dulu." Cegah baekhyun.
"Apa?"
"Gomawo." Ucap Baekhyun malu-malu. Namja senior itu hanya membalas dengan senyuman tampannya. Tubuh tunggunya segera menghilang dari balik pintu. Ruang kesehatan sepi hanya tinggal Baekhyun seorang diri. Tersenyum tersipu sendiri.
"Omo! Sudah tampan baik ramah lagi. Sempurna sekali." Guman Baekhyun sendiri.
"Eh namanya siapa ya?"
_o0o_
Setelah pertemuan di ruang kesehatan saat itu. Baekhyun berusaha mencari tahu lebih banyak tentang namja senior yang menolongnya waktu itu. Namanya Wu Yi Fan atau dipanggil kriss. Nama yang keren sesuai dengan orangnya. Pikir Baekhyun. Setiap hari Baekhyun selalu mengawasi keseharian Kriss di sekolah. Baekhyun sudah menjadi secret stalker Kriss. Kemanapun Kriss pergi ia akan membuntutinya. Tapi saat tanpa sengaja pandangan Kriss menuju kearahnya Baekhyun selalu memalingkan pandangannya dan bersembunyi. Kriss bukannya tidak tahu tentang sikap Baekhyun terhadapnya. Kriss selalu saja ingin tertawa saat ia memergoki Baekhyun yang sedang mengawasinya. Tapi saat ia memandangnya Baekhyun pasti segera berpaling.
20 november
"Baekhyun-ah!" Panggil Min Seok, Namja bermuka imut, sahabat dekat Baekhyun. Baekhyun tampak malas dan meletakkan kepalanya di atas bangku.
"Wae?" Jawab Baekhyun malas.
"Tadi malam Kriss Hyung brkunjung ke rumahku menemui Jong Dae Hyung." Jong Dae Hyung adalah kakak laki-laki Min Seok.
"Jinja?" Air muka Baekhyun berubah semangat.
"Tapi saat kudengar. Seprtinya Kriss Hyung akan pindah sekolah." Terang Jong Dae.
"Omo! Jinja?" Baekhyun merubah posisi dudukinya lebih tegak. Oh, jangan sampai itu terjadi.
"Aku tidak berbohong. Aku juga bertanya pada Jong Dae Hyung. Hyung bilang Kriss Hyung akan pindah karena keluarganya juga pindah." Ujar Min Seok.
"Aish, waeyo? Apakah aku harus segera mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya?"
"Hei, apakah kau benar-benar mencintai Kriss Hyung?" Tanya Min Seok penasaran. Meskipun minseok tahu kalau Baekhyun sering jadi stalker Kriss Hyung, tapi Baekhyun belum pernah mengatakan kalau dia mencintai Kriss Hyung.
"Entahlah, aku sendiri belum pernah jatuh cinta. Tapi aku kagum dengan Kriss Hyung. Sudah tampan, tinggi, ramah juga." Min Seok hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Baekhyun yang seperti seorang fangirl. Padahal namja itu ada di dekatnya. Dan Baekhyun sendiri adalah seorang Namja.
"Apa kamu sungguhan akan mengungkapkannya?" tanya Min Seok meragukan ucapan Baekhyun. Mana bisa Baekhyun berani mengungkapkannya kalau sekali ditatap saja buru-buru kabur.
"Emm." Baekhyun tampak berfikir dengan memiringkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Tik, tok, tik, tok, tik tok, Cling! Sebuah bohlam tiba-tiba muncul di kepala Baekhyun. (ala di tivi-tivi saat ide muncul)*abaikan.
"Aku ada ide. Pakai surat saja."
"Oke, aku hanya mengingatkan kalau tadi malam aku mendengar Kriss Hyung bilang dia sudah akan pindah sejak tanggal 20 November. Jadi kau harus sudah memberikan suratmu sebelum itu." Terang Min Seok kemudian mulai duduk dan menaruh tasnya.
Baekhyun hanya manggut-manggut. Dan berfikir tentang bagaimana dia harus merangkai kata untuk Kriss. Tiba-tiba,
"Omo! Apa kau bilang Kriss Hyung akan pergi pada tanggal 20 November." Teriak Baekhyun dengan suara Oktaf tingginya saat menyadari hari ini tanggal kepergian Kriss Hyung.
"Aish, tidak bisakah kau berbicara pelan-pelan. Iya emang kenapa?" jawab Min Seok ketus.
Baekhyun menepuk keras jidatnya. "Itu kan hari ini. Hueeee sudah telat. Memang Kapan kau mendengarnya?"
"Ups, benarkah. Mungkin aku mendengarnya bukan tadi malam. Mungkin beberapa malam yang lalu. Hehe." Min Seok memasang cengir kuda.
"Bisakah kau tanyakan pada Jong Dae Hyung di mana alamat rumah Kriss hyung yang sekarang."
"Akan ku cuba."
-o0o-
"Sehun-ah, Jongin-ah!" Panggil seorang.
"Apa?" Jawab pemuda yang bernama Oh Sehun.
"Aku sangat malas. Bagaimana kalau kita membolos saja. Lagi pula inikan masih hari pertama pelajaran." Tukas pemuda yang pertama memanggil. Park Chanyeol.
"Aku setuju sekali." Sahut pemuda lain yang memiliki warna kulit sedikit berbeda. Kim Jongin.
"Baiklah, ke rumahku saja. Appa dan Eommaku tidak di rumah. Kita main PSP!" Ucap Sehun bersemangat.
"Yuhuuu." Jongin melonjak bahagia dengan memukulkan genggamannya ke udara.
Mereka bertiga mengubah arah, dari awalnya menuju sekolah kini jalan menuju kediaman Sehun.
-o0o-
2 Jam
Masih dengan balutan seragam tiga pemuda itu tampak mulai bosan terus-terusan berkutat pada PSP. Jongin dengan santainya memakan snack sambil menyalakan televisi. Diatas sofa empuk kamar Sehun, ia menaikkan kedua kakinya santai.
Chanyeol tampak memainkan ponselnya asik. Sedang Sehun sendiri bergabung dengan Jongin. Memencet-mencet remot televisi tanpa menemukan acara yang dianggap asik. Sampah kemasan berserakan di mana-mana.
Chanyeol nampak serius dengan ponselnya. Berkali-kali ia tampak mengerutkan dahinya dan memencet-mencet layar posel.
"Hei, apa kalian pernah kuceritakan tentang Hyung sepupuku?" Sergah Chanyeol. Mereka berdua hanya menjawab dengan menggeleng.
"Ada apa? Apa Hyung mu akan pindah ke sekolah kita." Jawab Jongin sembarang.
"Hei bagaimana kau tahu?" Sahut Chanyeol. Mata Jongin berbinar.
"Benarkah? Padahal aku hanya menebak. Oh Neptunus, apakah aku adalah dewa yang kau utus turun ke bumi."
"Bicara apa kau ini Jongin! Memang apa menariknya Hyungmu?" Tanya Sehun.
"Tidak ada." Jawab Chanyeol singkat.
Hening sesaat saat tak ada lagi yang dibicarakan.
"Aku bosan." Tukas Jongin.
"Kau benar Jong ini tidak menarik sama sekali." Sahut Sehun.
"Apa kita ke sekolah saja?" Chanyeol menyampaikan usul gilanya.
"Eh, apa itu akan seru?" Tanya Jongin sok polos.
"Kau benar! Sepertinya membuat masalah di sekolah lebih menyenangkan dari pada membolos seperti ini." Jawab Sehun. Dengan bodohnya mereka bertiga malah menyetujui usul Chanyeol.
-o0o-
Dari kejauhan tiga preman sekolah itu mengintip sesekali ke arah gerbang sekolah. Tampaklah di sana seorang berkumis tebal dan berbagan besar dengan tampang garang, sedang duduk bersantai.
"Satpam itu kelihatan garang sekali. Menakutkan." Ucap Sehun.
"Ku dengar sekolah ini punya gerbang belakang sekolah yang tidak ada penjaganya. Dan aku tahu tempatnya." Jelas Jongin. Sehun dan Chanyeol berbinar. Kai memang sangat pandai untuk urusan seperti ini.
"Mari kita ubah arah."
Perlahan-lahan dan tenang. Tiga pemuda itu tampak mulai memasuki gerbang sempit yang hanya cukup untuk satu orang. Sekolah tampak sepi sekali.
"Kenapa sepi sekali? Apa hari ini libur?" Tanya Kai dengan bodohnya.
"Kau tidak berfikir apa? Ini sudah pukul sepuluh tau. Jelas saja sepi mereka semua pasti di kelas masing-masing." Jelas Chanyeol menghentikan sejenak langkahnya.
"Ups, sembunyi-sembunyi! Ada seseorang menuju kemari. Cepat ke balik rumput tinggi itu." Sehun memperingatkan cepat sambil menunjuk kearah rerumputan yang tumbuh terlalu tinggi. Untuk saja tumbuhan liar di sini belum dibersihkan.
Buk! Bbukk! Jongin yang duduk pertama di balik rumput tertimpa tubuh Sehun dan Chanyeol yang lebih besar darinya. Kini posisinya tiarap dengan baju yang menempel di tanah. Jongin sebenarnya ingin protes keras kepada dua raksasa di atasnya, tapi demi menjaga ketenangan agar mereka tak ketahuan, Jongin harus menahannya sampai nanti.
Seorang guru tampak tengah mengobrol dengan seorang siswa lain. Sambil berjalan beriringan mereka tampak mengobrol dengan santai. Melangkah semakin dekat dengan posisi rumput tinggi yang menyembunyikan tiga orang siswa.
"Oh no!" bisik Sehun saat dua orang itu semakin melangkah mendekat. Lima langkah lagi mungkin mereka sudah pasti tertangkap basah.
Satu langkah
Dua langkah
Tiga langkah
DUAR! DUAR! DUAR!
Jantung Sehun, Chanyeol dan Jongin berdebuman satu sama lain. Ini terlalu mengerikan.
'Kenapa mereka harus berjalan selangkah demi selangkah. Menakuti saja.'
Empat langkah
'No'
Berhenti
'Huh untung saja.'
"Saya inginnya bagian belakang sekolah ini dibersihkan saja. Kalau seperti ini bukannya tampak rindang tapi malah berantakan. Nanti kita bisa mengganti dengan tanaman lain. Yang pastinya dengan tatanan yang lebih teratur." Ucap siswa
"Iya aku sangat setuju dengan usulanmu. Aku rasa tempat ini memang perlu diperbaiki. Segera persiapkan proposalnya dan berikan padaku, akan segera ku tanda tangani supaya kegiatan ini segera terlaksana. Aku percayakan padamu." Jawab seorang guru yang bersama siswa tadi.
"Terima Kasih pak."
Mereka berdua akhirnya pergi meninggalkan halaman belakang sekolah. Menyisakan tiga murid nakal yang masih bersembunyi dengan tenang.
"Yach! Hei kalian berdua, bisa turun tidak? Berat tahu." Racau Jongin Yang sejak tadi hanya bisa diam menahan beban dua tubuh besar sahabatnya.
"Sepertinyaaku tidak asing dengan suara siswa tadi." Ujar Sehun setelah turun dari pungungg Jongin.
"Siapa?" Tanya Chanyol.
"Dia adalah senior kita, ketua Osis mungkin. Namanya Kim JoonMyeon." Jelas Sehun.
"Dan aku sangat tidak asing dengan suara bapak-bapak itu." Ujar Jongin, masih mengibas-ngibaskan bajunya yang penuh tanah dan debu.
"Siapa?" Tanya Chanyeol dan Sehun bersamaan.
"Ap...pa." Jawab Jongin dipelankan.
"Ha?" Sergah Sehun dan Chanyeol lagi-lagi bersamaan.
"Aku lupa memberitahu kalian kalau Appaku bekerja di sini. Dan sebagai kepala sekolah. Dan posisi itu sangat menggangguku, setiap hari aku akan selalu dipantau." Jongin mendengus malas. Mengingat dia baru saja melakukan kesalahan fatal telah membolos sekolah.
"Lalu kenapa kau mau ku ajak membolos, Bodoh?" Chanyeol menjitak kepala Jongin.
"Yach! Wae? Aku hanya bosan dan ingin membolos seperti kalian."
"Bagaimana kalau kau ketahuan? Kita pasti juga kena imbasnya, pasti kita dituduh yang mengajakmu." Maki Sehun pada Jongin.
"Tapi kan memang kalian yang mengajakku." Jawab Jongin.
"Kenapa kau mau?" Teriak Chanyeol dan Sehun. Ups! Apa yang baru saja mereka lakukan.
"Cepat kita pergi dari sini."
Pelan-pelan, mengendap tenang, sedikit mencondongkan kepala kearah sebuah pintu. Menengok cepat dan segera kembali ke posisi sembunyi.
"Aissh, kenapa malah ada orang itu di kelas kita." Gerutu Jongin membisik.
"Siapa?" Bisik Sehun.
"Kepala Sekolah." Jawab Jongin.
"Appamu?" Tanya Chanyeol. Jongin mengangguk.
"Sini biar aku lihat." Lanjut Chanyeol.
Perlahan-lahan Chanyeol melengokkan kepala Chanyeol melengokkan kepalanya. Eits, 'Gawat gurunya mau keluar' Batin Chanyeol.
Dengan sigap Chanyeol mendorong teman-temannya menjauh dari pintu kelas mencari tempat sembunyi. Bisa gawat kalau ketahuan, apalagi oleh kepala sekolah. Belum juga masuk sudah kena panggilan orang tua.
Gelap, sempit, gerah dan bau. Mere bertiga bersembunyi di sebuah lemari alat kebersihan yang terletak di salah satu pojok koridor sekolah.
Dok, Dok, Dok, bunyi sepatu terdengar semakin mendekat ke arah mereka.
Tak, tak, tak, bunyi sepatu lain yang terdengan berbeda juga mendekat dari arah lain.
"Eh, Pak Kepala Sekolah, Selamat pagi." Terdengar suara wanita.
"Pagi, saya baru saja keluar dari kelas anda. Sepertinya ada bangku kosong, apa anda sudah mengabsennya?." Balas Kepala Sekolah.
"Sebenarnya ada tiga anak yang tidak hadir tanpa keterangan. Namanya Park Chanyeol, Oh Sehun dan juga Putra anda Kim Jongin." Jelas si guru wanita bernada sedikit takut saat mengucapkan nama terakhir. Kepala Sekolah sedikit terkejut saat mendengar nama putranya disebut. Sepertinya telinganya tak asing dengan dua nama lainnya.
"Waeyo? Kenapa Appa harus tahu?" Gerutu Jongin masih di dalam lemari.
"Dasar kau Jongin, gara-gara kau kami berdua jadi kena masalah juga." Kesal Chanyeol.
"Yach, kan kalian juga yang mengajakku tadi. Ish." Ujar Jongin.
"Aw, kenapa kau menjitak kepalaku." Maki Chanyeol pada Jongin. Chanyeol membalas menjitak kepala Jongin. Melupakan fungsi tangannya yang sejak tadi digunakan untuk menahan pintu agar tidak terbuka. Sehun terkejut dengan sikap Chanyeol.
"Awas pintunya! Eh, Eh-
Bug, bag, bug. Mereka bertiga terjatuh saling tumpang tindih dengan sangat tidak elit dan memalukan. Tepat diantara dua makhluk paling menyeramkan saat ini. Kanan, wali kelas. Kiri, kepala sekolah.
"Park Chanyeol! Oh Sehun! Kim Jongin." Ucap Wali kelas, mengejutkan Kepala Sekolah. Nama-nama yang sama persis dengan yang barusan didengarnya sebelum ini.
"Kalian bertiga ikut ke ruang saya dan jelaskan semuanya." Jelas Kepala Sekolah dingin.
'Tamatlah riwayat kita'
-o0o-
Berkat ulah mereka, kini mereka berakhir di lapangan basket, berdiri dengan satu kaki. Sambil terus mengucapkan 'Kami bersalah dan tidak akan mengulanginya lagi'. Andai saja satpam itu tidak duduk dan mengawasi di tepian lapangan, mereka pasti akan segera kabur. Benar-benar memalukan. Baru juga hari pertama masuk mereka sudah kena hukuman. Saat itu juga image mereka hancur. Di balik ketampanan paras terdapat brutalnya etika.
Hampir dua jam mereka berdiri di lapangan. Semakin siang matahari semakin terik.
"Ah, kepan kita akan berhenti!" Teriak Chanyeol frustasi.
"Saat Appaku menyuruh kita berhenti." Jongin mendengus kesal.
"Ah, itu Appamu menuju kemari. Eh , dengan siapa itu?" Ucap Sehun. Chanyeol mengerutkan dahinya, merasa tidak asing dengan wajah lelaki yang berjalan dibelakang kepala sekolah. Semakin mendekat semakin Chanyeol yakin itu adalah orang yang ia kenal. Kriss Hyung.
Kepala Sekolah berhenti di depan tida berandalan itu. Melipat tangannya dan tersenyum miring.
"Kalian bisa berhenti." Ucap kepala sekolah. 'Huft' tiga berandalan bernafas lega.
Kriss yang tengah berdiri di belakang kepala sekolah tampak menahan tawanya saat melihat adik sepupunya yang dihukum di hari pertama sekolah.
-o0o-
"Bagaimana kabarmu selama hidup di apartemen Kriss?" Tanya Eomma Chanyeol kepada Kriss.
Suasana makan malam yang damai terlihat di ruang makan rumah keluarga Byun. Kriss adalah anak dari kakak Ibu Baekhyun. Kedua orangtua Kriss tinggal di China. Dulunya Kriss tinggal bersama dengan Chanyeol dan keluarganya. Itulah mengapa mereka saling mengenal. Tapi semenjak dirinya SMA. Kriss memutuskan untuk mencari apartemen sendiri dengan alasan agar tidak terus-terusan merepotkan keluarga Byun. Namun, baru satu tahun ia tinggal di apartemen pribadinya ayahnya yang di China tidak mengizinkan dia untuk tinggal seperti itu. Kriss memang tidak pernah memberitahukannya pada orangtuanya. Kedua orangtua Kriss mengetahuinya dari keluarga Byun juga. Akhirnya Kriss dan orangtuanya sepakat untuk mencari sekolah yang memiliki asrama.
Ya, sekolah Chanyeol adalah sekolah dengan basis asrama bagi murid tahun kedua dan ketiga. Untuk tahun pertama masih tetap sistem pulang pergi.
"Bibi bisa lihat sendiri bukan kalau aku sangat baik-baik saja. Entahlah Appa masih saja menganggapku belum dewasa untuk hidup sendiri. Padahal aku juga ingin mandiri." Jawab kriss sambil meneruskan makannya.
"Kau satu kamar dengan Chanyeol. Sama seperti saat dulu." Terang Ayah Chanyeol.
"Wae?" Protes Chanyeol. Sebenarnya Chanyeol tidak masalah jika harus satu kamar dengan Kriss, karena dulu mereka juga pernah tidur satu kamar. Tapi Chanyeol masih marah pada Kriss mengingat saat di sekolah Kriss terus mentertawakannya karena dihukum.
"Aku hanya akan tinggal satu malam saja. Kepala sekolah bilang aku sudah bisa ke asrama sekolah mulai besok." Jelas Kriss. Ia tahu kalau Chanyeol masih marah padanya.
"Baiklah, hanya satu malam." Ucap Chanyeol kemudian pergi meninggalkan ruang makan.
"Apa kalian ada masalah?" Tanya ibu Chanyeol saat melihat tingkah putranya yang seolah tak suka pada Kriss. Padahal mereka berdua dulu sangat akrab.
Dan Kriss menceritakan semua.
-o0o-
"Ini, Jong Dae Hyung bilang mungkin Kriss Hyung akan tinggal di alamat ini. Hyungku bilang dulu dia tinggal di sini." Ujar Minseok sambil menyodorkan kertas bertulisan alamat rumah.
"Semoga saja Kriss Hyung senang saat aku mengirimkan surat padanya." Mata Baekhyun berbinar.
-o0o-
Yeoja manis bernama Baekhyun itu kini tengah menulis surat sembari tersenyum, membayangkan ekspresi wajah orang yang dicintainya itu saat menerima surat darinya. Meskipun ia tidak begitu yakin dengan alamat rumah orang itu. Namun setidaknya Baekhyun merasa perlu untuk mencobanya.
"Eomma aku ingin pergi ke kantor pos."
-o0o-
Hari Minggu yang cerah bagi semua orang. Tapi tetap sama bagi Chanyeol. Tak ada yang istimewa selain bebas dari pelajaran sekolah. Mungkin kalau Kriss Hyung masih di sini pasti ada yang dilakukannya. Tapi sekarang Hyungnya mungkin sibuk sendiri di asramanya. Mungkin hanya PSP yang bisa dimainkannya. Dua sahabat lainnya tidak ada satupun yang membalas pesannya. Jongin pasti masih tertidur. Entahlah Sehun.
"Chanyeol! Ada surat untukmu." Teriak ibu Chanyeol dari arah luar. Surat? Chanyeol segera meletakkan PSP-nya dan tetap membiarkannya menyala. Ini adalah pertama kalinya ia mendapatkan surat.
Kenapa warnanya seperti ini. Chanyeol masih menatap heran pada amplop surat yang baru diterimanya. Berwarna pink sangat cerah dan feminim, dan berhias bunga-bunga. Apa ini sebuah surat cinta? Saat Chanyeol akan akan membuka amplop surat itu, matanya menangkap sebuah tulisan kecil dipojok bawah amplop
'From: Bakehyun'
'Eh, siapa itu Baekhyun?'
Bersambung...
Maaf kalau terkesan membosankan karena saya juga masih Newbi anget di sini. Jadi mohon sarannya. Gumawo..
Kasih saran ya. Di riview..
Byee.. see you
